It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ditunggu lanjutannya yaaa.
aku sih setuju sam subi, tp chemistry sama irvin dapet bangeeeet. keren laaah
sebenarnya aku masih heran.
cerita bikinan aku itu keren dari mananya ya?
selama ngedit Y.O. aku ngerasa cerita bikinanku tuh lebay banget. hahahaha *ketawa ngenes*
aku yang nulis. aku yang bikin. aku yang punya ide. tapi aku juga yang ngerasa jijik ngeliat hasil karyaku :v
°•¤ Happy Reading Guys ¤•°
@Antistante @yuzz
@meong_meong @anohito
@jeanOo @privatebuset
@Gaebarajeunk @autoredoks
@adinu @4ndh0
@hakenunbradah @masdabudd
@zhedix @d_cetya
@DafiAditya @Dhivars
@kikyo @Tsu_no_YanYan
@Different @rudi_cutejeunk
@Beepe @dheeotherside
@faisalrayhan @yubdi
@ularuskasurius @Gabriel_Valiant
@Dio_Phoenix @rone
@adamy @babayz
@tialawliet @angelofgay
@nand4s1m4 @chandischbradah
@Ozy_Permana @Sicnus
@Dhivarsom @seno
@Adam08 @FendyAdjie_
@rezadrians @_newbie
@arieat @el_crush
@jerukbali @AhmadJegeg
@jony94 @iansunda
@AdhetPitt @gege_panda17
@raharja @yubdi
@Bintang96 @MikeAurellio
@the_rainbow @aicasukakonde
@Klanting801 @Venussalacca
@greenbubles @Sefares
@andre_patiatama @sky_borriello
@lian25 @hwankyung69om
@tjokro @exxe87bro
@egosantoso @agungrahmat
@mahardhyka @moemodd
@ethandio @zeamays
@tjokro @mamomento
@obay @Sefares
@Fad31 @the_angel_of_hell
@Dreamweaver @blackorchid
@callme_DIAZ @akina_kenji
@SATELIT @Ariel_Akilina
@Dhika_smg @TristanSantoso
@farizpratama7 @Ren_S1211
@arixanggara @Irfandi_rahman
@Yongjin1106 @Byun_Bhyun
@r2846 @brownice
@mikaelkananta_cakep @Just_PJ
@faradika @GeryYaoibot95
@eldurion @balaka
@amira_fujoshi @kimsyhenjuren @ardi_cukup @Dimz @jeanOo @mikaelkananta_cakep
@LittlePigeon @yubdi
@YongJin1106 @Chachan
@diditwahyudicom1 @steve_hendra
@Ndraa @blackshappire
@doel7 @TigerGirlz
@angelsndemons @3ll0
@tarry @OlliE @prince17cm @balaka
@bladex @dafaZartin
@Arjuna_Lubis @Duna
@mikaelkananta_cakep
@kurokuro @d_cetya
@Wita @arifinselalusial
@bumbellbee @abyh
@idiottediott @JulianWisnu2
@rancak248 @abiDoANk
@Tristandust @raharja
@marul @add_it
@rone @eldurion
@SteveAnggara @PeterWilll
@Purnama_79 @lulu_75
@arGos @alvin21
@hendra_bastian @Bun
@jeanOo @gege_panda17
@joenior68 @centraltio
@adilar_yasha @new92
@CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan
@eka_januartan @tianswift26
@guilty_h @Dhivars @Togomo
@adilar_yasha @GeryYaoibot95 @CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan @eka_januartan @tianswift26 @abyyriza @privatebuset @Bun @sujofin @centraltio
@TedjoPamungkas @cute_inuyasha @hehe_adadeh @Vio1306 @gemameeen
@febyrere @Prince_harry90
@ando_ibram @handikautama @babayz @seventama @Gaebara
×××°•••°°•••°×××
Jantungku berdegup cepat sekali. Seperti habis berlari. Padahal aku duduk saja sedari tadi. Sementara tubuhku basah oleh tetes keringat yang sedari tadi membanjiri. Semua gara-gara Subi.
Subi?? Nembak aku???
Aku??? Ditembak???
Uwoooohhhh....!!!!
Bahkan bermimpi pun aku tak pernah di tembak cowok secakep Subi!!!
"A-aku minum... Ak-aku mau minum dulu Bi..." aku sampai tergagap. Padahal aku cuma ingin menghindari tatapan matanya itu.
Apa ya namanya? Papi ais? Pupi ice??
Oh iya! Puppy eyes!!!
Subi tak bergeming. Dia masih dalam duduk bersimpuh dihadapanku yang sudah dalam posisi duduk terjengkang seperti ini. Bahkan tubuhku makin merosot saja. Sudah nyaris seperti rebah sambil mengangkang.
Tiba-tiba Subi mengulurkan tangannya dan meletakkannya di dada kiriku. Bibirnya mengulas senyum. Saat kukira ia akan menepiskan tangannya dari dadaku, Subi malah meraih tangan kananku. Diarahkannya tanganku ke dada kirinya.
"Aku juga deg-degan Mas. Aku sampe heran bisa senekat ini" ujarnya sambil terus tersenyum. Padahal bisa kurasakan, kalau sebenarnya dia lebih deg-degan dibandingkan denganku.
"K-kamu gak lagi bercanda kan Bi?"
"Apa mungkin, aku bisa bercanda kalau sudah menyangkut perasaan, Mas?"
"Kamu... K-kamu g-gak salah orang kan?"
"Hmmmm... Awalnya aku kira memang begitu Mas. Tapi setelah melihat secara langsung... Aku enggak salah orang"
"T-tapi... Kok b-bisa...?"
Subi tersenyum. Ia lalu bangkit berdiri. Menutup pintu. Kemudian menghidupkan AC di dalam kamar. Kebetulan remote-nya tergeletak diatas kasur. Ia mengulurkan gelas berisi es sirup coco pandan buatan Ibu padaku. Aku langsung menenggak sampai habis.
Mendadak aku merasa haus dahaga! Ini gara-gara Subi!
Setelah itu, Subi duduk di sebelahku. Dia bahkan membiarkan badanku merosot tergeletak ke lantai. Lalu memindahkan kepalaku ke pangkuannya.
"Gimana Mas? Mau ya?" Subi bertanya lagi. Meminta kepastian dariku. Terdengar memaksa memang.
Aku suka. Dilain pihak, aku masih shock!
"Bi... Aku..."
BRAK!
Pintu kamar mendadak terayun terbuka. Aku sampai terlonjak saking kagetnya. Rupanya Bli Akhza. Raut mukanya terlihat masam melihatku dalam keadaan seperti ini.
"Kalian ngapain?!" Bli Akhza bertanya dengan nada membentak.
"Bli... Bisa gak, kalau masuk kamar orang tuh ngetok pintunya dulu? Sampe kaget tau gak" aku berujar tak mengindahkan pertanyaannya. Subi sebenarnya sempat kaget. Tapi aku malah memiringkan posisi badanku, dan tetap menjadikan pahanya sebagai bantalku.
"Jadi dia orangnya?" Bli Akhza berdiri menatap kami berdua. Aku bisa mendengar bunyi bergemelatuk jemarinya saat Bli Akhza mengepalkan tangannya itu.
"Siapa maksudnya Bli? Ini tuh Subi. Dia tuh baru beberapa minggu kerja di Warung"
"Trus kamu kenapa tiduran begitu? Kan bisa di kasur!"
"Yuk Bi. Kita pindah ke kasur" aku bangun dan mengajak Subi ke kasur. Sebenarnya aku bisa melihat ekspresi wajah Subi yang panik. Bisa jadi karena dia malu. Atau takut dengan Bli Akhza.
"WAHID!!"
Aku menghela nafas, ketika mendapati Bli Akhza yang membentak saat ia melihat tingkahku. Aku jadi merasa tak enak dengan Subi. Dia sampai terlonjak begitu.
Akhirnya aku duduk. Mataku membalas tatapan tajam penuh kekesalan dari Bli Akhza. Apa dia pikir aku takut dengannya? (Yah, memang nakutin sih). Tapi aku kan tidak melakukan kesalahan apa-apa.
"Bli Akhza sebenarnya ada perlu apa tadi? Sekarang Wahid sedang ada tamu. Apa pernah Wahid ganggu aktivitas Bli? Ini kamar Wahid, Bli. Jadi apapun yang Wahid lakukan disini, itu hak-nya Wahid! Apa pernah Wahid ngelarang Bli bergaul dan melakukan apapun, dengan siapapun diluar sana?"
Aku merasa deja-vu dengan situasi kami saat ini. Mengingatkanku saat pertama kali kami bertemu dulu. Saat ia baru saja datang kemari. Karena ia menatapku dengan cara yang sama seperti saat aku menyambut kedatangannya di pagar, sekitar setahun lalu. Dia berdiri di hadapanku. Menatapku sinis dengan dagu terangkat. Menganggapku kecil di hadapannya.
"Heh, kamu anak kecil! Pulang sana!" Bli Akhza membentak Subi yang ikut duduk disebelahku.
"Gak usah di denger Bi. Kamu disini aja" kugenggam pergelangan tangan Subi. Memintanya agar tidak beranjak kemana-mana. "Bli yang harus keluar dari sini!" ucapku tegas pada Bli Akhza. Kini kami berdiri berhadapan.
Matanya menatapku semakin tajam. Rahangnya bergetar menahan emosi yang bisa meledak sewaktu-waktu.
"Hiiidd... Wahiiid..."
Suasana tegang antara aku dan Bli Akhza buyar saat mendengar panggilan dari arah depan. Rupanya Irvin. Dia datang bersama dengan Matthew, kemudian aku melihat Kak Taka dan Bli Syaka berjalan di belakang Irvin.
"Kamu...?" Bli Akhza menyipitkan matanya saat melihat Irvin. Lalu Bli Akhza memandang bergantian kearahku dan Irvin.
"Hai... Ada apa nih?? Pada ngumpul semua disini" Kak Taka berjalan maju dan merangkul pundak Irvin. Sekejap saja, senyum cerianya menyurutkan ketegangan yang beberapa detik lalu terjadi di kamarku ini.
"Kalau Bli ada perlu dengan Wahid, sebaiknya nanti saja. Sekarang sedang ada banyak teman Wahid disini" aku mendorong Bli Akhza agar keluar dari kamarku. "Kak, Bli... Vin... Mat... Masuk aja. Ada Subi tuh di dalem... Tunggu sebentar ya..." Aku mempersilakan semua orang yang berdiri di teras agar masuk ke dalam kamar. Sementara aku menyeret Bli Akhza ke dalam rumah Ibu.
"Bli apa-apaan sih? Bikin malu Wahid aja" tanyaku kesal saat kami sudah di ruang TV di dalam rumah Ibu. Jauh dari pandangan mata orang-orang yang barusan datang.
"Maaf... Bli cuma cemburu melihat kamu dan..."
"Cemburu? Memangnya ada apa di antara kita? Bli boleh saja cemburu. Tapi, apa lantas boleh mengganggu kenyamanan tamunya Wahid?"
"Hid..." Bli Akhza memelukku erat. Aku sampai terkejut dibuatnya. "Tolong maafin Bli... Jangan tinggalin Bli... Bli gak mau hubungan kita berakhir..."
Aku mencoba melepaskan diriku dari pelukannya yang semakin aku meronta, semakin erat pula Bli Akhza memelukku.
"Bagaimana mungkin hubungan kita berakhir?" tanyaku. Hal ini membuat Bli Akhza mengerjapkan matanya saat menatapku. "Biar bagaimana pun juga, kita masih saudara. Apapun yang terjadi, Bli adalah Kakaknya Wahid!"
"Hid... Bli mohon... Kasih Bli kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Bli tau, Bli yang salah..."
Pelukan Bli Akhza melonggar. Perlahan tubuhnya merosot. Ia kini bersimpuh. Berdiri dengan kedua lututnya. Sementara kedua tangannya beralih melingkar di pinggangku. Wajahnya dibenamkan di perutku.
Aku tak bisa menutupi rasa kagetku mendapati tubuh Bli Akhza bergetar. Dan di saat yang bersamaan, aku mendengarnya terisak.
Belum habis rasa kagetku mendapati Bli Akhza yang menangis, aku baru menyadari kalau Ibu sedang berdiri menatap kami di ambang pintu kamarnya. Karena ruang TV memang berada di seberang kamar Ibu.
"Bu... Ini..." aku bingung harus bagaimana.
"Bu... Akhza mohon... Bantu Akhza membuat Wahid ngerti, Bu... Akhza yang salah... Tapi Akhza gak mau pisah dengan Wahid... Akhza sayang... Akhza benar-benar cinta ke Wahid, Bu... Akhza gak sanggup kalau harus kehilangan Wahid..."
Aku sebenarnya terenyuh, melihat Bli Akhza. Baru sekali ini ada yang sampai berbuat seperti ini padaku. Padahal selama ini aku yang selalu ada di posisi dia.
Apakah lantas aku sombong?
Tidak! Bukan itu! Aku tidak akan lantas berjumawa mendapati posisiku saat ini.
Aku hanya masih sakit hati dengan kebohongan yang Bli Akhza lakukan padaku. Bukan tak mungkin kalau air matanya saat ini, hanya sekedar air mata buaya belaka.
"Bli... Nanti kita bicara empat mata ya... Tapi nanti! Sekarang Wahid sedang ada tamu" ujarku akhirnya. Mencoba menenangkannya.
"Ada siapa Hid?" tanya Ibu. Beliau membantuku membebaskan diri dari belitan tangan Bli Akhza yang erat melingkar di pinggangku.
"Ada Kak Taka, Bli Syaka, Irvin, Matthew juga ikut"
"Temenmu yang tadi pagi mau kalian temui di Warung?" tanya Ibu lagi, kujawab dengan anggukan.
"Ibu buatin minum ya?" Ibu bertanya sambil menyeret Bli Akhza ke dalam kamarnya.
Aku segera kembali ke kamarku. Tak enak rasanya mendapati ada tamu, tapi di tinggal terlalu lama.
Melihat bagaimana tingkah Bli Akhza, semakin membuatku berpikir. Sepertinya memang lebih enak dicintai, dari pada mencintai. Tapi aku tak bisa bohong, kalau sama-sama mencintai, pasti akan jauh lebih nyaman.
Aku yang mencintai Kak Tiki walau bertepuk sebelah tangan, merasa nyaman walau hanya bisa melihatnya dari jauh. Melihatnya bahagia membuat hatiku ikut berbunga-bunga. Dan melihatnya sedih seperti saat aku menemukannya kala hujan di malam hari itu, membuat hatiku ikut merana.
Aku, yang belum sempat merasakan rasa yang sama seperti yang kurasakan pada Kak Tiki. Sebenarnya mulai merasa nyaman berada dalam hubungan nista diantara diriku dengan Bli Akhza. Tapi tetap saja, rasanya sakit bukan main saat tau dia membohongiku. Mengatakan tak ada duanya, sementara dia menduakanku diluar sana. Dan aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri!! Itu sudah cukup menjungkir balikkan duniaku!! Sakitnya pun bukan main, saat mengetahui orang yang aku percaya ternyata hanya seorang penipu!!!
Pada dasarnya, aku adalah tipe pemaaf. Kalau boleh jujur, aku sudah memaafkan Bli Akhza. Tapi saat secarik kertas yang sudah tergambar berbagai macam warna, dicoret dan dicabik, rasanya tidak akan mungkin menjadi kembali putih dan mulus seperti awalnya.
Yang kuperlukan sekarang adalah suasana baru. Bukan hati yang baru.
Aku belum siap menyandarkan hatiku pada siapapun saat ini. Aku masih takut. Takut kalau kapal yang ku nahkodai, malah hanya akan di rampok isinya. Di hancur leburkan seolah aku rongsokan tak berguna.
Meskipun cintaku nista, bolehkah aku mempunyai harga diri? Itu terus yang terngiang-ngiang di benakku.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
I will leave my heart at the door
I won't say a word...
They've all been said before, you know
So why don't we just play pretend
Like we're not scared of what is coming next or scared of having nothing left!
Look, don't get me wrong
I know there is no tomorrow
All I ask is...
If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do what lovers do
It matters how this ends
'Cause what if I never love again?
I don't need your honesty
It's already in your eyes and I'm sure my eyes, they speak for me
No one knows me like you do
And since you're the only one that matters
Tell me who do I run to?
Look, don't get me wrong!
I know there is no tomorrow
All I ask is
If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do what lovers do
It matters how this ends
Cause what if I never love again?
Let this be our lesson in love
Let this be the way we remember us
I don't wanna be cruel or vicious
And I ain't asking for forgiveness
All I ask is...
If this is my last night with you
Hold me like I'm more than just a friend
Give me a memory I can use
Take me by the hand while we do what lovers do
It matters how this ends
'Cause what if I never love again?
[ All I Ask - Adele ]
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Kuminta Irvin untuk menginap lagi disini. Aku tidak mempedulikan sorot mata penuh tanda tanya yang diberikan oleh Kak Taka, Bli Syaka, Matthew. Termasuk Subi yang mencuri pandang kearahku penuh selidik.
Bisa kulihat cemburu dari caranya memandang. Aku bukan sok tau. Aku tau benar, seperti apa cara melihat penuh kecemburuan. Aku sering melakukan hal itu saat melihat kemesraan yang sengaja dan tak sengaja dilakukan oleh Kak Tiki dan Bang Zaki.
Aku butuh seseorang untuk diajak bicara. Aku butuh seseorang yang bisa di ajak bertukar pikiran. Membantuku menemukan titik temu saat jalanku sudah buntu.
Dan kupikir, Irvin adalah orang yang tepat. Dia tau situasi yang kualami saat ini. Meskipun mungkin dia tak bisa membantu banyak, kupikir dia akan bisa membuatku lega. Aku merasa begitu penat. Dan ini sudah tak bisa dibendung lagi.
"Ada yang mau di omongin, Hid?"
Aku mendengus mendengar pertanyaan Irvin. Entah aku yang terlalu transparan. Atau insting Irvin yang terlalu tajam. Sehingga seperti tidak ada yang bisa kusembunyikan dari matanya.
Aku mulai menceritakan perihal Bli Akhza yang meminta maaf padaku, dan ingin aku kembali merajut kembali jalinan kasih kami yang telah ia koyak. Irvin hanya diam mendengarkanku. Tapi matanya terbelalak saat aku bilang, kalau Bli Akhza melakukan semua itu di hadapan Ibu kami. Tapi dia tetap diam. Tidak menyela selama aku menceritakan semuanya.
Dan terakhir, aku mengatakan pada Irvin, perihal kedatangan Subi kemari. Dan aku juga menjelaskan pada Irvin kalau aku belum memberikan jawaban untuk Subi, karena tadi ada gangguan dari Bli Akhza.
"Trus gak lama, kalian dateng" aku mengakhiri ceritaku.
Irvin masih duduk dan diam. Kalau kuperhatikan, dia seperti sedang berpikir keras.
"Aku gak minta kamu berpikir keras lho Vin. Kamu mau dengerin keluh kesahku begini aja, udah bikin aku tentram kok"
"Tentram?"
"Iya. Paling enggak, isi kepalaku ini udah enggak sepenat tadi" jawabku mantap.
"Berarti kamu enggak minta saran apa-apa kan dari aku?"
"Enggak Vin... Aku cuma curhat aja sama kamu"
"Kok bisa percaya gitu aja? Kalo aku sebar luaskan, gimana coba?"
"Aku percaya lho sama kamu Vin. Masa kamu tega nyebarin curhatanku ke orang-orang?"
"Kok kamu bisa percaya aku?? Kalau ternyata aku punya maksud terselubung, gimana coba?"
"Misalnya?"
"Misalnya..." Irvin mengangkat satu tangannya, lalu di letakkan di bahuku. Kemudian tanpa aba-aba, dia menarikku. Sehingga aku yang duduk bersila di sebelahnya, langsung beradu lengan dengannya.
Ya ampun! Lengannya bisa gede gitu! Makan apa sih Irvin ini?
"Misalnya aku pengen ngerebut kamu dari Mas-mu, gimana Hid?"
"Irviiin... Jangan bikin aku gede rasa deh! Lagian kamu kan straight. Normal! Enggak kayak aku" aku menjawab sambil mencubit pipinya gemas.
"Memangnya kamu kenapa? Kamu kan juga normal"
Jujur ya! Sebenarnya aku jauh lebih deg-degan kalau Irvin bersikap seperti sekarang ini!
Bersikap bagaimana maksudnya?
Ya seperti sekarang ini! Kami duduk berdekatan. Tangannya merangkul pundakku. Sementara wajahnya, yang menurutku enggak cakep-cakep amat karena mungkin bukan tipeku, juga hanya berjarak sekitar satu jengkal saja dengan wajahku. Tapi bodinya Irvin memang daya tarik lebihnya! Harus aku akui! Gak boleh bohong.
Dan matanya... Ya ampun Irvin! Ngapain sih kamu nunjukin ekspresi serius seperti sekarang ini? Aku tuh enggak bisa diginiin Vin!!! Kamu bisa bikin jantungku...
"Aku serius Hid! Duarius kalo kamu gak percaya!"
... berhenti berdetak!!!
"Seratus persen aku yakin, aku pengen ngerebut kamu dari Mas-mu itu!"
Selain jantungku yang berhenti berdetak, sepertinya nafasku pun ikut-ikutan tercekat!!!
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
feelnya dapet banget dan bikin penasaran.
karena yang nilai itu kan orang lain taaam, bukan kamuuu
naaah iya, aku baru mau request penampakan mereka itu gimana tam, ehh kamu udah duluan. kalo boleh dari awal dooong penampakan semua tokohnya, aku lupa2 inget semua. hehehe
nunjukin penampakan karakter itu lebih susah dari pada ngeluarin karakter itu sendiri
itu irvin serius?? ngungkapin perasaannya??? ya ampuuun wahid pasti bingung bgt itu harus pilih yang mana.
kutunggu lanjutannyaaaa.
hahaha, harus cari yang sesuai itu yang susah ye taam? yang dulu2 upload lagi juga dooong, tokoh2 laiiin *ditonjok tama lagi* hehehe
setiap tokoh udah ada ilustrasi nya kok. Mulai dari tokoh-tokoh di Y.O. sampai The Stars ini. cari sendiri deh.
Cuma PinoVino yang belum ada penampakannya
wahid bingung mendapat cobaan yg. begitu banyak yg menyayangi dan mencintainya tapi belum bisa move on dari tiki ya. #sabar....