It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
PART-20
“Jadi lu sudah nemuin pasangan yang cocok untuk lu?”
“Ya dan gue harap lu mau nerima dia jadi bagian dalam hidup gue dan gue juga ingin kalian bisa kenal lebih dekat. Seperti Ical menyukainya, gue juga harap lu suka karena lu adalah orang paling penting dalam hidup gue.”
“Semoga lu bahagia dengan pilihan hati lu dan gue juga harap dia memang yang terbaik buat lu.”
“Ya dia memang yang terbaik selain lu.” Suara langsam Sandi menandakan kalau perasaan itu masih ada walau ia memang sedang belajar melupakannya. Cinta memang tak semudah itu hilang.
Senyuman Riki mampu membuat kami ikut tersenyum kearahnya. Kuharap kedua sahabatku ini mampu menjalani komitmen yang telah mereka buat untuk hidup mereka. Semoga mereka mampu memberikan yang terbaik untuk pasangan mereka.
Yesa yang dari awal hanya berniat membuat Sandi cemburu malah jatuh cinta pada Riki. Itu yang di katakan gadis berjilbab itu padaku beberapa hari yang lalu. Tentu tak akan ada yang mampu menolak cowok paling perhatian seperti Riki, Sandi saja bisa jatuh cinta padanya apalagi gadis seperti yesa yang haus akan kasih sayang.
“Haruskah kita berpelukan sekarang?” Ucapan Riki menarikku ke percakapan kami yang terjadi di rumah Sandi. Aku hanya tersenyum dan merangkul kedua sahabatku itu. Persahabatan masa SMA yang sangat indah.
“Aku akan sayang kalian jika suatu saat nanti kita berpisah.”
“Tidak ada kata pisah Cal, kita akan tetap menjadi sahabat walau masa sekolah kita berakhir kelak.” Aku tahu ucapan Sandi itu sangatlah serius.
“Sahabat selamanya.” Ucap Riki.
***
Ketika cinta menyakitimu, maafkanlah karena itu akan menjadikan hatimu lebih baik lagi dan itulah yang terjadi dengan kakakku. Dia kembali meraih cintanya dengan Rudi dan sebentar lagi mereka akan menikah. Jangan salah dulu mengatakan kalau kakakku semudah itu memaafkan pria yang menyakitinya karena perjuangan Rudi tidaklah mudah meluluhkan kakakku lagi. Aku tersenyum bahagia untuk mereka.
“Cal? Menurut kamu yang ini gimana?” Kakakku kembali bertanya dengan gaun yang baru saja ia coba di ruang ganti. Aku hanya bisa mengangguk untuk menanggapi pertanyaan kakakku.
“Dari tadi ngangguk mulu. Terus yang mana yang harus aku ambil.” Kakakku manyun menandakan kalau dia sedang sangat bingung.
“Semua memang terlihat indah di tubuhmu sayang, Jadi sebaiknya kamu ambil yang pertama saja.” Rudi menginterupsi yang baru saja memutuskan untuk mengambil Jaz berwarna cream itu. Kakakku tersenyum dengan pipi merona karena mendapat pujian seperti itu dari kekasihnya.
“Aku ingin seperti mereka suatu hari nanti.” Suara Nathan membuatku mengalihkan pandanganku dan mendapati kekasihku sedang menatap pasangan yang bahagia itu.
“Kamu pasti akan mendapatkan gadis seanggun kak Mey, aku yakin itu.” Nathan mendelik kesal, seakan dia tak suka dengan ucapanku.
“Kenapa menatapku seperti itu?” Tanyaku bodoh.
“Kamu masih tanya kenapa? aku tidak suka tahu dengan kata-katamu. Aku hanya akan menjadikanmu sebagai pengantinku bukan orang lain.” Aku hampir tersedak dengan minumanku sendiri mendapati ucapan Nathan.
“Jadi kamu mau aku memakai gaun seperti kak Mey atau malah kamu yang ingin menggunakan gaun itu?” Nathan melemparkan aku dengan kentang gorengnya, membuat aku tersenyum lucu mengingat ucapanku barusan.
“Kita akan sama-sama pakai Jaz.” Jawabnya akhirnya.
“Begitukah?” Tanyaku menaikkan alis.
“Ya.”
“Ical, Nathan! Ayo kita photo bareng.” Aku menoleh ke kakakku yang sudah mengganti gaunnya dengan gaun yang pertama ia kenakan dan sudah ada Rudi di sebelahnya yang mengapitnya dengan manja. Aku mengikuti Nathan yang sudah berdiri dan berjalan menuju kearah kak Mey.
“Haruskah kita mengambil gambar?” Tanyaku ragu tapi kak Mey sudah menarikku ke sampingnya dan Nathan berdiri di dekat Rudi. Aku memposisikan gaya terbaikku.
***
Aku berjalan cepat kearah kelasku tapi langkahku tiba-tiba terhenti saat seseorang menarik lenganku dan membawaku ke tempat sempit.
“Apa-apaan lu Nadia? Lu buat gue kaget.” Ujarku sedikit kesal tapi kulihat Nadia hanya menunduk tak berani menatapku, mungkin. Apa yang salah dengannya? “Nadia? Ada apa?” Aku memegang dagunya dan mengarahkan wajahnya menatapku tapi tetap saja pandangannya tak tertuju padaku.
“Apa yang terjadi Nadia? Ceritakan padaku, apa yang salah denganmu.” Aku kembali membujuknya karena sikapnya teramat berbeda kali ini.
“Aku mencintaimu.” Itu suara yang keluar dari mulut gadis yang sekarang sedang menatapku, tatapannya nanar seolah kata itu tak sungguh ingin ia katakan. Aku berbalik ingin pergi tapi Nadia sudah berdiri di depanku, menghalangi jalanku.
“Jangan berkata begitu, aku hanya tak mau menyakitimu.” Ucapku sungguh.
“Temui aku besok di belakang sekolah, ada yang ingin ku katakan.”
“Kenapa bukan sekarang?”
“Kumohon jangan bertanya, aku tersiksa dengan semua ini jadi turuti permintaanku.” Dia menatap gusar, apa yang terjadi dengan gadis ini?
“Baiklah.” Ucapku akhirnya. Dia pergi tanpa bicara lagi.
Aku memasuki kelasku dan duduk di bangku. Ku keluarkan ponselku dan memakai headset. Hari ini tidak ada guru yang masuk itu tandanya waktunya untuk bermusik seharian. Senangnya tak ada pelajaran yang akan menghabiskan otakku untuk berpikir.
Sesuatu terasa menimpukku, membuatku berbalik dan kulihat Fredi sudah cengir seperti keledai di sana. Aku menatapnya bingung. Ternyata ada kertas di dekat tempat dudukku, aku memungutnya dan membacanya.
`Berkirim pesan yuk` Aku tersenyum melihat tulisan rapinya. Zaman secanggih ini dia masih meminta berkirim pesan dengan kertas.
`Sebaiknya lu kirim pesan ini ke nomor gue, pasti akan langsung gue bales.` Balasku padanya dan ku lempar lagi kearahnya tepat saat Daniel sudah duduk di bangku sebelahku.
Tak lama pesan dari Fredi mendarat lagi ke mejaku, kulihat Daniel menatap kearah kertas itu tapi hanya sebentar karena dia langsung kembali pokus dengan buku yang ia baca.
`Itu tidak menarik.` Aku mengernyit membaca pesan dari Fredi. Dia pikir berkirim pesan seperti ini asik. Aku bangun dan mendatanginya yang sedang bicara dengan Santi.
“Ehh lu sebenarnya mau ngomong apa? Sok-sokan pengen berkirim pesan lewat kertas.” Aku berucap sambil duduk di atas mejanya. Fredi nyengir kayak kuda.
“Gue mau minta tolong perbaiki motor gue, lu kan teman paling baik.” Aku sudah sangat menebak otak temanku yang satu ini.
“Lu kayak tidak tahu Fredi aja. Anaknya emang kalau ada maunya manisnya kalah-kalah madu. Hati-hati aja jangan sampai lu ke jebak rayuan mautnya.” Celetuk Sandi yang sedang asik dengan ponselnya.
“Lu pikir aku cowok perayu apa?” Sewot Fredi pada Sandi. “Mau donk Cal! Yah” Kini Fredi sudah mengelus pahaku yang ada di dekatnya dan berkedip lucu. Caranya benar-benar membuat aku terbahak.
“Sudah gue bilang untuk tak tergoda dengannya kawan.” Sandi kembali bersuara tapi tetap dengan menatap ponselnya. Fredi ingin menimpali tapi suaranya tercekat saat tiba-tiba tangannya di cengkram oleh, Daniel.
Daniel mencengkram tangan Fredi seolah ingin mematahkannya, Semua bingung melihat tingkah Daniel. Aku turun dari meja dan mulai menatap aneh kearah Daniel. Fredi juga mulai meringis karena Daniel tak kunjung melepas pegangannya.
“Lu apa-apaan sih.” Aku menariknya dan membawanya pergi dari kelas. Aku mendorongnya hingga terbentur ke dinding lorong yang sepi. Daniel menatapku dengan tatapan marah.
“Jangan seperti itu lagi di depanku.” Suaranya penuh dengan penolakan.
“Lu tidak boleh kayak gitu, lu lihat donk tatapan anak-anak kearah lu. Gak nyadar juga ya kalau selama ini sikap lu aneh.” Aku mulai memarahinya.
“Aku tidak suka dia menyentuhmu.” Daniel sedikit teriak membuat aku melongo.
“Lu emang udah gila.” Aku bergegas ingin meninggalkanya tapi Daniel memelukku dari belakang. Njrit dia gak sadar apa kita ada di sekolah. Aku berusaha melepaskan tangannya dari pinggangku dan berusah pergi darinya walau ia mengejar.
“Aku tidak mau kamu pergi, aku minta maaf. Aku tidak seharusnya bersikap seperti itu.” Aku tak mengubris semua ucapannya. Langkah terus ku pacu secepat mungkin.
***
Nadia terus memelukku dengan sesenggukan, kami sedang berada di belakang sekolah. Aku menemuinya hanya untuk mengetahui apa yang terjadi padanya tapi tidak ada suara yang keluar dari mulutnya. Aku berusaha menenangkanya.
“Ical maafkan aku.” Hanya itu yang terus ia ucapkan sampai beberapa kali. Aku yang tak mengerti dengan maksudnya hanya diam.
“Ical!” Nathan sudah berdiri di dekat kami dengan wajah memerah penuh amarah. Terjadi lagi dan kurasa ini bukanlah kebetulan. Aku hanya bisa mematung menatap Nathan. Nadia sudah melepaskan pelukanya dan menunduk.
@nakashima @abyyriza
@DM_0607 @charliemrs
@Adi_Suseno10 @abong @lulu_75
@4ndh0 @hendra_bastian @littlemark04
@arieat @bumbellbee @Adamx @Akhira @3ll0
@Adamx @haha_hihi12 @Asu12345 @Roynu
@chioazura @harya_kei @Bun @balaka
@PeterWilll @Rika1006 @Vanilla_IceCream
@ramadhani_rizky @boy @dafaZartin
@fauzhan @NanNan @cute_inuyasha
sdh tau Nathan cemburuan.....
1 part lagi ya......
moga happy ending ....