It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
coba kalau udah ketauan gini pasti susah buat bujuk Nathan yang lg cemburu..#emosi
Aku terus berlari mengejar Nathan, Dan meneriaki namanya untuk berhenti tapi amarah sedang menguasainya karena dia semakin kencang saja menambah kecepatan larinya. Aku tak ingin kehilangan dia sekarang, aku tidak bisa melihat dia salahpaham denganku.
“Jangan mengejarku lagi Val, Sudah cukup semuanya.” Ucapnya setelah aku berhasil memotong langkahnya.
“Apanya yang cukup Joi? Kamu salah tentang semuanya. Aku sama Nadia hanya berbicara dan dia memelukku, aku hanya coba menenangkannya.” Ucapku mulai menjelaskan dengan terburu-buru.
“Aku sudah tidak mau mendengar semuanya.” Nathan kembali berlari dengan kencang. Tapi kenapa dia tidak pergi ke mobilnya malah terus berlari ke jalan raya. Aku terus mengejar tak ingin terjadi hal yang buruk padanya.
“JOIIII!!!!” Teriakanku histeris saat ku lihat sebuah mobil berusaha mengincar tubuhnya, aku tahu pemilik mobil putih itu. Sangat tahu kalau mobil itu ingin menabrak dia secara sengaja.
Entah dari kekuatan mana aku berhasil mendorong tubuh Nathan hingga terlempar dan dengan Naasnya tubuhku yang tertabrak mobil yang sekarang sedang diam di depan tubuhku yang terasa kaku. Mataku berkunang, aku tidak bisa melihat semua dengan jelas rasanya semuanya berputar di kepalaku.
“Rival, kamu baik-baik saja. Maafkan aku, aku sangat meminta maaf.” Langsam ku dengar suara Nathan yang sekarang sudah memegang tanganku dan menjatuhkan kepalaku pada pangkuannya.
“Ka-kamu Ber-dar-ah.” Aku melihat bajunya berdarah dan juga wajahnya. Apa aku salah mendorongnya hingga ia terluka. Aku sangat bodoh, bukannya menolong malah membuat ia berdarah.
“Ini darahmu bukan darahku. Aku baik-baik saja, kamu tidak usah khawatir.” Seolah bisa membaca pikiranku Nathan berucap seperti itu. Aku tersenyum karena ternyata berhasil menyelamatkan hidup orang yang ku cintai rasanya mati sekarangpun tak akan ada masalah.
“Rival! Rival! Tetap bersamaku, jangan tidur. Kumohon.” Suara Nathan gusar, kenapa memangnya kalau aku tidur? Mataku rasanya teramat mengantuk dan aku ingin sekali memejamkannya.
“Ak-ku ngan-tuk” Suaraku susah sekali untuk di keluarkan. Aku benar-benar lelah sekarang. Aku mohon biarkan aku tidur sebentar saja. Nathan terus menggoyangkan tubuhku, melarang aku untuk tidur. Jahat sekali dia, aku baru saja membantunya tapi kenapa dia tak mengizinkanku untuk istirahat. Aku capek dan tubuhku terasa tak bisa di gerakkan.
“Tetap bersamaku, kumohon. Panggil ambulans bangsat!” Nathan berucap pada seseorang, aku ingin melihat siapa yang membuat Nathan berkata kasar seperti itu. Daniel berdiri di sana dengan kaku dan seolah baru saja melihat hal yang tak ingin ia lihat.
“Di-dingin Jo-Joi.” Ucapku masih dengan keterbataanku. Nathan menatapku dengan linangan Airmata. Aku mendengar suara jeritan tangis dari seseorang dan itu bukan Nathan tapi Daniel. Seingatku aku yang tertabrak kenapa malah dia yang menjerit kesakitan. Aku benar-benar tak habis pikir dengan mereka semua. Nathan tak membiarkan aku istirahat sedangkan Daniel menangis seolah tersiksa. Semua terasa Aneh buatku.
“Kemari ku peluk kamu tapi jangan tidur.” Nathan mendekap tubuhku dengan erat dan dapat kurasakan sesuatu mengalir di kepalaku membuat Nathan semakin deras mengalirkan airmatanya. Aku yakin airmata Nathan sudah mengenai kepalaku hingga aku bisa merasakan sesuatu mengalir di kepalaku.
“Maaf. Maaf. Maaf.” Suara itu terus keluar dari mulut Daniel yang sekarang sudah ada di dekatku.
“Cepat panggil ambulans, darahnya dari tadi terus mengalir. Akan kubunuh lu kalau sampai terjadi sesuatu padanya.” Suara Nathan semakin terdengar laun di pendengaranku. Aku bisa melihat dengan samar kalau Daniel merogoh ponselnya dan menelpon seseorang.
Nathan kembali menggoyang tubuhku hingga membuat aku terpaksa membuka mata. Aku hanya ingin istirahat sebentar, Apa sesulit itu membiarkanku lelap.
“Kamu tidak mencintaiku?” Pertanyaan Nathan membuat aku berusaha tersenyum yang ku yakin sangat gagal.
“Ak-ku hanya Ing-ngin ti-dur sebentar.” Nathan menggeleng tak mengizinkanku untuk tidur. Akupun berusaha tetap membuka mata agar Nathan bisa bahagia karena sekarang bahagia Nathan adalah yang terpenting untukku. Aku sudah berusaha sekuat tenaga untuk tak terlelap tapi mataku menghianatiku. Karena sekarang aku mulai merasa tubuhku tenang dan mataku terlelap hingga tak kuhiraukan lagi Nathan yang terus menyuruhku bangun. Aku merasakan ketenangan yang sangat damai mengelilingiku.
***
Aku merasakan sesuatu berusaha menembus mataku, Cahaya yang begitu terang. Aku mulai membuka mata dengan perlahan dan dapat ku ciumi aroma obat-obatan. Aku tidak suka dengan aromanya. Aku melihat ada lampu besar di langit-langit ruangan. Tubuhku terasa tak bisa di gerakkan, kaku.
Terdapat selang infuse di tanganku dan juga ada sesuatu di mulutku. Aku sangat ingin menyingkirkan benda asing ini di seluruh tubuhku. Aku melihat sekeliling, kemana orang-orang atau lebih tepatnya di mana Nathan? Dialah yang terakhir kulihat, seingatku.
Aku ingat dengan tabrakan itu. Aku ingat kalau mobil itu milik Daniel. Apa dia yang melakukan semuanya. Jika memang dia, awas aja karena aku akan balas dendam tapi nanti setelah tubuhku bisa pulih lagi.
Terdengar suara pintu di buka dan aku masih terus menatap pemilik tubuh itu yang sekarang sedang mendekat kearahku dengan tatapan tak percayanya. Aku berusaha tersenyum walau benda asing itu menghalangi mulutku.
“Kamu sadar?” Kentara sekali kalau dia tak dapat percaya dengan hal yang ia lihat. Aku mengangguk untuk menanggapinya. Baru tak bertemu dengannya kenapa dia sangat berubah ya. Aku rindu ingin memeluknya. “Tante, tante. Rival sadar!” Aku mengernyit. Apa Nathan tidak sadar kalau suaranya terlalu tinggi. Ayolah dia tak perlu sehisteris itu hanya karena aku sadar.
Aku melihat mamaku sudah berlari kearah ranjang. Entah darimana mama datang. Tapi airmata membasahi matanya, aku jadi ikut terharu.
“Nathan bisa panggil dokter kemari?” Kulihat Nathan mengangguk. Aku tidak mau dia pergi, aku lebih butuh dia daripada dokter.
***
Setelah mendapatkan pemeriksaan akhirnya aku di nyatakan sehat walafiat dan sekarang semua benda asing itu telah di singkirkan dari tubuhku. Aku duduk dan bersandar di kepala ranjang. Nathan sudah masuk lagi tapi tidak dengan mamaku.
“Bagaimana rasanya kembali?” Ucap Nathan saat dia sudah duduk di kursi di dekat ranjang.
“Kamu kelihatan kurus sekarang. Kamu baik-baik saja?”
“Meninggalkanku selama berminggu-minggu tentu aku sangat tak baik. Kamu tidak tahu ya betapa jahatnya kamu.” Aku melotot mendengarkan penjelasan Nathan. Dia bilang aku meninggalkannya selama berminggu-minggu. Tapi seingatku baru kemarin kejadian itu terjadi.
“Apa maksud kamu berminggu-minggu?” Tanyaku.
“Kamu pasti tidak tahu kalau kamu koma selama tiga minggu dan itu cukup menyiksa untukku dan keluargamu.” Jelas Nathan membuat aku hanya bisa melongo.
“Seingatku kamu bersama Daniel. Dimana dia sekarang?”
“Jangan bahas dia lagi. Kamu tidak boleh banyak berpikir itu kata dokter.” Ada yang di sembunyikan Nathan, sangat kentara dari suaranya.
“Jangan menyembunyikan sesuatu dariku, katakan apa yang terjadi?” Nathan menghela nafasnya.
“Daniel meninggal dua minggu yang lalu. Dia di temukan tewas di kamarnya saat polisi mencarinya. Dia gantung diri dan di selembar kertas yang dia pegang tertulis kata maaf untuk Ical.” Aku menangkup mulutku dengan kedua tanganku. Tak bisa ku percaya kalau orang sepintar Daniel akan melakukan hal itu. Apa yang membuatnya harus mengakhiri hidupnya dengan cara seteragis itu.
“Lalu Nadia?”
“Semua yang terjadi padamu di belakang sekolah itu adalah perintah dari Daniel dan Nadia yang begitu menyayangi adiknya itu tak bisa menolak permintaan adiknya. Saat Daniel meninggal dialah orang yang terpukul. Yang aku tahu Daniel memang tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang penuh dari orang tuanya. Dia menjadi sangat dingin, tak ada teman satupun karena anaknya yang memang tertutup. Perselingkuhan dengan Rudi juga ia lakukan hanya agar bisa merasakan kasih sayang dari orang dewasa.” Penjelasan Nathan panjang lebar. Aku hanya bisa terdiam mendengarnya.
“Bagaimana dengan yang lain? Adakah yang terlewat olehku selama beberapa minggu ini?”
“Selain dengan kemenangan basketmu dan tertundanya pernikahan kak Mey karena menunggumu sadar, aku rasa tak ada yang lain lagi yang terlewatkan dan juga semakin besar cintaku padamu.” Aku tersenyum mendengar perkataan terakhir Nathan.
“Aku lupa tentang pernikahan kak Mey. Aku sudah sehat sekarang, aku harus yakinkan kakakku untuk secepatnya menikah.” Nathan mengangguk dan memelukku dengan erat.
Aku bersama dia yang kucintai sekarang dan semuanya tidak akan terasa berat sekarang. Mungkin kematian sedang tetunda padaku tapi aku dengan sangat yakin kalau untuk orang yang aku cintai, kapanpun aku siap dengan semuanya.
Aku mempererat pelukanku pada Nathan dan dapat kurasakan hangat tubuhnya memasukiku. Aku mencintainya dan akan selalu mencintainya. Apapun yang terjadi aku sangat yakin kalau aku akan siap menghadapinya.
***
EPILOG
Aku sangat bahagia dengan pesta ini seolah semuanya sudah baik-baik saja sekarang. Melihat kakakku tersenyum bahagia dengan pemuda yang ia cintai aku turut bahagia.
Juna dan juga Sandi sekarang semakin dekat saja tak ada lagi unsur coba-coba dalam hubungan mereka karena cinta telah mempertemukan mereka dan cinta itu akan selalu membawa bahagia untuk mereka.
Aku dapat merasakan seseorang memegang tanganku dengan sangat erat. Senyumnya terlihat indah di mataku. Senyum yang akan selalu ku suka pada sosok Nathan.
“Kamu bahagia?” Tanyanya berbisik sementara orang di depan kami sedang ramai-ramainya memuji pengantin.
“Tentu saja.”
“Aku harap juga begitu. Lihatlah mereka!” Ucap Nathan menunjuk kearah orang-orang yang sedang berebut bunga yang akan di lempar oleh kak Mey. Aku hanya bisa tersenyum melihatnya.
“Kamu tidak ingin ikut?”
“Aku belum ingin menikah denganmu, bukannya tak ingin hanya waktu saja belum mengizinkan.”
“HEi si kepala perban! Masih betah juga lu deket dia?” Aku menengok dan mendapati Sandi sudah jalan kearah kami bersama Juna. Aku tersenyum miring kearah mereka.
“Mulutmu adalah harimaumu. Ingatlah terus akan pepatah itu” Timbaalku pada Sandi.
“Akan selalu ku ingat itu.”
“Nathan aku mau bicara sebentar.” Juna membawa pergi Nathan. Apa yang ingin mereka bicarakan sampai harus menjauh dariku.
“Jangan menatap mereka seperti itu. Mereka hanya ingin bicara soal sekolahan mereka.” Aku mengangguk dengan ucapan Sandi tapi perasaanku tak semudah itu dapat di bohongi.
Mataku tak salah, tentu saja mata hitam pekat itu miliknya. Aku cukup mengenal tatapan tajam tapi manis itu, itu miliknya aku yakin tapi bagaimana bisa ia ada disini. Dia menatapku, menatap seolah mengancam. Aku terus menatap lekat mata itu dan semakin yakin kalau itu memang dia.
Aku berlari mengejarnya yang sudah masuk ke kerumunan dan aku kehilangan sosok dirinya. Aku terus berlari mengejar, tidak peduli kepalaku sedang berdenyut. Aku hanya ingin meyakinkan kalau itu memang dia.
Aku keluar dari area pesta dan dapat kurasakan hawa aneh menyerbu permukaan kulitku. Apa dia bangkit dari kematian?
“Rival!” Aku tersentak kaget dan seolah gamang menyelimutiku. Perasaan takut itu tiba-tiba menghampiriku. Nathan memeluku, menenangkan aku.
“Itu dia, aku melihatnya. Itu pasti dia Joi.” Aku meronta pada pelukan Nathan, seolah akan ada seseorang yang mencengkramku.
“Dia sudah pergi. Kamu pasti salah lihat dan kepalamu juga pasti sakit. Itu yang membuatmu berhalusinasi.” Nathan tahu siapa yang ku maksud.
“Aku tidak mungkin salah lihat Joi.”
“HEi hei lihat aku!” aku menatap mata hazelnya yang selalu membuat aku tenang dan dapat kurasakan ketenangan itu menangkupku. “Dia sudah pergi dan tak akan ada lagi yang muncul di depanmu. Apa yang kamu lihat tadi hanyalah halusinasi.” Aku mengangguk. Mungkin memang halusinasiku. Walau terasa begitu nyata. Aku memejamkan mata menikmati pelukan Nathan.
Sampai sebuah kata tertulis tentang cinta seorang pecinta yang gugur dalam luruhnya sebuah kematian. Sangat di sayangkan kalau cinta yang ia miliki tak berujung indah seperti yang ia harapkan. Si pecinta mati dengan mengenaskan tapi bukankah hantu itu ada? Akankah saking besar cinta yang di miliki si pecinta hingga ia bisa bangkit dari kuburannya dan kembali mendatangi cintanya?
End
@nakashima @abyyriza
@DM_0607 @charliemrs
@Adi_Suseno10 @abong @lulu_75
@4ndh0 @hendra_bastian @littlemark04
@arieat @bumbellbee @Adamx @Akhira @3ll0
@Adamx @haha_hihi12 @Asu12345 @Roynu
@chioazura @harya_kei @Bun @balaka
@PeterWilll @Rika1006 @Vanilla_IceCream
@ramadhani_rizky @boy @dafaZartin
@fauzhan @NanNan @cute_inuyasha
okee...kutunggu cerita baru selanjutnya @yeniariani
ntar klo buat crita baru ttp mention ya neng!
thanks dah namatin ceritanye, ditunggu cerita selanjutnye
thanks dah namatin ceritanye, ditunggu cerita selanjutnye