It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
yang kembar itu seniornya toh, baca ini jadi keinget waktu mos kemarin
next update, aku dimention ya kak @SecWrit
yang kembar itu seniornya toh, baca ini jadi keinget waktu mos kemarin
next update, aku dimention ya kak @SecWrit
@lulu_75 yaap, makasih udah suka makasih udah baca
@3ll0 iyaa hehe udah ketebak ya
@Wita iya autis udah diatas limit Sam :P
@dhina26 greget banget kan ya? udah pernah ketemu yang kaya gitu bikin kesel setengah mati -,-
@dafaZartin update ^^
Bel pulang berbunyi. Para murid langsung berhamburan ke luar kelas, ada yang komplotan, ada yang berduaan, ada yang sendirian, salah satunya Sam. Sam menyandang tasnya yang sudah seperti koper karena bukunya yang banyak dan berjalan menuju pagar. Biasanya ia keluar sekolah berbarengan dengan Andi (Andi sebenarnya yang bersikukuh untuk pulang bareng). Tapi sekarang Andi sedang sibuk dengan rapat entah apa. Setibanya di gerbang Sam merogoh telepon genggamnya di saku, dan mengetik pesan untuk ayahnya.
[Yah, hari ini ga usah jemput. Sam pulang sama angkot.]
Ayah Sam memang selalu menawarkan anaknya untuk di antar pulang. Karena kebetulan toko ayah Sam tidak terlalu jauh dari sekolah Sam. Sam sebenarnya tidak keberatan di jemput dan pulang bersama dengan ayahnya, tapi supaya pulang bersama ia harus menunggu sampai toko ayahnya tutup. Dan sekarang ia harus buru-buru ke toko buku loak terdekat untuk membeli buku pelajaranya yang baru (di toko loak buku pelajaran baru lebih murah – tips dari Sam).
Sam berjalan menjauh dari sekolah lalu berdiri sambil menunggu angkot datang. Ia tidak mau ikutan bergerombolan menunggu angkot seperti murid-murid yang lain. Sam lebih nyaman menunggu sendiri dan naik angkot yang lebih sepi. Ia kadang takut karena banyak kejadian kriminal yang terjadi dalam angkot yang sepi tapi egonya yang tinggi mengalahkannya.
Sudah setengah jam tidak ada angkot yang lewat. Sam heran, padahal biasanya banyak angkot yang lewat. Sekolahnya terletak di salah satu jalan protokol kota. Sam lalu berpindah lebih jauh berpikir mungkin tempat yang ia tunggu tidak sering dilalui angkot.
Sudah lama sekali semenjak kepindahan Sam ketempat menunggu angkot yang terakir kali. Sesekali Sam melihat jam di telepon genggamnya. Kalo begini terus tokonya keburu tutup, pikir Sam. Sam menghentak-hentakkan kakinya tidak sabar. Apa stop taksi aja ya, pikir Sam.
Tetiba motor matik khas berhenti di depan Sam. Pengemudi motor tersebut membuka helmnya dan tersenyum ke arah Sam. Sam mengerenyutkan alisnya sambil sedikit membungkuk berusaha menerka siapa pemuda tersebut.
“Hei, Sam bukan? Kamu mau kemana?.”
“Eeh iya saya Sam. Mau ke toko buku.” Sam meringis, pemuda tersebut adalah senior dukun. Entah kenapa belakangan ini mereka sangat sering bertemu (tiga kali sudah termasuk banyak loh – Benak Sam). Kali ini senyum licik dan nakal senior dukun tersebut sudah kembali. Sam curiga mungkin senior dukun ini mengidap bipolar. Kelainan psikologi dimana perubahan perasaan berubah secara tiba-tiba dalam sepersekian detik. Sam tidak mengerti kenapa banyak orang yang kagum dengan ketampanan pemuda ini, yang Sam lihat cuman wajah yang suka mencomooh Sam. Plus perasaan deg-degan waktu itu langsung sirna.
“Kamu mau naik angkot?.”
“I..iya.” Sam berusaha tersenyum yang lebih seperti wajah ketika perutnya dicubit.
“Lah ga bakal ada. Ga ada yang lewat sini. Baru pertama kali naik angkot ya,” ejek senior dukun tersebut sambil tersenyum. Alis matanya terangkat ke atas terlihat menertawai Sam.
“Eh iya?, saya ga tau,” Sam menolehkan kepalanya ke samping sambil mengumpat dalam hati. Bukanya belum pernah naik angkot, tapi biasanya ia tidak naik angkot jurusan yang mengarah ke arah toko buku ini. Lagipula Sam dan Andi naik bus yang langsung berhenti di depan sekolah mereka kalau mau pulang. Sifat Sam yang malas bertanya akhirnya membalasnya dengan telak. Sam sekarang berdiri kaku dan tidak tahu harus bagaimana.
“Sini Mas antar.”
“Eh ga usah mas, saya jalan aja. Deket kok,” Sam menolak dengan seluruh tubuhnya. Sam berbalik dan berjalan menjauh. Sial, kenapa sih bisa harus ketemu lagi, umpat Sam sambil berjalan.
“Ga usah malu Sam. Atau perlu saya tarik kamu naik?,” Senior dukun tersebut sudah berhenti lagi di depan Sam sambil mengedikan kepalanya mengisyaratkan agar naik di belakang.
“Yaudah saya misi ikut.” Sam langsung naik dibelakang pemuda tersebut. Ia tidak mau berurusan lebih panjang lagi dengan makhluk terkutuk ini. Tidak ada pilihan lain selain ikut tumpangan karena waktu sudah mepet, keburu toko buku tutup dan Sam tidak bisa melanjutkan pekerjaan rumahnya. Sam harus mengatur lagi lis prioritasnya.
…
Toko Buku.
Sam turun dari motor tersebut. Ia melepas helm dari kepalanya dan menyerahkanya ke pemuda tersebut.
“Makasih banyak ya mas,” Sam berusaha memasang tampang ramah dan berterima kasih. Sam lalu mengacak-acak rambutnya yang basah karena keringat dari helm. Semoga helmnya tidak terlalu bau, ujar Sam. Ia tidak ingin menjadi beban bagi orang lain. Ia tidak ingin tersangkut paut dengan siapapun di dunia ini. Tapi yah, ia sudah tersangkut paut sebenarnya dengan senior dukun ini. Sam lalu menyandang tasnya yang sedari tadi dipeluknya. Tujuan memeluk tas ini adalah agar badan Sam tidak bersentuhan dengan punggun senior dukun tersebut ketika di atas motor. (Gue emang pintar hahaha – Benak Sam sambil tertawa sinis).
“Hehe iya, lain kali kalo mau minta bantuan bilang aja Sam,” tawa pemuda itu sambil mengedipkan matanya agar terlihat imut. (Bleeeh, kalau belakang kepalanya yang ngomong baru imut – duet cemooh antara Sam dan Benaknya). Senior dukun itu memacu motornya dan pergi kembali ke jalan raya.
kurang jelas