It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Semua orang mendatanginya yang tengah asik bermain dengan anak dari pengawal bosnya. Terlihat jelas kalau dia kaget apalagi ada orang yang tiba-tiba mencekal tangannya dengan kasar membuat rasa nyeri di pergelangan tangannya. Dia meringis tapi masih bingung dengan perlakukan tak bersahabat ini.
“Apa yang kalian lakukan?” Tanyanya sedikit membentak, agar orang itu tahu kalau dia tak suka di perlakukan dengan cara seperti ini.
“Kami harus menyerahkanmu ke pihak yang berwajib.” Suara orang yang ada di depannya. Keningnya makin berkerut saja. Atas dasar apa ia harus di bawa kesana dan criminal apa yang telah ia perbuat. Ia merasa tak melakukan apapun.
“Apa salahku?” Tanyanya lagi saat ia di paksa berjalan oleh dua orang yang memegang tangannya.
“Kamu masih bilang apa salahmu? Ternyata kamu tidak sebaik tampilan luarmu.” Orang itu terkekeh sangat kentara nada mengejek di suaranya.
“lepasin!” dia kembali meronta tapi dia kalah tenaga dengan dua orang itu.
“Lepasin dia!” Mata grey itu membentak dengan sangar. Matanya penuh kilatan kebencian, bagaimana orang-orang itu bisa memperlakukan orang yang ia cintai dengan sekeji itu. Menyeretnya bagai ia manusia yang pantas mendapat hukuman mati.
Tangan itu sudah di lepaskan dan Justin memegang tangannya yang terasa perih, menatap benci pada orang-orang yang sekarang tengah tertunduk. Bukan takut pada Justin tapi lebih takut karena teriakan Zac. Semua sudah berkerumun di lobi hotel.
“Ada apa sayang?” Tanya Selena melihat keributan yang terjadi di lobi hotelnya. Dan juga ada anak yang di seret-seret.
“Kalau sampai ada yang menyentuhnya, akan kubunuh. Siapapun itu!” Lagi-lagi ancaman keluar dari bibir ranum itu. Semua orang hanya bisa tertunduk.
Zac mengambil bahu Justin dan menyuruh Justin berdiri di dekatnya, dia ingat dulu pernah melakukan hal yang serupa pada adiknya dan jangan sampai semua juga berakhir sama. Dengan siaga ia menjaga agar Justin tak pergi darinya.
“Katakan pada saya, apa yang sebenarnya terjadi di sini?” Suara Selena bertanya pada semua orang karena putranya tak juga memberikan jawaban atas tanyanya.
“Ada tamu yang kehilangan barang Nyonya, dan barang itu di temukan di tas Justin.” Seoarang pelayan memberanikan diri menjawab pertanyaan Selena.
“Bukan dia pelakunya.” Zac kembali bersuara.
“Dari mana kamu tahu kalau bukan dia Zac?” Tanya Selena kepada putranya yang tengah memegang pinggang pemuda itu.
“Pokonya bukan dia!” Lagi Zac berteriak menatap mata ibu tirinya dengan tatapan marah.
“Baiklah aku ingin semua ini di selesaikan di ruang tertutup. Semua menatap kita, aku tidak ingin masalah ini sampai tersebar keluar!” Perintah Selena.
***
Semua berkumpul di ruang rapat. Justin duduk di apit oleh Zac dan juga Dimitri. Sedangkan Selena duduk tenang di depan mereka. Ada Moses di belakangnya dan Ken di sampingnya. Pemilik perhiasan duduk tak jauh dari tempat mereka. Sedang Rebecca membawa anak-anaknya jauh dari keributan.
Semua kini menatap kearah Justin yang tengah tertunduk, dan juga Zac yang terus berada di dekatnya. Sudah dapat di pastikan kalau cinta ada di antara mereka hingga Zac dengan mati-matian membela anak yang tak mereka kenal.
“Ceritakan semua dari awal nyonya?” Tanya Selena pada pemilik perhiasan.
“Awalnya karena keteledoran saya yang lupa mengunci kamar saya saat saya keluar menghadiri pesta anda nyonya. Saat saya kembali semua sudah hilang tapi kamar masih tertutup dan jika saya rasa yang mencuri sudah sangat hapal dengan tata letak barang-barang saya. Yang dia ambil hanya kotak perhiasan saya tanpa ada barang yang di acak-acak.” Jelasnya.
“Baiklah Justin,” Justin mengangkat wajahnya dan menampakkan mata biru kucingnya, Selena tertegun dan hampir tersentak mendapati begitu nyatanya mata itu menatap dirinya. “Brian,” Suara yang keluar tak dapat Selena tahan.
Zac menatap mamanya penuh selidik, resfon yang ibu tirinya berikan sama seperti dia dulu. Apa memang pemuda yang ia dekap ini adalah jelmaan dari adiknya.
“Anda bicara pada saya nyonya?” Tanya Justin karena ia mendengar nyonya itu menyebut nama Brian di akhir kalimatnya.
“Ohh maaf maksud saya, apa yang anda lakukan saat kejadian?” Tak ada minat lagi Selena melanjutkan pembahasan mereka. Mata itu terlalu penting untuk ia bahas dari pada masalah tak jelas seperti ini.
“Saya sedang bersama anak dari pak Dimitri. Saya sempat berjalan ke arah acara pesta tapi tak sampai masuk karena melihat,,” Dia terdiam tak sempat melanjutkan ucapannya terlalu kentara orang akan mengetahui perasaannya jika dia melanjutkan kata-katanya.
“Melihat apa Justin?” Kali ini Zac yang bertanya tapi Justin menggeleng.
“Baiklah saya rasa Moses bisa menyelidiki semuanya. Kasus di tutup. Nyonya anda bisa ikut saya!” Selena bangun di ikuti oleh nyonya pemilik perhiasan dan juga Moses yang berjalan di belakang mereka.
Ken juga ikut keluar saat lebih dulu menepuk pundak Justin.
***
“Apa aku akan di penjara kak?” Tanya Justin saat mereka sudah ada di kamar Zac dan duduk di sofa panjang di dekat jendela.
“Tidak akan.” Suara Zac tegas dengan mata yang menatap keluar.
“Darimana kakak tahu bukan aku yang salah?” Mata kucing itu kembali bertanya dengan lekat menatap mata grey yang tak juga menatap dirinya.
“Karena hatiku bilang kamu tidak bersalah.” KIni mata itu saling beradu tatap.
“Aku lega karena kamu percaya padaku. Sungguh jika orang-orang itu benar menganggap aku yang mencuri perhiasan nyonya itu, dan juga di dukung dengan kepercayaanmu pasti aku akan sangat hancur saat itu juga.” Suara khas Justin membuat Zac sedikit bergidik, entahlah kenapa hatinya selalu merasa nyaman dengan pemuda yang di depannya ini.
“Kenapa bisa begitu?”
“Entahlah.” Justin mengangkat bahu.
“Apa yang kamu lihat di pesta?” Pertanyaan Zac keluar saat dia ingat ucapan Justin yang belum ia selesaikan.
“Bukan apa-apa.”
“Tapi yang kulihat itu apa-apa dan aku tahu saat kamu jujur dan berbohong.” Kini mata grey itu menatap lekat, berharab sang mata biru kucing mau berkata jujur padanya.
“Aku-“ Justin terbata.
“Katakanlah aku mendengarkan.”
“Aku melihat wanita yang mencium pipimu, kalian terlihat sangat serasi.” Ada nada berat di suara Justin.
“Kamu sakit hati?” Zac semakin merapatkan duduknya di dekat Justin.
“Entahlah,” Senyum itu terkulum di bibir tipisnya.
“Katakan apa yang kamu rasakan saat melihat itu semua!” Nada suara tegas yang di berikan Zac mampu membuat Justin menatap gusar.
“Hatiku tak bisa menerima walau aku sendiri sulit mengetahui alasannya. Yang pasti hatiku seolah memerintahkanku untuk menjauhi kamu dari wanita itu dan kamu tahu? Aneh rasanya saat aku mengeluarkan airmata tanpa alasan yang pasti. Hanya hatiku yang terasa sakit saja.” Suara polosnya mampu membuat dada Zac bergetar hebat.
“Kamu mencintaiku?”
“Aku tidak tahu Zac.”
“Peluk aku!” Justin membenamkan kepalanya di bahu Zac, membuat rasa nyaman itu merasuki tubuhnya dan seakan semua beban sudah tidak ada pada dirinya. Jika memang yang ia rasakan adalah cinta maka ia akan sangat menerima walau cinta terlarang yang ia alami.
***
“Saya berhasil menemukan pelakunya dan dia adalah teman kerja dari saudara Justin.” Moses melaporkan hasil penyelidikannya keesokan harinya karena baginya sangat mudah untuk menyelidiki hal-hal seperti ini, apalagi pencurian itu di lakukan oleh orang yang tak berpengalaman.
“Atas alasan apa ia mencuri dan menuduh Justin sebagi pelakunya?” Tanya Zac saat sudah duduk di meja kerjanya dan memeriksa lembaran hasil penyelidikan pengawal ibu tirinya.
“Mungkin hanya butuh duit dan juga iri terhadap saudara Justin karena terlalu mudah dekat dengan anda.”
“Dekat denganku?” Dahi Zac mengerut menandakan dia bingun kenapa jadi menyangkut dirinya.
“Yang melakukannya adalah seorang wanita dan dia menganggumi anda atau lebih tepatnya mencintai anda dan dia ingin anda membenci saudara Justin, sebab itulah dia mencoba menjebak saudara justin atas pencurian yang dia lakukan.”
“bagimana kamu bisa tahu semua dengan sedetail itu?” Zac menatap pengawal yang masih setia berdiri di meja kerjanya.
“Anda bisa mendengarkan rekaman ini.” Moses menyerahkan sebuah ponsel ke meja Zac dan langsung di putar oleh Zac. Dengan sangat jelas ia mendengar suara wanita meracau dan bercerita tentang kesusahannya dan kebenciannya pada Justin.
“Kamu membuatnya mabuk?”
“Itu cara terampuh untuk membuat seseoarang berkata jujur.” Seringaian keluar dari bibir Moses dan Zac hanya bisa manggut-manggut memuji dalam hati atas kehebatan mantan pengawal sang adik.
“Aku akan memberitahu Justin tentang semua ini. Terimakasih Moses.” Zac beranjak pergi.
***
“Jadi dia pelakunya?” Ucap Justin saat Zac sudah ada di depannya dan memberitahunya semua kebenarannya.
“Ya, namanya Lea dan dia bekerja denganmu. Kamu ingin aku melakukan apa padanya?”
“Tidak usah, biar aku yang lakukan.”
“Kamu mau melakukan apa?”
“Aku pergi,” Justin beranjak meninggalkan Zac tapi bukan Zac namanya jika masih ada tanda tanya di otaknya.
Justin menghentikan langkahnya saat mendapati Lea yang sedang asik bercerita dengan seorang resefsionis dan tanpa berucap apa-apa Justin langsung menamparnya.
“Kamu apa-apaan sih?” Tanya Lea kesal dengan memegang pipi kanannya yang terasa panas. Matanya nyalang seolah ingin memakan Justin saat ini juga.
“Kamu ternyata tidak hanya menyebalkan tapi juga seorang pemitnah.” Justin mulai berucap membuat semua mata kini tertuju kearah mereka.
“Apa maksudmu?” Nada gugup itu mulai terdengar di suara Lea.
“Kamu kan yang melakukan semuanya? Aku tidak nyangka kamu sejahat itu.”
“Kamu di pecat!” Kali ini Zac yang berucap membuat Lea melongo.
“Tapi pak saya salah apa?” Tanya Lea miris.
“Kamu yang mencuri perhiasan dan sekarang saya dengan baik tidak melaporkanmu ke kantor polisi. Jadi mulai sekarang kamu sudah tidak lagi kerja di sini.” Itu kata-kata penutup dari ucapan Zac karena sekarang Zac sudah mengambil tangan Justin dan membawanya pergi.
“Apa perlu di pecat?” Tanya Justin saat mereka sudah jauh dari lobi.
“Dia pantas mendapatkannya.”
***
“Aku mencintaimu.” Entah keberanian itu datang dari mana, bibir tipis itu berucap pasti tanpa ada celah keraguan di suaranya. Mata grey itu mengerjap beberapa kali hanya untuk menandakan dia terkejut saat pemuda bermata biru kucing itu dengan pasti mengakui perasaannya.
“Kamu serius?”
“Hmm” Justin hanya membalas dengan gumaman tapi itu sungguh mampu untuk membuat pria bermata grey itu berjalan dan dengan gemas melumat bibir tipis Justin.
Justin tersentak melihat reaksi Zac hingga ia hanya bersikap pasrah ketika bibirnya di kulum dan di sesap oleh bibir ranum itu. Kini tangan Zac sudah berada di leher Justin dan tangan Justin berada di dada Zac.
Zac tidak hanya memberikan ciuman mengejutkan, lagi-lagi mata biru kucing itu sedikit membelalakkan mata saat tangan besar itu sudah meraba bagian dadanya membuat desahan-desahan terdengar di bibir tipis itu, desahan Justin semakin membuat Zac seperti kelaparan.
Zac menggiring tubuh mungil itu keranjangnya dan menjatuhkan si mata biru kucing di atas ranjang yang langsung ia tindih. Mereka berpandangan seolah sama-sama saling meyakinkan kalau inilah yang harus mereka lakukan, menyatu.
Mata biru kucing itu tertutup seakan mengiyakan kalau ia siap dan saat wajah Zac semakin dekat dan hampir membuat mereka bersentuhan dengan cepat Justin memalingkan wajahnya membuat kening Zac berkerut heran.
“Haruskah kita lakukan ini?” Ada keraguan di tanya pemuda itu.
“Aku tak ingin kehilanganmu.”
“Tapi,”
“Kamu ingin aku berhenti?”
“Tidak, bukan itu.”
“Lantas?” Tangan Zac berada di pipi Justin dan meraba wajah itu penuh damba.
“Apa menurutmu aku nakal?” Justin bertanya ragu dan menggigit bibir tipisnya.
“Ya kamu nakal,” Zac berusaha menahan senyumannya.
“Benarkah?” Mata biru kucing itu melebar terkejut dengan kata iya dari bibir ranum yang sekarang ada di atasnya.
“ya kamu memang nakal dan juga lucu. Aku suka bahkan sangat suka dengan kenakalanmu jika bersamaku.” Kini bibir ranum itu tersenyum. Justin juga ikut senyum mendengarnya.
“Jadi bisakah kita lanjutkan kenakalan kita yang sempat tertunda olehmu?”
Justin mengangguk dan Zac yang yang tak ingin melihat keraguan di mata biru kucing itu lagi langsung saja melumat bibir tipis yang begitu menggodanya.
Entah untuk kesakitan apapun yang mereka alami dulu, semua sudah terbayar dengan nikmat yang mereka lakukan atas dasar suka sama suka.
***
@zeva_21 @Bun @3ll0
@Otho_WNata92 @lulu_75 @nakashima
@SteveAnggara @hendra_bastian
@harya_kei
@fauzhan @NanNan @boy
@BangBeki @arieat @Asu123456
@boybrownis @DM_0607 @littlemark04
@4ndho @jacksmile
@kristal_air @Pradipta24
@_abdulrojak @ardavaa @abong
@dafaZartin @cute_inuyasha @_keanu @JimaeVian_Fujo
@zeva_21 @Bun @3ll0
@Otho_WNata92 @lulu_75 @nakashima
@SteveAnggara @hendra_bastian
@harya_kei
@fauzhan @NanNan @boy
@BangBeki @arieat @Asu123456
@boybrownis @DM_0607 @littlemark04
@4ndho @jacksmile
@kristal_air @Pradipta24
@_abdulrojak @ardavaa @abong
@dafaZartin @cute_inuyasha @_keanu @JimaeVian_Fujo
typo tuh harusnya Zac bukan Brian.
asek asek J-Z udah bersatu!