It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
titip mention bang!
Ronan menelan ludahnya sendiri. Ia yakin sekali tadi gadis itu sedang berbicara dengan seseorang. Bukan, 4 orang. Dan dia bahkan diancam oleh salah seorang dari keempatnya.
Tapi, ia berani bersumpah demi apapun jika tak ada siapapun lagi selain gadis ini dan pemuda berhoodie yang duduk disampingnya. Dan ia begitu yakin sekali dengan kehadiran ke empat orang itu.
Yakin dengan opininya, Ronan kembali menoleh kepada pemuda dan pemudi itu yang langsung dibalas oleh tatapan tak suka dari si gadis.
Sudahlah, untuk apa juga ia mengurusi urusan orang lain? Ronan juga punya orang mabuk yang sedang duduk disebelahnya untuk diurusi. Yang benar saja
---
Waktu menunjukkan pukul 8 pagi di Fallsprings. Matahari sudah sedari tadi menari nari dilangit. Burung burung pun juga tampak mulai beterbangan kesana kemari seperti menyampaikan pesan dari Tuhan untuk membangunkan setiap orang.
Kicauan aves-aves itu begitu merdu hingga kau ingin sekali merekamnya melalui recorder. Dan juga nyaring hingga dapat terdengar beberapa meter jauhnya.
Sepertinya burung itu berhasil.
Yoga yang masih bergerumul bersama bantal didalam sebuah flat sederhana dilantai 4 terbangun. Lebih tepatnya terpaksa bangun. Bau alkohol tercium dan itu berasal dari tubuhnya.
Ia mengedip-ngedipkan matanya beberapa kali sebelum kembali menguap kemudian melihat sekeliling. Ini bukan rumah Yoga. Lantas rumah siapa?
Dan baju yang ia pakai juga bukan baju yang ia pakai kemarin malam. Sebuah kaos bergambarkan sneakers di bagian depan. Dimana Yoga? Dia mencoba mengingat ingat kejadian malam kemarin di bar.
Oke, dia ingat kalau dia telah melirik seorang striptease tampan di pole nya. Apa mungkin ini adalah rumahnya? Yoga pasti sudah bekerja keras kemarin malam jika itu memang benar.
Jadi, dia tendang selimut yang membungkusnya tadi hingga jatuh ke sudut lain di atas kasur. Dia kembali melihat sekeliling dan menemukan sebuah meja dengan mesin ketik kuno diatasnya.
Ck. Lucu sekali, siapa yang masih menggunakan barang barang kuno seperti itu di zaman seperti ini?
Yoga lantas melangkahkan kakinya menuju sebuah pintu di sudut kamar. Baru beberapa langkah saja ia berjalan, ia sudah mencium bau harum dari luar. Striptease yang ia tiduri ini pasti pintar sekali memasak. Pikir Yoga lagi. Ia kemudian menarik gagang pintu dan langsung disambut oleh sebuah ruang tamu dengan tumpukan majalah diatas mejanya.
"Hi. Good Morning" Sapa seseorang dari samping kiri Yoga. Dia menggunakan apron kotak kotak berwarna hitam saat ini dengan tangan kanan yang sedang memegang spatula. "Bagaimana keadaanmu? Kau benar benar mabuk semalam"
Oh tidak, dia pasti dibopong kerumah orang asing lagi dan Josh kembali membongkar identitasnya. Lain kali Yoga akan menyumpal mulut bartender itu dengan bawang merah. "Yeah, i'm good" Yoga yakin sekali kalau dia ada di flat pria asing ini.
Ronan tersenyum dan berbalik. Sepertinya dia benar benar sibuk di dapur. Jadi Yoga mengikutinya saja dan memilih untuk duduk di meja makan.
"Aku membuatkanmu sandwich pagi ini. Kau suka?" Kata Ronan membelakangi Yoga.
"Ya. Terserah saja. Dimana bajuku?"
Ternyata Ronan tidak begitu sibuk, baru sebentar ia menyibukkan diri, kritikus itu lantas membalikkan badan dengan dua piring sandwich ditangannya. "Dibalkon. Aku menjemurnya. Have a breakfast first!"
Yoga hanya mengangguk angguk dan lalu menerima piring itu. Cukup banyak isiannya, dua potong roti, selembar selada, potongan sosis dan juga keju. Benar benar makanan orang luar, batin Yoga.
Ronan meraih sebuah kaleng mayonnaise ditengah tengah meja. "Jadi, siapa namamu?" Tampaknya ia sedang mencoba berbasa basi saat ini.
"Yoga"
"Great name!"
Yoga hanya terkekeh dan kembali melahap breakfast nya. Ia yakin sekali sosok didepannya sudah tau banyak tentang dirinya.
"By the way, I'm Ronan" Ronan memperkenalkan dirinya. "Aku sudah tahu banyak tentang dirimu"
Yoga menelan sandwich yang ada didalam mulutnya. "Seberapa banyak yang kau dengar dari Josh?"
"Phew! Kalian pasti sangat akrab" ucap Ronan sambil kembali menuangkan mayonnaise diatas sarapannya. "Banyak. Aku tertarik dengan usahamu di New York"
Alis Yoga bertaut satu sama lain dan matanya menyipit. "Tertarik? Apa maksudmu?"
"Well, aku adalah kritikus makanan sebuah majalah di San Fransisco"
"Lalu?"
"Aku ingin mengadakan kerjasama denganmu" mendengar kata kerjasama, Yoga spontan langsung terbatuk batuk. Tak ada sebelumnya orang yang mau bekerjasama dengan Yoga. Mereka hanya memanfaatkannya, menikmati tubuhnya, lalu meninggalkan ia begitu saja.
Pipinya terasa panas saat ini.
"Why are you blushing?"
Dengan cepat Yoga langsung menggelengkan kepalanya dan mencoba untuk menikmati sarapan paginya sambil sesekali melengok ke Ronan.
Ronan memiliki hidung yang mancung. Berbeda dengan hidung orang Indonesia asli milik Yoga. Sorot matanya tajam dan berwarna coklat menyala. Selain itu, bulu bulu halus yang menghiasi wajahnya kian menambah kesan seksi padanya.
Hampir saja Yoga akan menerjang dan menindih pria yang berada didepannya ini jika ia tidak bisa mengontrol akal sehatnya beberapa saat yang lalu.
"Jadi.." Yoga bersuara. "Kerjasama macam apa yang kau mau?" Sandwichnya masih tersisa setengah sedang Ronan sudah habis duluan.
"Begini, aku dikejar deadline karena minggu depan kritikanku sudah harus ada di redaksi percetakan. Maka daripada itu, aku butuh makanan yang belum pernah kucoba sebelumnya untukku kritik"
Lagi lagi alis Yoga bertaut. "Dengan kata lain kau membopongku kerumahmu hanya agar aku bisa memberikanmu seporsi penuh rendang asli Padang?"
Ronan tersenyum. "Ya begitulah" gumamnya. Jari jemari tangannya berputar putar mengelilingi mug hitam diatas meja.
Yoga menggigiti lagi sandwichnya. Selama ini memang belum pernah ada kritikus yang menghampiri restorannya. Hanya Adam, Koi, Sasha dan Caca yang menjadi pelanggan tetap merangkap kritikus makanan.
Memang sih mereka bukan kritikus asli, tapi dengan adanya Koi dan Adam yang baru baru ini menjadi headlights di beberapa majalah terkenal mampu membuat restorannya berkembang. Tapi itu sudah setengah tahun yang lalu, sudah lama sekali mereka tidak berkumpul bersama.
Sasha juga sudah sibuk dengan rumah tangganya. Sedang bisnis pakaian online Caca juga mulai merambah kancah internasional.
Mereka semua sibuk.
Dan itu juga mempengaruhi besarnya keuntungan yang didapat restorannya.
Apa dengan adanya Ronan dan kritik yang akan dilontarkannya nanti yang bahkan belum diketahui apa itu buruk atau tidak akan berpengaruh?
"Jadi.. bagaimana?"
Ronan membuat Yoga terbangun dari lamunan karena tawarannya ini. "I'll think about it" kata Yoga kemudian sambil tersenyum.
Mereka berdua kemudian tenggelam dalam pikiran mereka masing masing. Ronan dengan bagaimana cara membujuk Yoga untuk mau dan ikut andil dan proyek kerjasama ini, dan Yoga yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu yang lain.
Cukup lama memang keheningan tercipta diantara mereka. Maka kemudian, Yoga bersuara.
"Ronan, apa kau tinggal disini sendirian?"
"Ya, begitulah"
Oh, orang ini sama 'ngenes' nya denganku. Pikir Yoga. "Flatmu ini di daerah mana?"
"Fallsprings barat"
"Fallsprings barat?" Rumah Yoga berada di Fallsprings timur dan itu berarti ia harus menempuh jarak yang cukup jauh. Sekitar 45 menit dengan menggunakan bus.
"Aku akan mengantarkanmu nanti. Hari ini aku libur. Kau sudah selesai makan?" Ronan berdiri dan membawa piring piring kotor ke sink. Itu berarti piring punya Yoga juga termasuk.
"Apa kau Gay?" Satu lagi, Yoga selalu memastikan orientasi seksual setiap orang sejak saat dia menetap di USA. Aneh sekali dia.
Ronan terkekeh. Matanya menyipit tapi masih meninggalkan kesan maskulin di wajahnya. "Aku tidak pernah berkencan dengan seorang pria sebelumnya"
Dengan begitu jelas sudah. Ronan bukan orang yang bisa untuk diajak melakukan ONS bersama Yoga. Karena dia straight. Lagian, Yoga juga punya seseorang yang dia sukai.
---
Fallsprings, kota kecil yang terletak beberapa mil jauhnya dari Amerika Serikat. Alamnya masih asri dan di kelilingi oleh pegunungan indah. Pepohonan pun bahkan berjejer indah di tepi jalan jika kau berkeliling. Jika kau selalu mendengar bunyi deru mesin kendaraan di kota, maka di Fallsprings kau akan mendengar bunyi bel kecil orang orang pada sepeda.
Fallsprings memang kota yang kecil, namun bukan berarti dia tak terkenal. Meski begitu, jarang orang luar yang ingin menginap barang sehari saja disini. Karena ketidak adaan Hotel. Yang ada hanya Motel yang lagi lagi kecil.
Semua itu bukan tanpa alasan. Penduduk Fallsprings selalu mencintai dan menjaga lingkungan. Dan daripada itu, mereka memutuskan untuk tidak membangun hotel dan beberapa fasilitas umum lainnya. Banyak pengunjung, juga berarti banyak sampah 'kan?
Rumah Yoga terletak di jalan Fallspring Timur. Pas sekali dengan nama daerahnya. Fallspring Timur adalah tempat dimana kau bisa menemukan dan menikmati cahaya matahari sepuasnya. Karena disini, tidak ada apartemen, rumah susun, ataupun gedung bertingkat lainnya. Hanya beberapa rumah penduduk. Itupun dalam jumlah yang sangat kecil.
Ronan menepati perkataannya untuk mengantarkan Yoga pulang. Dan kali ini, tidak menggunakan bus lagi. Melainkan menggunakan mobil sedan hitamnya. Ronan terbiasa menggunakan kendaraannya jika sedang libur. Di hari hari biasa dia juga pakai 'kok.
Banyak hal yang Ronan dan Yoga obrolkan selama berada didalam perjalanan. Ronan bertanya bagaimana bisa Yoga mendapatkan badan seperti itu dan itu benar benar membuatnya iri. Kemudian Yoga yang menggoda Ronan karena wajahnya yang tampan sambil sesekali bercanda akan bisa berbagi ranjang.
Mereka tampak cepat akrab. Sepertinya Yoga sudah tak benar benar kesepian lagi sekarang."Didepan, belok kiri" Yoga menunjuk sebuah belokan di persimpangan saat mereka berada di sebuah pusat perbelanjaan.
Ronan dengan sigap langsung membelokkan mobilnya dan disambut dengan jejeran rumah rumah. Lingkungannya masih hijau, serta bangunannya tertata rapi. Ditambah lagi, suara cicit burung burung masih bisa terdengar padahal waktu sudah menunjukkan pukul sebelas.
"All right, Bodybuilder. Which one is your house" Yoga terbahak mendengar nama yang disematkan Ronan padanya.
"Lain kali kau harus berusaha keras, Tuan Wajah Tampan. Rumahku berada di paling pojok didepan rumah kayu itu"
Kini mereka berdua yang terbahak. Ahh, sudah lama sekali rasanya Yoga terbahak seperti ini. Terakhir,ialah saat Adam tak sengaja menumpahkan gelas milkshake ke dada Sasha.
Entah kenapa dia rasa rasanya bersyukur sudah dibawa ke apartemen Ronan. Mengenalnya juga terasa menyenangkan.
Ronan memarkirkan mobilnya tepat didepan rumah Yoga. "This is your house?"
"Yup! What do you think?" Yoga lantas membuka pintu mobil. "Aku mendapatkan harga murah akhir tahun waktu membelinya"
"Menurutku itu adalah rumah yang indah"
Yoga tersenyum. Ini baru pertama kalinya ada orang yang memberikan pendapat tentang rumahnya. Selain Adam, Koi, Sasha dan Caca sih.
"Mau masuk dulu?" Tawar Yoga setelah berada di luar mobil. Namun dengan sopan Ronan menolak karena dia harus mengurus beberapa hal dirumah tentang kritikannya nanti. Oh benar, Yoga setuju melakukan kerjasama itu dengannya.
Kemudian Yoga berbalik dan membuka kunci pintu rumahnya. Ronan masih berada didepan rumahnya. Dia memang akan tenang jika telah melihat sosok yang diantarkannya masuk kedalam tempat tujuan dengan selamat.
Akhirnya Yoga berhasil masuk kedalam rumah dan ia kemudian menutup pintu sebelum kembali mengucapkan terimakasih pada Ronan.
Baru saja Ronan ingin menginjak pedal gas, sesuatu yang keras menghantam kepalanya. Untung hanya batu kecil, bukan batu besar. Tapi, tak ada siapapun di luar kecuali Ronan sendiri. Ronan mengedarkan pandangan ke sekeliling mencari orang yang telah melempar kerikil ke kepalanya.
Tapi tak ada satupun.
Pandangannya kemudian terkunci pada sebuah rumah tua yang berada tepat didepan rumah Yoga.
Rumah itu begitu tak terawat. Salah satu jendelanya bahkan pecah. Dan satunya ditutup dengan papan. Tak ada tanda tanda kehidupan didalamnya. Sempat terlintas dipikirannya bahwa seseorang yang melemparkan kerikil itu pasti bersembunyi didalam rumah itu.
Ck. Masih saja ada orang yang iseng melakukan ini. Ronan membuang kerikil itu ke sembarang arah dan menginjak pedal gas dengan pelan. Namun lagi lagi, sesuatu mengenai kepalanya.
Ronan sedikit kesal dan langsung meraih batu kerikil itu.
Tapi, ada yang berbeda kali ini.
Ada sebuah kertas yang membaluti kerikil itu. Kertas apa itu? Ronan membuka kertas itu dan menemukan sebuah tulisan.
Hi Tuan Wajah Tampan. Ayo kita berteman.
Begitulah bunyi tulisannya. Ini pasti ulah Yoga. Gumam Ronan. Nanti ia akan membahasnya.
---
Friday Night. Siapa yang tak menyukai hari jum'at? Semua orang menyukainya karena setelah itu, hari sabtu dan minggu adalah waktu istirahat bagi mereka.
Saat ini Yoga sedang nonton di ruang tengah. Menghabiskan waktu menonton marathon How I Met Your Mother dengan semangkok penuh popcorn panas dan anggur tahun 70' di atas meja.
Udara di luar terasa dingin. Yoga memang membawa dua lapis selimut saat ini karena di berselonjor di sofa. Ia menutupi kakinya hingga dada. Tangannya sesekali akan menggapai popcorn. Kemudian tertawa melihat tingkah Barney.
Kapan ya Yoga dan teman temannya bisa memiliki waktu seperti itu lagi? Dia benar benar iri dengan Ted yang selalu dikelilingi teman temannya.
Yoga meraih ponselnya saat benda itu berdering. Ternyata ada satu pesan dari Ronan.
"Aku sudah siap dengan pertanyaanku. Sebaiknya kau persiapkan dirimu Tuan Bodybuilder. Oh, dan aku mau menjadi temanmu -R"
Tampaknya Yoga akan sibuk besok. Karena dia akan menyajikan rendang untuk teman barunya itu. "Well see you then x" balas Yoga.
Tak perlu menunggu waktu lama, pesan lainnya dari Ronan kemudian datang. "Stop kissing me you fag. Lol"
Sepertinya mereka berdua benar benar sudah akrab.
btw mention saya ketika sudah update ya, @AbdulFoo