It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Klo update titip mention ya @AbdulFoo
ayo lanjut kaaan.
gw malah kok setujunya sama arthur yee sama2 seniman dan kesepian. hehehe
"Oh ya? Memangnya ada yang menganggumu?"
"Ada" Jawabnya cepat. Mata Art tak sedikitpun berpaling dari siluet wajah lukisan kedua.
"Siapa?"
Arthur menghela nafas panjang sambil memicingkan kedua mata. "Namanya Hans. Dia sangat suka menganggu saat saat tenangku. Saat aku tidur, dia datang menganggu. Saat aku makan, dia datang menganggu. Dia benar benar penganggu"
Yoga mendengarkan dengan seksama sembari membayangkan bagaimana rupa Art saat tidur. Pasti bakal indah sekali mengingat tidak tidurpun pesonanya tak bisa ditolak sedikitpun.
Ada jeda cukup panjang sampai akhirnya Arthur bersuara lagi. "Mr. Tumblestone sekilas terdengar seperti orang yang kasar. Tapi dia benar benar menyayangiku lebih dari orangtuaku menyayangiku"
Yoga sedikit terkejut. Dia seperti tak percaya dengan statement dari Art. Bagaimana mungkin ada sosok lain yang memberikan kasih sayang melebihi orang yang telah memberinya hidup? "Melebihi orangtuamu?"
"Kau mau melihatnya?"
Yoga berkedip. "Melihat apa?"
"Lukisannya"
"Tak usah" dia tersenyum. "Aku tertarik mendengar ceritamu tentang si Tumblestone ini. Ceritakanlah" Kata Yoga dan semakin mendekatkan duduknya kesisi Art sementara ia berkicau panjang lebar.
---
Kenyataannya Ronan benar benar menjadi tidak enak badan setelahnya. Berteriak teriak dilorong antara bangunan benar benar menguras tenaga. Apalagi beberapa tutup kaleng sempat menggores lengannya meski tidak terluka cukup parah.
Ronan saat ini sedang mengistirahatkan badannya diatas kasur. Ia duduk di pinggir sambil memberikan antiseptik di bagian lengan yang terluka. Dia tak meringis. Luka seperti ini sudah sering ia dapatkan.
Dia sudah agak mendingan sekarang. Meski Yoga tak sempat membuatkannya coklat panas, ia membuatkan dirinya sendiri dirumah. He found his peace right after.
Hanya saja, ingatan tentang 5 pesan beruntun itu begitu susah untuk ia lupakan. Terutama pesan terakhir yang secara terang terangan menentang dirinya. Seperti merendahkan Ronan. Ia paling benci direndahkan.
Dulu kejadian yang sama pernah ia alami, dia pernah direndahkan oleh seorang pria saat baru saja keluar dari stasiun. Ketika itu dia dalam perjalanan pulang menuju apartemennya. Orang itu datang dan langsung menarik Ronan hingga kebelakang toilet umum.
Pria itu seenaknya membelai pipi Ronan. Secepat kilat, Ronan membanting orang itu. Dia bukan gay, dan jelas sekalu bahwa orang itu menganggap Ronan adalah gay.
Itu adalah penghinaan. Dan merendahkan. Dan Ronan berjanji akan membunuh siapapun yang melakukan itu semua padanya.
Pria yamg sedang membersihkan lukanya didalam kamar itu terhenti saat seseorang terdengar memasuki apartemennya. "Ronan, are you here?"
Ronan sangat tahu siapa itu. Jadi dia bangkit dan berjalan keluar menyambut orang tersebut. Orang itu meletakkan barang bawaannya di meja tamu saat melihat penghuninya keluar dari dalam kamar. Dia sedikit tersentak saat melihat luka luka di tangan temannya itu.
"Apa yang terjadi?" Tanyanya. Ronan tak menyahut dan malah berjalan membuka bungkusan itu. Sekotak cronut. Orang ini benar benar tau makanan kesukaannya.
Namanya Beck. Beck adalah salah satu kolega Ronan di redaksinya. Setiap artikel yang ditulis oleh Ronan, Beck akan bertindak sebagai editor untuk memastikan ada tidaknya cacat pada tulisan itu.
Ronan mengibaskan tangannya seraya menyuruh Beck untuk diam dan duduk menikmati cronut bersamanya.
"Please, jangan bilang kau terlalu depresi saat ini karena belum menemukan objek yang pantas untuk dikritiki selanjutnya"
Ronan mulai merasa kesal, "Beck, just shut up and have some cronuts" . Beck adalah tipikal orang yang cerewet bagi seorang cowok. Dia tak akan pernah menyerah untuk mendesak semua orang untuk mendapatkan jawaban yang dia inginkan.
"Bagaimana kabar Selena?" Selena adalah istri Beck. Mereka menikah beberapa bulan yang lalu, dan Beck, baru saja kembali dari bulan madunya.
"She's fine, jika angka kecerewetannya dihitung, maka akulah yang unfine disini"
Beck menikah wanita yang lebih cerewet darinya. Dan itu benar benar membuat hidupnya berubah seketika. Jika sewaktu bujangan dia akan bebas mengkritisi apapun sesuai dengan ideologinya, maka sekarang ada Selena yang akan mematahkan semua ideologi Beck yang tidak masuk akal.
"Itu salahmu sendiri karena menikahi wanita cerewet" Ronan menghabiskan cronut ditangannya. "So, aku baru saja menemukan sebuah makanan baru yang bisa aku kritiki"
"Tell me"
Ronan berdehem sebentar. "Jadi, ini adalah masakan Indonesia. Kau tau Indonesia kan?"
Alis Beck terangkat sebelah. "Maksudmu, Bali?"
"Kupikir awalnya Bali adalah Indonesia. Tapi setelah aku bertemu this guy, aku akhirnya tahu bahwa Indonesia memiliki banyak daerah lain"
"Kupikir tak ada salahnya jika kita sesekali berlibur kembali ke Bali, aku akan mengajak Selena" Ucap Beck sedikit menggoda Ronan. Dia tau betapa sukanya koleganya tersebut dengan pantai. "Ngomong ngomong, siapa this guy ini?"
Ronan bangkit dan mengambil beberapa plester di kotak p3k kemudian kembali duduk bersama Beck. "Yoga"
"Maksudmu.. Yoga yang baru baru ini disorot karena bisnisnya di New York?" Ronan mengangguk. Pandangan Beck kemudian teralihkan ke luka luka di tangan Ronan. "Apa ini ada hubungannya dengan dia?"
"Apanya?" Tanya Ronan balik.
Beck menarik tangan Ronan yang terluka dan menunjukkan bagian yang di plester. "This"
Dia hanya mendesah. Tadi Beck sudah menanyakan hal itu. Seharusnya dia bohongi saja koleganya itu tadi agar dia tak mendesak Ronan untuk menjawab.
"Itu bekas cakaran kucing" bohongnya. Ronan baru akan menarik tangannya sampai kemudian Beck dengan lancang membuka plester tersebut dan terkejut melihat sabetan yang menganga. "Kucing tak akan bisa mencakar seperti ini. Apa kucing itu bisa bermain katana?"
Oh great, sekarang dia akan menceramahiku sepanjang hari, batin Ronan. Dengan cepat dia menepis tangan Beck dan kembali memasang plester ke bagian lukanya yang menganga.
Apa Ronan harus menceritakan ini padanya? Terakhir kali dia menceritakan bahwa dia dilecehkan oleh beberapa orang membuat Beck menangis hingga esok paginya karena tak bisa menolong. Dan lihat saja, bahkan saat ini matanya sudah berkaca kaca.
"Apa aku harus menceritakannya? Huh?"
"Tentu" jawab Beck. "Kau sahabatku, dan itulah gunanya sahabat kan?"
Selalu begitu jawaban darinya. Ronan akhirnya luluh dan menceritakan apa yang baru saja menimpanya. Tentang surat surat misterius dan juga kaleng kaleng sarden yang melukai tanganya.
Ronan bahkan juga menceritakan perihal Jill dan Tumblestone. Sosok yang kesal kepadanya, dan juga sosok yang menghinanya.
Dia menunggu reaksi Beck bagaimana. Dia hanya tak ingin mengurusi sifst cengeng Beck kali ini karena dia memang benar benar sedang tidak bernafsu. Lihatlah, bahkan bibir bawahnya bergetar saat ini.
---
Suasana pemakaman masih sama: sejauh mata pemandangan hanya nisan dan salib yang ada. Fallspring Public Cemetary. Masyarakat Fallspring menguburkan keluarganya di area ini. Hanya ada satu komplek pemakaman di kota kecil ini, dan inilah tempatnya. Jika kau membaca tulisan didepan pagarnya, maka kau akan mendapati jumlah orang yang pernah dikuburkan disini bertotal 1000 orang. Angka yang banyak untuk kota yang kecil, bukan?
Dibawah sebuah pohon Willow, seorang pria berambut coklat dengai pakaian hitam berkabung berdiri didepan sebuah nisan. Dia sudah seperti itu sejak 3 jam yang lalu. Pria yang selalu mengunjungi makam itu setiap minggu dengan pakaian yang sama. Terhitung ini sudah kali ke-52 nya dia kesini.
"Aku akan kembali besok, Lowie. Jaga dirimu baik baik disana" Suaranya terdengar lirih dan krmudian berjalan keluar pemakaman.
Lowie adalah kekasihnya. Dia meninggal awal tahun lalu karena penyakit yang dideritanya. Connor nama kekasihnya itu. Dia begitu mencintai kekasihnya sampai sampai dia tak percaya kalau Lowie telah tiada. Dia masih tak bisa menerima fakta yang sebenarnya. Maka dari itu dia selalu mengunjungi makam ini. Ya, makam Lowie Grapes.
Langkah Connor terhenti saat dia melihat sebuah kertas yang ditempelkan dijendela mobilnya. Awalnya dia mengira itu adalah surat tilang, karena dia tidak memarkirkan mobilnya ditempat yang telah disediakan. Tapi saat ia meraihnya, ternyata tidak.
Percayalah, Lowie akan baik baik saja disana. -T
T? Siapa T? Connor mendongakkan kepalanya dan menoleh ke kiri dan kanan. Dia yakin sekali pemakaman ini jarang sekali dikunjungi oleh orang orang kecuali pada bulan desember. Dan dia begitu yakin bahwa tadi,hanya dia seoranglah yang berziarah hari ini.
Ah sudahlah. Paling hanya orang iseng. Batin Connor dan lalu menjauh dari pemakaman itu dengan mobilnya.
---
"Iya! Iya! Gue lagi nonton nih!" Pekik Yoga. Saat ini dia sedang berada diruang tengah dirumahnya menonton salah satu acara awards. Volume yang disetelnya sangat keras. Sangat sanat keras. Sampai dia harus berteriak untuk merespon orang yang sedang bicara dengannya saay ini.
"Adam nyanyi lagu itu! Wih lo tadi liat Koi ngga!?" Pekiknya lagi.
"Iya! Iya! Koi disana di kursi penonton!"
"Cacaa!!!"
Begitulah Yoga jika sedang menerima panggilan dari sahabatnya. Dia akan berteriak, memekik, mengeluarkan semua ekspresi yang belum pernah dikeluarkannya. Benar kata orang orang, kau baru bisa menjadi dirimu sendiri saat bersama sahabat.
Yoga menjangkau sendok mangkok sereal yang diletakkan diatas meja didepan sofa. Sudah seperti kebiasaan baginya untuk menonton TV di malam hari sambil menikmati santapan dari refrigerator-nya. Dia mengaktifkan mode loudspeaker di ponselnya. Caca masih bersuara dari seberang. Dua sahabat ini berbicara sambil menonton awards bergengsi dilayar kacanya masing masing.
Awards ini cukup bergengsi. Dihelat tepat di pusat kota Washington DC, dihadiri oleh 250 undangan untuk para musisi lokal dan internasional. Termasuk sahabatnya sendiri, Adam. Sahabatnya itu telah mengatakan terlebih dahulu kepadanya kalau malam ini akan ada 2 awards yang dia terima dan dia akan juga menampilkan lagu teranyarnya untuk pertama kali. Itulah kenapa Yoga dan Caca terlihat benar benar antusias.
Adam tampil sangat memukau. Dengan tuxedo warna hitam dan gel yang menutupi rambutnya,membuatnya tampil bak pujangga. Ditambah lagi dengan setangkai mawar putih yang sengaja diletakkannya didalam saku. Membuat penampilannya semakin wah saja.
Saat waktu terus berlalu, Yoga dan Caca juga semakin larut dalam obrolan mereka, seseorang menggedor pintu depan. "Tunggu sebentar" kata Yoga pada Caca dan lalu menggantung ponselnya.
Yoga berdiri dan berjalan menuju pintu. "Hello there, good eveni...."
Pria itu terpaku sendiri didepan pintu rumahnya. Melihat Arthur, bersimbah darah di wajahnya.
makin bingung + penasaran gw jadinya
kenapa tuh arthur?