It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
....
Btw bnyakin moment jemmy sama hanhan nya dong...he
~ Hanhan Pov ~
"Kamu kok makin pendiem aja sih Han? Cool...cool gimana gitu."
"..."
Pandangan mataku mengikuti bola yang dibawa Tiar.
"Hooo...mau mencuri hati cewek-cewek yang ada di sana?"
"..."
Aku melirik beberapa cewek yang melihat kami bertanding.
Sreet..
Dug..
Dug..
Dug..
Plaaak...
Daag...
Bola yang daritadi dikuasai Tiar kini berhasil aku rebut. Dengan cepat aku menggiringnya ke kandang lawan.
Brruussshhh...
Heeeh...
Aku tersenyum saat mendapatkan poin untuk kesekian kalinya.
"Nggak perlu caper, mereka juga udah tergila-gila sama aku kok."
Tiar langsung berekspresi seakan-akan dia sedang muntah.
"Lebay," dengusku sambil melempar bola padanya.
Meleset.
"Kamu tuh yang lebay. Dasar penjual tampang."
Aku terkekeh sambil berjalan menuju sisi lapangan. Tanpa permisi aku mengobok-obok tas butut Tiar dan mengambil botol airnya.
"Jangan dihabisin," Tiar menyusulku sambil mengelap keringatnya dengan kaosnya.
Setelah meneguk beberapa tegukan aku melempar botol air itu padanya.
"Ini tuh jadi ciuman nggak langsung tau nggak," komentar Tiar yang membuatku menatapnya.
"Telat banget sadarmu. Dari dulu juga kita sering berbagi makanan dan minuman."
"Bedaaaa...sekarang aku udah punya pacar. Kamu juga. Kebiasaan jelek harus dihilangkan. Nanti bisa menimbulkan kecurigaan yang tidak perlu."
Aku menjulurkan lidahku.
"Ya udah, kalau aku makan enak kamu nggak usah minta," aku langsung duduk dilantai untuk mengistirahatkan tubuhku, "handuk!"
Tiar melemparkan haduknya yang basah.
"Jijik banget sumpah," dengusku sambil melemparkan kembali handuknya.
"Aku cuma bawa handuk satu. Salahmu sendiri nggak bawa. Dan...kalau kamu makan enak, aku minta."
Aku memukul kakinya.
"Apaan tuh...dasar," dengusku
Tiar terkekeh.
"Ganti yuk. Anak-anak yang lain udah ganti baju tuh."
Tiar menyeretku sampai aku berdiri.
"Panaaaaaasss...."desisku sambil mengibas-ngibaskan tanganku," aku pengen mandi. Enak kayaknya. Seger."
Langkahku terhenti saat melewati kelas Jemmy. Pandangan mata kami bertemu untuk beberapa detik. Aku langsung berjalan cepat meninggalkan Tiar.
"Huuhh?! HAAANN!!! HOEEE...PELAN-PELAN DONG JALANNYA!! JALAN APA LARI SIH KAMU?!"
Keningku berkerut. Ingatanku tentang kejadian kemarin siang berputar hebat. Tangannya yang dingin...menyentuh kulitku. Tangannya... Nafasnya...memburu. Telingaku bisa menangkap suara hembusan nafasnya yang sangat bernafsu. Dan...tatapan matanya waktu itu...seperti ingin melahapku. Aku...
"HAN!!!"
aku langsung menatap Tiar lalu melihat ruang kelas yang mau aku masuki.
"Astaga...maaf bu hampir salah masuk," kataku yang mendapat tawa dari anak-anak di kelas itu.
Kelas yang hampir aku masuki ini kelasnya Mega.
Smileeee....
"Kangen sama pacarnya tuh bu," salah satu teman Mega menggodaku.
Aku hanya tersenyum sambil menempelkan kedua telapak tanganku sebelum diseret Tiar pergi.
"Makanya jalan jangan nunduk aja. Hampir salah masuk kan."
...
~ Jemmy Pov ~
Crriingg...criingg..
Niko mengayun-ngayunkan kunci di depan mataku.
"Kunci motorku," desisku sambil menyambarnya.
"Papi udah ngembaliin kunci mobilku. Jadi aku sudah nggak perlu motormu."
Aku menatapnya.
"Apa??"
"Aku harus gimana kalau ditanyain temen-temenku? Mereka taunya aku jual motorku ke kamu."
"Bilang aja kalau nggak jadi. Aku nggak cocok naik motor, jadi aku kembaliin."
Enak banget kalau ngomong.
"Bagus deh. Aku jadi nggak perlu naik angkot lagi."
Aku melihat Yongki yang ada di seberang. Dia sedang menaiki motor bebeknya. Beberapa hari ini aku liat dia pakai motor itu ke sekolah saat mobil Niko di sita.
"Nik..." panggilku saat Niko mulai berjalan pergi.
"Apa?"
"Jangan nyalahin Hanhan. Dia nggak salah. Aku yang salah. Sejak awal aku yang salah."
Niko menatapku.
"Dibahas nanti saja. Jangan disini."
Aku menelan ludah.
Setelah Niko dan Yongki berlalu, aku buru-buru ketempat parkir. Saat aku memakai helm, hpku berbunyi. Bbm dari Niko.
Niko: q g prnh malu pnya ko2 homo
Niko: ok aq malu
Niko: jelas
Niko: klo bsa aq pngn km bsa ska sma cwe
Niko: kykx mustahil sih
Niko: tp bkn itu alasan utama aq jahuin km
Niko: itu jg bkn alasanku buat g mw ngakuin km sebag ko2q
Niko: klo km mikir gtu jelas km salah paham
Niko: aq cm g mw mreka tw kita sodaraan lain ibu
Niko: aq g mw kalian
Niko: km sama tante jd bhn gossip mulut ember
Niko: aq g mw mreka jelek2in tante
Niko: aq g mw liat tante sedih
Niko: terutama
Niko: aq g mw liat km nangis lg kyk dl
Niko: wjhmu saat nangis itu jelek bngt tw g
Niko: mrusak pemandangan
Niko: mrusak mataq
"..."
"..."
"..."
"Hahaha...hahahahahahaha..."
Sekarang ini perasaanku jadi campur aduk nggak jelas. Ada perasaan lega dan ada perasaan terharu. Senang dan sedih karena kenangan masa lalu tercampur aduk. Aku kira karena aku penyuka sesama jenis dia menjauhiku. Tidak mau mengakui sebagai kakaknya. Itu yang aku yakini sampai beberapa detik yang lalu. Tapi ternyata bukan seperti itu. Niko memikirkanku sampai segitunya. Rasanya aku ingin memukulnya saat ini juga karena senang.
Aku memang pernah menangis. Saat itu aku dan bunda masih sering berkunjung ke rumah Papi. Karena Papi yang memintanya, jadi kami menurut. Saat itu aku masih TK. Bunda masih jauh lebih muda dari sekarang. Aku sudah sering lihat bunda menangis. Tapi karena aku masih kecil, jadi percaya saja saat bunda bilang jarinya teriris pisau lalu menangis.
Pertengkaran hebat terjadi antar Maminya Niko dengan bundaku. Lebih tepatnya Maminya Niko yang murka dan bunda cuma diam sambil menangis. Sekali lagi aku masih kecil. Masih SD. Otakku belum bisa mencernanya. Akhirnya bunda tidak pernah berkunjung ke rumah itu lagi, cuma aku yang sesekali berkunjung karena permintaan Papi. Waktu aku SMP entah gossip darimana, satu kelas tahu aku anak hasil selingkuhan. Gossipnya menyebar dengan cepat. Aku sampai kesal dibuatnya. Aku pulang dan menceritakan semua uneg-uneg ku ke bunda. Dan bunda hanya membisu. Saat itu aku menyalahkan bunda yang seenaknya merebut suami orang. Aku marah karena kecewa mungkin juga malu. Aku malu karena aku anak hasil selingkuhan. Aku marah karena bunda akhirnya di pandang sebelah mata. Tetangga juga akhirnya tahu.
Setelah itu aku menyesal. Raut wajah bunda membuatku menyesal sudah melampiaskan marahku pada beliau. Aku pergi ke rumah Papi dan mengadu pada Niko. Disana aku menangis lama sekali. Aku tidak menyangka kalau aku bisa ngomong sekejam itu pada bunda. Niko...adikku. Aku tidak berfikir dia akan mencerna semuanya dan mengubahnya saat kami masuk SMA. Aku dan Niko memang diminta masuk ke sekolah yang sama sejak TK. Papi yang memintanya. Karena aku malas dengan gossip yang beredar, aku memilih sekolah yang jauh dari rumah. Aku bela-belain ngekost untuk itu.
Aku tahu kenapa papi selingkuh sama bunda, karena maminya Niko itu wanita yang cerewet. Dikit-dikit ngomel, ini salah itu salah. Sedangkan bunda adalah wanita yang pendiam. Anggun. Tidak pernah mengeluh apalagi mengomel tidak jelas. Bunda sering mendengarkan curhatan papi. Karena sifatnya itu papi jadi jatuh cinta pada bunda. Bunda sendiri juga memiliki rasa pada papi. Jujur saja. Papiku itu cakep. Bermata sipit. Berkulit putih. Dengan bibir sedikit tebal. Oke...mungkin selera orang beda-beda. Tapi biarpun bibirnya tebal entah kenapa papi terlihat cakep. Punya aura yang menarik. Aku bisa menilainya karena aku ini penyuka sesama jenis. Lebih gampang untukku menilai seorang pria daripada seorang wanita. Papiku itu pendiam. Tapi tegas. Papiku nggak pernah banyak omong. Tapi sekali ngomong, omongan yang keluar selalu berbobot. Aku paling suka melihat papi tersenyum. Begitu juga dengan bunda. Bunda pernah cerita kalau dia mulai menyukai papi saat papi tersenyum. Kata bunda papi semakin menarik saat tersenyum.
Aku menghela nafas.
Kenangan masa lalu.
"Hahahahhahaha...."
Me: goblok
Me: g mngkin aq nangis
Me: PING!!!
Me: itu kan wkt aq smp
Me: bego
Me: o'on
...
...
...
Niko: ha3x
Niko: preeet...
Dasar bego.
~ Whoami pov ~
Hehehe....hehehehe....ciri2 fisik papinya niko aq ambil dr ciri2 pcrq hahaha...g tw...pngn aja sih...tp klo pcrq g ska selingkuh...amin2...semoga aja...semogaaaaaaaa cm aq yg di liatnya smpai tua nnti hahaha..g ada yg lain. Pcrq pnya aura menarik. Yg blng g cm aq aja. Tmn2x jg blng. Gmn ya...kesanx...msh muda (25) tp pnya aura untuk di hormati..anak buahx aja klo ama pcrq sungkan2 gmn gt. G prnh clometan..pdhl klo ama yg lainx mreka ska clometan. Saat dia ngomong pasti di dengerin ama anak buahx...g kyk yg lain...wktu ngomong anak buahx ska clometan g jelas...tp pcrq g keras kyk papix niko...pcrq itu orgx sabar bngt. Bangeeeeeeeeeet..tp ya klo mrh bsa bkin aq tkt sndri...pdhl dia mrhx diem...itu yg bkin aq jleeebb..hahaha..
Yaaah...jd kangen pacar...semoga hr sabtu cpt dtang...biar aq bisa ketemu dia...soalx sabtu kmrn dia g plng...jd g bsa ktemu..
sabtu sabtu cepatlah datang!!
~.~
jadi kepo kan.tanggung jawab lho
@3ll0 mw foto yg asli or sok imut? Yaaah
..biarpun yg asli tnpa make up pasti g aq ksh liat hahaha
#pergisambilmanyun
Yaudah diputus ajalah mega, saya gak tega tapi saya sebel juga.., ihhh
Aamiin semoga sabtu ketemu pacarnya ya kak ,, hahaha
Hmm berarti papanya niko-jemmy klo didandanin, cantik wkwkwkw
~ Hanhan Pov ~
Krrriingg...kkrriiiiinnggggggggggggggggg....
Suara bel tanda pelajaran hari ini berakhir berbunyi nyaring.
"Uuuuuuugggghhhhhhhhhh....." aku merenggangkan kedua tanganku.
Sial...bu Esmi benar-benar gilaaaaa. Bagaimana bisa dia memberi kami dua jam penuh soal-soal yang sulit. Bahkan kami masih belum bisa pulang saat bel berbunyi. Soal-soal ini bisa membuatku gila.
"DI MANA HATI NURANI SI NENEK ITUUUU?!" teriak Tiar sekeras yang dia bisa.
Untungnya bu Esmi sudah keluar dari kelas ini.
Aku meliriknya, lembaran kertasnya masih kosong. Berbeda dengan kertasku yang sudah penuh dengan jawaban beserta rumusnya. Ada satu hal yang aku suka dengan bu Esmi. Beliau selalu menyuruh kami untuk menulis jawaban dan rumusnya. Jadi susah bagi kami untuk menyontek. Tapi karena ini bukan ujian dan hanya latihan soal ujian, jadi sedikit leluasa, itupun saat beliau tidak melihat atau sudah pergi seperti saat ini.
Tiba-tiba saja Tiar menarik kertasku tanpa permisi dan langsung menyalin isinya.
"Buruan. Aku pengen pulang cepet. Kalau kamu lama, aku jadi nggak bisa pulang."
"Iya-iyaaaa!! Ah cerewet."
"Han-han sayang, aku nyontek dong," Rio mendadak mendatangi mejaku.
"Han minggir dulu sana. Aku nggak bisa liat nih," kini Eko merebut tempat dudukku.
"Aahh...terserah lah. Awas aja kalau nanti kertasku sampai sobek," dengusku kesal.
Dengan terpaksa aku harus menyingkir dari kursiku.
"Han nggak pulang?"
...
Mega.
"Belum. Nggak bisa pulang dulu. Bu Esmi ngasih tugas banyak. Baru boleh pulang kalau tugasnya sudah dikumpulin."
"Heeee...tega banget."
"Dia pasti sudah nunggu di luar kantor guru."
"Dan kamu nggak bisa pulang kalau belum ngumpulin tugasnya," Mega terkekeh.
Aku menghela nafas.
"Jalan pulangnya lewat sana lagi."
"Dan dia satu-satunya guru yang hafal semua nama muridnya."
Mega kembali terkekeh.
"Harus aku acungi jempol buat ingatannya."
Mega mengangguk setuju.
Aku tersenyum.
"Gaaaaa!!! Buruaaaan!!!"
Salah satu teman Mega menyeretnya.
"Ah...tunggu-tunggu!!! Haaan...sorry aku ada janji sama temenku. Jadi..."
"Nggak masalah. Aku juga belum bisa pulang kok."
Mega melambaikan tangannya sebelum benar-benar menjauh.
"Kalian masih lama?" tanyaku pada teman-teman yang menyandera kertas jawabanku.
"Masiiihh..."
"Jalan-jalan aja duluuuu..."
"Sana-sana jangan mengganggu."
Sialan.
Ya sudah deh. Aku mau beli mie ayam di depan sana untuk mengisi perut.
Aku mulai melangkahkan kakiku. Lorong-lorong kelas nampak sepi. Mungkin cuma kelasku saja yang masih ramai.
...
Jemmy???
Langkahku terhenti saat melihat Jemmy masih ada di kelasnya yang sepi. Untuk beberapa saat aku mematung di tempatku. Aku ragu untuk masuk ke kelasnya. Tapi rupanya kakiku mengkhianatiku. Aku berjalan mendekatinya.
"Jem," panggilku lirih, "Jemmy."
Dia bergeming. Dengkuran halus terdengar. Senyumku merekah.
Nampaknya dia dikerjain teman-temannya. Pasti seperti itu. Dia tertidur dan tidak di bangunkan.
Aku membungkukkan sedikit badanku untuk melihat wajahnya lebih dekat. Dia menggunakan tasnya untuk bantal. Dia benar-benar tertidur pulas.
Aku kembali tersenyum.
Jari jemariku bergerak menyisir rambutnya. Gerakan tanganku berhenti saat merasakan pergerakan kecil darinya.
Jemmy...
Jemmy...
Jemmy...
Rasanya aku ingin terus memanggil namanya.
Aku bergerak mencium kepalanya.
"Jemmy," bisikku tepat di telinganya.
Graaaaaakk...
....
Jemmy menatapku. Dia nampak kebingungan.
"Lhoh...Han?!"
Aku tersenyum.
"Lhoh...kok..." Jemmy melihat seluruh kelas, "lhoh kok sepi??"
"Udah pulang daritadi. Kamu aja yang ketiduran."
"..."
...
"Aaaaarrgghhh...brengsek mereka itu. Udah jam pulang malah nggak dibangunin."
Aku terkekeh.
"Kok kamu belum pulang? Masa kamu juga dikerjain?"
"Nggak mungkin lah."
"Terus??"
"Ada tugas dari bu Esmi. Tugasku masih dipinjam anak-anak. Jadi nggak bisa pulang."
"Hahahahahaha...rasain!!"
Aku mengetok kepala Jemmy.
Jemmy tersenyum. Dia memegang tanganku.
"Sorry..."
Ah...dia ingat kejadian itu rupanya.
"Aku nggak bisa nahan diri."
"..."
Jemmy meremas rambutnya. Wajahnya menunjukkan kalau dia benar-benar menyesal.
"Habisnya kalau aku didekatmu. Apalagi saat sedang berduaan. Susah buatku untuk tidak menyentuhmu."
Seketika itu juga wajahku memanas. Aku bisa merasakan darahku mengalir dengan cepat di ujung kaki dan tanganku.
"Kamu tahu...emm...itu seperti...semacam...godaan yang terlalu besar...mungkin."
Jantungku seperti dipompa. Tapi aku tidak bisa menghentikan tawaku.
"Begooooo," olokku.
Jemmy manyun.
Dia kembali menggenggam tanganku. Mencium jari jemariku. Jariku secara perlahan bergerak menyentuh pipinya. Kasar. Banyak jerawat kecil-kecil tumbuh di sana.
"Han!!"
Ake menarik tanganku sambil melihat siapa yang memanggilku.
Shintia.
"Aku cariin nggak tahunya di sini. Ayo pulang. Anak-anak sudah selesai nih."
Smile...
"Oh iya. Duluan aja."
Shintia masuk ke kelas Jemmy untuk mengembalikan kertas jawabanku.
"Lho Jem, belum pulang?!"
"Iya. Mau pulang ini."
"Oh ya udah aku duluan ya. Laper."
Shintia langsung berlari pergi.
Aku dan Jemmy saling berpandangan lalu tertawa kecil.
"Hampir saja," desisnya.
"Balik yuk."
"Ehm..."
Tiba-tiba saja. Jemmy memeluk pinggangku dan menyandarkan kepalanya di perutku. Awalnya aku hanya terdiam tapi kini aku menyentuh kepalanya dan mengacak-acak rambutnya.
"Aku itu sudah lama suka sama kamu Han. Dari dulu."
...
Gerakan tanganku di kepalanya terhenti.
"Aku tahu," desisku pelan.
Pelukan Jemmy semakin erat.
"Aku tahu," desisku lagi.
Aku menelan ludah.
~ whoami pov ~
Heeeh...yg baca tp g prnh comment sini keluar!! Aq sunati satu2 sini!! Hahahaha...btw makasih yg msh baca tulisanq ini #bow
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@alvin21
@liezfujoshi
@boyszki
Kak @Tsu_no_YanYan yang lagi lembur
iiih authornya lagi sensi nih *amanianakondaku*
#kabuuuuiir