It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@haha5
@haha5
@haha5
makin suka
@haha5
jangan bawa plg dimas hahaha dia milik q jg hahaha
@JimaeVian_Fujo
kapan ya mungkin sebentar lagi hahaha
@Otho_WNata92
iya memang ngeselin tuh org ngingatin q alex kesal bgt
@harya_kei
Dimas memperhatikan kue-kue yang terlihat lezat di lemari kaca toko yang mereka kunjungi.
Ia bingung akan mengambil yang mana. Sementara ketiga temannya telah duduk dengan cemilan masing-masing.
“Dim, cepetan dong, lama amat mikirnya?” tanya Rio dari tempat duduk yang mereka pilih di sudut ruangan.
“Bentar dong, bingung nih. Abis, kelihatannya enak semua,” balas Dimas sambil meletakkan beberapa potong kue ke dalam nampan yang ia pegang.
“Pantas tenaga kamu seperti kuli, makannya sebanyak itu,” celetuk sebuah suara yang tak asing di telinga Dimas.
Tanpa Dimas sadari sejak tadi Alfa sudah berdiri di belakang Dimas.
Dan saat ini posisi mereka benar-benar membuat Dimas
canggung setengah mati.
Alfa memang berdiri di belakangnya namun posisi pipi kiri Alfa tepat bersisian dengan pipi kanan Dimas hingga membuat cowok manis itu kikuk. Dimas pun menarik tubuhnya menjauh dan menghadap Alfa dengan tatapan galak.
“Biarin makan saya banyak, yang pasti saya gak minta dibayarin kan?” balas Dimas sewot,
“Lagian ngapain di sini?”
“Ini tempat umum Dimas,”
Saat mereka tengah berdebat, Rio muncul untuk melihat apa yang menghalangi Dimas sehingga ia begitu lama.
“Dim, lama bang...” Rio bersiap meyemprotnya namun saat melihat Alfa, sikapnya berubah.
“Eh Pak Alfa,” sapa Rio manja.
Dimas cuma menggeleng sebal melihat tingkah Rio di depan Alfa. Memang benar-benar,
“Padahal dia udah punya Zacky tetapi masih ganjen aja, heran gue ” batin Dimas dalam hati.
“Halo, Rio. Kalian pada ngumpul?” tanya Alfa ramah.
“Iya Pak. Bapak mau ikut gabung?” tawar Rio membuat Dimas mendelik sewot padanya namun tidak dipedulikan Rio. Apa-apaan tuh cowok sableng? Maki Dimas lagi dalam hati.
“Boleh,” Alfa menerima tanpa ragu, dan Dimas pasrah moodnya harus rusak gara-gara Alfa.
***
Untuk mata pelajaran olahraga kali ini Alfa tidak membawa murid-muridnya keluar kelas.
Ia akan memberi pelajaran materi tulisan. Anak-anak perempuan melakukan protes kecil, karena
mereka tidak bisa berdekatan dengan guru keren itu.
Namun Dimas sangat bersyukur karena itu berarti ia akan terbebas dari kezaliman Alfa.
“Alhamdulillah.. bagus deh,” ucap Dimas sambil menengadahkan tangannya ke atas seperti
orang berdoa. Alfa yang melirik ke arah Dimas merasa geli dengan sikapnya itu.
“Jangan kira kamu akan lepas semudah itu dari saya,” ucap Alfa merencanakan ide di kepalanya untuk membuat cowok manis itu kesal. Sehari saja ia tidak melihat wajah dongkol Dimas atau wajah cemberutnya karena ulah Alfa, membuat dunia Alfa serasa tidak hidup.
“Dimas..” panggil Alfa saat cowok manis itu tengah menulis tugas yang diberikan Alfa.
“Hah? Saya?” Dimas meletakkan telunjuk di depan hidungnya sebagai isyarat.
Dari kursinya Alfa mengangguk sambil melambaikan tangan memanggil Dimas. Mau tidak mau Dimas berjalan menghadap Alfa.
“Ada apa?” tanya Dimas ketus
“Tolong ambilkan teh saya, bisa?”
“Hah? Tapi itu kan tugasnya Pak Diman?” protes Dimas.
“Tapi Pak Diman belum datang Dimas, jadi saya minta tolong kamu yang ambilkan, cepat,” perintah Alfa sambil mendorong punggung Dimas menuju pintu kelas.
“Eh..eh..e.....”protes Dimas lagi namun Alfa mengibaskan tangannya memerintahkan Dimas pergi. Dengan kesal Dimas pun berjalan menuju dapur sekolah. Saat ia tiba, kebetulan pak
Diman baru akan mengantarkan teh untuk para guru.
“Mau kemana mas Dimas?” tanya paka Diman.
“Eh itu Pak, mau ambil teh untuk Pak Alfa,”
“Lah, ini baru mau Bapak antar,” pak Diman menunjukkan sebaki teh yang akan ia antarkan.
Terbersit ide jahil di kepala Dimas untuk membalas Alfa.
“Eh, Pak, teh buat Pak Alfa, biar Dimas yang bawa, ok!” pinta Dimas sambil mengambil segelas teh dari baki yang dibawa pak Diman.
“Oh ya sudah, Bapak jalan dulu ya,”pamit pak Diman.
“Ok Pak!” balas Dimas.
Begitu pak Diman menghilang dari pandangan, Dimas masuk ke dapur dan dengan semena-mena ia menambahkan tiga sendok makan garam ke dalam teh Alfa.
“Pak Alfa, ini teh buat kamu, teh Asiiinnn... rasa air laut...hehe..”
Setelah melaksanakan misinya, Dimas kembali ke kelas. Sebelumnya ia memasang wajah malaikat polosnya alias muka datarnya untuk mengelabui Alfa. Jangan sampai Alfa curiga
Dimas berniat membalasnya.
“Ini tehnya..” Dimas meletakkan teh di meja Alfa.
“Terima kasih Dimas..” ucap Alfa sambil tersenyum sangat manis membuat cewek-cewek satu kelas terpekik histeris.
“Mampus.. dia pake acara senyuman maut lagi..” maki Dimas dalam hati kemudian cepat-cepat berlalu dari hadapan Alfa.
Sambil memeriksa beberapa tugas muridnya, Alfa bersiap menikmati teh yang dibawakan Dimas.
Sementara Dimas kembali mengerjakan tugasnya yang sempat tertunda tadi. Perlahan Alfa mendekatkan gelas teh ke bibirnya dan mulai meminum tehnya. Seketika ekspresi wajah
Alfa berubah.
Seluruh tubuhnya mengejang kaku, ia berusaha menahan teh yang ada di dalam mulutnya agar tidak tertelan.
Semua murid memperhatikan ekspresi wajah Alfa, tak
terkecuali Dimas yang memandang Alfa dengan wajah polosnya. Alfa melotot ke arah Dimas dan dengan susah payah.. akhirnya teh itu meluncur lepas ke kerongkongannya.
Wajah Alfa berubah tidak karuan menahan rasa asin yang luar biasa di mulutnya. Mau tidak mau, melihat ekspresi Alfa yang lucu tawa Dimas hampir lepas.
“Dimas....” panggil Alfa dengan suara tertahan.
“Ya ..Pak, “ balas Dimas berusaha menyembunyikan tawanya.
“Apa yang kamu masukin ke teh saya?” Alfa berusaha menahan ledakan suaranya.
“Gula Pak,”
“Gula? Kenapa rasa tehnya aneh ya?”
“Masa sih Pak?” kedua guru dan murid itu masih memainkan sandiwara sebelum perang di mulai membuat murid-murid lainnya bingung.
“Kalau memang kamu masukin gula coba deh kamu rasakan tehnya,” perintah Alfa.
“Gak usah Pak, itu kan bekas Bapak minum, saya gak mau ketularan gilanya Bapak,” balas Dimas setengah bercanda membuat seisi kelas tertawa.
Alfa benar-benar dihabisi dalam permainan ini. Ia tidak tahan lagi dan berjalan menuju meja Dimas sambil membawa tehnya.
“Ini, kamu rasakan tehnya..” perintah Alfa sambil memaksa Dimas meminum tehnya.
“Gak mau...” Dimas memberontak namun Alfa menahan tubuh Dimas dengan merangkulnya dan dengan paksa meminumkan teh itu ke mulut Dimas.
“Minum...” ucap Alfa gemas namun Dimas tetap menolak dengan tetap menutup mulutnya menghindari paksaan Alfa.
Terjadi pergulatan di kelas membuat seisi kelas bersorak.
Alfa dan Dimas laksana dua pegulat yang saling menjatuhkan lawan, sementara murid lainnya berteriak memanaskan suasana.
Alfa yang memang lebih kuat akhirnya berhasil meminumkan teh itu ke mulut Dimas, tetapi
bukan Dimas namanya jika menyerah tanpa perlawanan.
Karena memang teh itu terlalu asin, membuat Dimas tidak mau menelannya walau sudah dipaksa berkali-kali oleh Alfa untuk menelannya. Dengan sisa perlawanan terakhir Dimas menyemburkan teh itu tepat ke wajah Alfa. Membuat seisi kelas berteriak heboh.
“Wwooohhh..................” teriak Anak-anak bersemangat. Rio, Gio dan Zacky saling pandang. Mereka benar-benar tidak menyangka Dimas akan bertindak senekat ini.
Alfa menyeka wajahnya yang basah sambil menatap geram ke arah Dimas, sementara cowok manis itu menyeka bibirnya yang masih terasa asin. Alfa benar-benar tidak memprediksi bahwa Dimas akan membalasnya dengan lebih gila seperti ini.
“Kamu...Ikut saya....” bentak Alfa menggenggam pergelangan tangan Dimas dan menyeretnya keluar dari kelas diiringi teriakan anak-anak lainnya.
“Kali ini kamu sudah keterlaluan Dimas...” ucap Alfa saat mereka sudah berada di ruangan Adrian.
“Bukannya Bapak yang keterlaluan sama saya?” Dimas tidak mau kalah.
“Apa salah seorang guru meminta muridnya mengambilkan teh? Kamu malah masukin garam ke teh saya,”
“Kenapa Pak Alfa suruh saya, kan masih banyak murid yang lain terutama cewek. Udah tahu kalau kita lagi perang dunia, eh dia malah minta lawannya buat bikin rudal,” balas Dimas seenaknya membuat Alfa mau tidak mau menahan tawa.
“Tapi kamu jelas keterlaluan,”
Disaat kedua orang itu saling berdebat pintu ruangan terbuka, dan kembali Adrian menatap bingung menyaksikan mereka berdebat lagi.
“Sekarang apa lagi?” tanya Adrian saat ia telah duduk di kursinya, sementara dua orang yang bersengketa itu masih berdiri berhadapan.
“Kali ini, anak nakal ini sudah keterlaluan, aku minta bawakan teh, dia malah masukin garam sebanyak-banyaknya ke dalam teh,” cerocos Alfa sambil mendorong kursi dan kini duduk
berhadapan dengan Adrian.
“Salah sendiri kenapa Pak Alfa malah suruh saya, udah tau hubungan kita tuh kaya kucing
dan tikus, eh malah suruh-suruh saya buat bawain teh, ya saya kerjain deh,” balas Dimas sambil melakukan hal yang sama seperti Alfa, mendorong kursi dan duduk dihadapan
Adrian sambil menyilangkan kakinya dan melipat tangan di dadanya seakan mengobrol dengan
teman seusianya.
Alfa dan Adrian ternganga menatap aksi cowok manis dihadapan mereka itu.
Merasa bahwa sikapnya keterlaluan, Dimas segera berdiri sambil berujar, “Maaf, keceplosan,”.
Alfa menggelengkan kepalanya takjub sementara Adrian tersenyum geli.
“Jadi hanya karena masalah itu?” tanya Adrian lagi, keduanya mengangguk.
“Lalu kalian mau saya bagaimana? Menskorsing kalian berdua?”
“Jangan Pak. Kalau mau di skors, Pak Alfa aja deh, jangan saya. Saya bisa digantung sama Mama kalau sampai bikin masalah lagi di sekolah,” bantah Dimas, Alfa melotot gemas ke
arahnya.
“Kalian selesaikan sendiri,” ucap Adrian akhirnya kemudian beranjak pergi meninggalkan
mereka berdua.
Dimas dan Alfa saling pandang. Lama mereka saling menatap namun tiba-tiba mereka dikejutkan oleh Adrian yang muncul dari balik pintu lagi.
“Kamu butuh baju ganti?” tanya Adrian pada Alfa.
“Gak usah Mas, aku selalu bawa baju cadangan di mobil,”
Seketika Dimas terpaku, Mas? Alfa memanggil Adrian dengan sebutan Mas?
“Iya, biar kamu tahu, Adrian itu kakak saya. Itu kenapa saya bisa segampang ini masuk ke sekolah ini,” Alfa menjawab kebingungan yang tergambar jelas di wajah Dimas.
“Kenapa? Bingung?” tanya Alfa menatap Dimas dalam-dalam.
Tatapan Alfa seolah menghipnotis cowok manis itu. Dimas menggeleng.
“Takut?” tanya Alfa kemudian dan tanpa sadar Dimas mengangguk, sedetik kemudian menggeleng sekuatnya membuat Alfa akhirnya melepaskan tawanya.
“Dasar cowok labil...” ledek Alfa sambil mengacak-acak rambut hitam Dimas yang agak panjang kemudian pergi dari ruangan itu. Dimas mendelik sewot pada Alfa yang masih terus tertawa.
“Cowok labil?!?” pekik Dimas sewot,
“Gue cowok Staaabiilllll ...................” jerit Dimas
sekuatnya di dalam ruangan kepala sekolahnya.
BERSAMBUNG
baik kan q post jam segini biasanya mlm krn kalian ksh like dan komentar anggap bonus ya hehehee
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@Tsu_no_YanYan
@yeniariani
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@haha5