It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Baru kelar marathon hahah
btw aku suka ceritanya
klo udah update mention ya @freeefujoushi
btw aku suka ceritanya
klo udah update mention ya @freeefujoushi
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
@Vanilla_IceCream
@Vanilla_IceCream
nanti ya hehehe
@lucifer5245
@Daser
Selamat hari Ramadhan dan selamat berpuasa untuk 2015, terima kasih yang menunggu cerita ini
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@Tsu_no_YanYan
@yeniariani
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@haha5
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
@kie_kow
@littlemark04
@akina_kenji
@Daser
@sn_nickname
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
Alfa memperhatikan wajah Dimas yang sedang menikmati es krimnya.
Sejak keluar dari restoran tadi, sepertinya suasana hati Dimas berubah lebih ceria. Alfa senang melihat ekspresi ceria pada cowok manis itu.
Berkali-kali Alfa membidikkan kameranya ke wajah Dimas. Alfa pikir, makanan enak, dan perut yang kenyang adalah penyebab suasana hati Dimas yang berubah ceria. Namun sebenarnya bukan hal itu yang membuat Dimas senang.
Hanya Dimas yang tahu apa yang membuat hatinya gembira. Apalagi saat ia berhasil membuat pelayan cowok itu cemburu setengah mati padanya karena Alfa.
Karena itulah sedikit banyak ia merasa bangga bisa menjadi cowok yang spesial untuk Alfa. Hei, Dimas..wake up, back to the Earth, perintah suara di kepalanya karena Dimas mulai bersikap sombong.
Seketika Dimas menggelengkan kepalanya, menyadarkan dirinya agar tidak menjadi orang yang berbangga diri.
“Hei, kamu kenapa?” tanya Alfa bingung, namun Dimas tidak menjawab dan mengalihkan pandagannya ke kandang para primata yang ada di depannya.
Ya! Di sanalah mereka saat ini. Di kelilingi para primata, simpanse, mamalia, dan berbagai jenis monyet lainnya.
Dimas agak kesal sekaligus bingung, kenapa Alfa harus membawanya ke kandang para mamalia ini.
“Ngapain sih kita di sini? Mau samain muka sama saudara sendiri?” ejek Dimas, Alfa tersenyum mendengarnya.
“Kamu tahu teori evolusi Darwin?” tanya Alfa.
“Tahu, dia bilang kalo manusia itu merupakan evolusi monyet kan? Dengan kata lain, manusia itu berasal dari monyet, nenek moyangnya manusia itu monyet.”
“Dan,”
“Dan Pak Alfa ke sini mau menyapa saudara-saudaranya yang udah lama gak disambangin kan?” ledek Dimas sambil tertawa geli.
Alfa melotot gemas menatap Dimas lalu mencubit pipi Dimas yang putih.
“Iihh.. nih cowok.”
“Aduh..aduh.. sakit Pak.” teriak Dimas sambil memegangi pipinya yang agak kemerahan karena efek cubitan Alfa.
“Kamu itu ya, ada aja ulah kamu yang bikin saya gemes..” balas Alfa, “Dan jangan panggil saya Pak, Dimas, cukup Alfa,”.
Dimas mengernyitkan dahinya.
“Terlalu aneh kalau aku panggil kamu, Alfa..” Dimas menatap Alfa dengan canggung.
“Kamu setuju dengan teorinya Darwin?” tanya Alfa lagi.
“Yah enggak lah, Darwin tuh cuma orang sinting. Bisa-bisanya dia nyamain manusia sama monyet. Darwin tuh atheis kali, gak punya agama. Kalau dia umat beragama, dia pasti gak
akan bilang begitu. Enak aja nenek moyang gue dikatain monyet, Kalau mau, Darwin aja gih yang jadi monyet, gak usah ngajak-ngajak yang lain,” cerocos Dimas panjang lebar, membuat Alfa kembali tersenyum. Bunyi jepretan kamera ke arah Dimas pun tak berhenti terdengar.
"Bisa gak, berhenti motret saya?" pinta Dimas karena merasa jengah Alfa terus memotretnya.
Namun Alfa menggeleng. Dimas pun melanjutkan ocehannya.
“Dan kalau sekarang Darwin masih hidup, bisa dipastikan dia bakal dikeroyok masa karena ngomong begitu. Siapa yang
mau terima dikatain monyet. Dasar Darwin itu....."
“Would you be My Boyfriend?” ucap Alfa tiba-tiba membuat Dimas menghentikan celotehnya.
Bukan hanya Dimas yang mendengarnya, beberapa pengunjung yang berada tak jauh dari mereka pun bisa mendengarnya.
“Hah? A..apa?” ucap Dimas tergagap.
Alfa membalikkan tubuh Dimas hingga kini posisi mereka saling berhadapan. Tatapan Alfa yang serius dan tajam serasa menembus jantung Dimas. Jantungnya berdetak tidak karuan.
“Dimas Kurniawan, Would You be My Boyfriend?” tanya Alfa sekali lagi dengan lantang.
Apa? Alfa menyatakan cinta padanya? Oh come on, am i dreaming? Batin Dimas.
Namun ia tahu ia tidak bermimpi. Dimas masih diam, terlalu terkejut untuk menjawab.
Sekejap tadi mereka membicarakan darwin dan teori monyetnya, dan dalam sekejap semua berganti menjadi pernyataan cinta.
“Saya jatuh cinta sama kamu pada pandangan pertama, bahkan dengan tendangan dahsyat kaleng soda kamu, sudah bikin saya jatuh cinta sama kamu,” ucap Alfa jujur, mendengar
pengakuan Alfa beberapa pengunjung merasa kagum, ada beberapa perempuan tersenyum dan juga ada yang terlihat mencemoh.
Dalam diamnya, Dimas dapat mendengar tepukan tangan ataupun decakan kagum orang-orang atas keberanian Alfa.
“Ini yang terakhir Dimas, Maukah kamu jadi pacar saya?”
“jawab..jawab...” teriak sebagian orang.
“Terima..terima...” teriak para perempuan yang Dimas yakini para Fujoushi.
“ Hiiiii...menjijikkan mereka ckck “ beberapa pengunjung mencemoh.
“ Kalau kalian merasa jijik kepada kami, pergilah “ Alfa pun menatap tajam para pengunjung yang mencemoh kepada mereka.
Pengunjung yang mencemoh mereka itu pun pergi.
Dimas memandang ke sekelilingnya. Terlihat wajah-wajah yang menyemangatinya agar menerima pernyataan cinta Alfa.
Apakah Dimas menolak? Tidak. Apakah ia tidak menyukai
Alfa? Tentu saja, suka! Orang bodoh mana yang menolak pria setampan, sekeren, sekaya dan sebaik Alfa. Apa ia tidak merasakan yang sama dengan Alfa? Ia juga jatuh cinta pada Alfa, namun ia tidak tahu sejak kapan.
Sejak Alfa mengajarinya bermain bowling? Mungkin. Atau bahkan sejak gencatan senjata yang mereka sepakati? Atau sejak Alfa muncul di sekolah dan selalu mengganggunya? Dimas tidak tahu pasti.
Namun satu hal yang mengganggunya akan pernyataan cinta Alfa adalah, kenapa harus di depan kandang monyet? Memangnya ini cinta monyetnya? Apa Alfa tidak bisa memikirkan sesuatu yang lebih romantis? Entah di taman bunga? Di kolam air mancur? Lah ini? kandang monyet!.
Cowok gay mana yang bakal terkesan dengan pernyataan cinta di kandang monyet? Memangnya ada orang di dunia ini yang jadian di depan kandang monyet? Jika ada, maka Dimas mungkin adalah satu-satunya.
Dan jika sahabatnya bertanya, dimana Alfa menyatakan cinta? Masa Dimas jawab, di kandang monyet, mau ditaruh dimana muka Dimas? Kandang monyet? Sahabatnya pasti akan tertawa terutama Rio.
“Dimas?” panggil Alfa lembut, kembali menyadarkan Dimas dari lamunannya yang aneh.
Orang-orang disekelilingnya sudah menunjukkan raut wajah yang penasaran. Dan saat Dimas memandang wajah Alfa, ia dapat melihat dengan jelas harapan, ketulusan dan kecemasan
bercampur jadi satu. Dimas harus mengambil keputusan.
Dimas memandang Alfa dengan intens, hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Dan Dimas dapat melihat wajah Alfa semakin cemas. Mau tidak mau Dimas tersenyum. Alfa yang selama ini ia kenal penuh percaya diri, kali ini terlihat sangat rapuh, dan itu karena dirinya.
“Saya mau..” ucap Dimas cukup keras untuk di dengar Alfa dan para saksi.
Semua orang bersorak girang, tak terkecuali Alfa, ia tersenyum lebar dengan wajah lega,
“Tapi ada satu syarat...” ucap Dimas kemudian, membuat senyum di wajah Alfa seketika menghilang.
“Dimas.. apa lagi ini? Kenapa kamu gak bisa membuat semua menjadi lebih mudah," Alfa membatin cemas.
“Kamu, harus berhenti dari sekolah,” ucap Dimas membuat Alfa terbelalak kaget.
“Cuma itu?”
“Hm..hm.. saya gak mau pacaran sama guru saya sendiri, dan saya gak mau Pak alfa diledekin gay satu sekolahan juga pasti para siswi kaget Pak Alfa karena pacaran sama saya,” jelas Dimas.
Dan Alfa tertawa mendengar permintaan cowok manis itu. Dan yang buat Alfa makin senang karena Dimas mengkhawatirkan dirinya.
“Dimas, Dimas, cuma itu? Saya pikir kamu bakal minta yang aneh-aneh,” ucap Alfa lega.
“Ya, tadinya saya mau suruh kamu buat gelantungan dulu sama saudara-saudara kamu yang ada di kandang situ, malah saya mau minta kamu buat masukin kepala kamu ke mulut singa di Lion King Show,” canda Dimas namun ia mengatakan dengan nada yang cukup serius.
“Iisshhh... cowok ini,” gumam Alfa gemas, sambil bersikap seolah akan menjitak Dimas membuat Dimas tertawa,
“Bercanda...” ucapnya disela-sela tawa riangnya.
Alfa mendekat dan dalam sekejap Dimas sudah berada dipelukannya. Semua pengunjung bersorak dan bertepuk tangan menyaksikan kejadian langka itu. Membuat Muka Dimas memerah seperti tomat karena malu.
“Tanpa kamu mintapun, saya bakal keluar begitu berhasil menaklukkan kamu,” bisik Alfa di telinga Dimas. Seketika Dimas melepaskan pelukannya dan menatap Alfa bingung.
“Maksudnya?”
“Sejak awal, misi saya datang ke sekolah bukan untuk jadi guru magang, tapi untuk menaklukkan cowok super aneh dan keras kepala seperti kamu ini,” jelas Alfa.
“Jadi dari awal...” Alfa mengangguk pasti membuat Dimas sangat, sangat terkejut.
Ia tidak menyangka sebegitu besarnya usaha Alfa untuk menaklukkan dirinya. Dimas benar-benar tersanjung. Ia merasa sangat berruntung.
Cowok mana yang begitu relanya melakukan apapun untuk seorang cowok gay seperti dirinya jika ia tidak benar-benar tulus mencintai cowok manis itu.
Dimas kembali membenamkan wajahnya dalam pelukan Alfa.
Berterima kasih atas perhatian besar yang diberikan Alfa untuknya. Belum pernah Dimas merasakan perasaan seperti itu, diistimewakan.
Jika selama ini orang-orang selalu memandang aneh padanya, tidak dengan Alfa. Ia melihat Dimas apa adanya. Melihat diri Dimas yang sebenarnya, dengan kekurangan, kelebihan dan
keanehan yang ia miliki.
“Thank you for the greatest love...” ucap Dimas lirih dengan muka yang memerah, Alfa tersenyum senang. Misi selesai!
Akhirnya ia berhasil menaklukkan cowok manis dan keras keras kepala itu.
BERSAMBUNG
( ahhh, romantis banget kan hehe walau lucu Alfa menembak Dimas di kandang monyet hehehe selamat membaca ya )
Jangan lama2 ntar malah lupa sama jalan cerita nya.