It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
dibaca dulu ah,, biar bisa kasih komentar
Dimas terus memperhatikan Alfa yang terlihat asyik memotret berbagai hewan yang ada di kebun binatang. Ia tidak menyadari sejak tadi Dimas dongkol bukan main.
Hah? Kebun Binatang? Orang gila mana yang mengajak kencan di kebun binatang? rutuk Dimas kesal.
Dan dialah cowok beruntung itu yang berkencan dengan orang gila setampan Alfa di kebun binatang. Apakah Dimas senang? Tidak sama sekali.
Ia kesal sampai stadium akhir dengan ulah Alfa ini hingga ingin sekali rasanya Dimas menendang Alfa dan mencampakkannya ke kandang singa agar menjadi santapan hewan buas itu.
Ia tidak berpikir Alfa akan membawanya ke tempat yang romantis, tidak sama sekali. Karena ia juga bukan cowok yang berminat dengan hal-hal seperti itu.
Bukan berarti Dimas tidak suka diperlakukan romantis, semua cowok gay pasti suka. Tapi dalam kasus Dimas, romantis adalah saat seorang pria yang menyukainya memberinya kejutan menyenangkan, bukannya malah membuatnya dongkol.
Dan kebun binatang bukan tempat yang menyenangkan bagi Dimas. Apa enaknya melihat hewan-hewan yang di kurung di dalam kandang? Mungkin Alfa ingin menyambangi saudara sepupunya yang lama tidak ia temui, pikir Dimas, membuatnya geli sendiri dengan pikirannya.
“Berapa lama lagi sih mau motretnya?” tanya Dimas kesal karena sepertinya Alfa lebih tertarik pada hewan-hewan itu dibandingkan dirinya.
“Masih lama, tenang aja. Kamu punya banyak waktu buat terus sama-sama saya,” balas Alfa seenaknya untuk membuat Dimas bertambah kesal. Ia tahu cowok manis itu sudah tidak tahan lagi.
Alfa kembali memfokuskan kameranya pada objeknya. Sebenarnya tak hanya hewan-hewan itu saja yang menjadi objek fokus Alfa, tanpa Dimas sadari, Alfa juga membidikkan kamera pada cowok manis itu. Pada wajah Dimas yang kesal karena harus menunggui Alfa memotret.
Ia tersenyum senang setiap kali mendapatkan hasil fotonya yang menunjukkan ekspresi wajah Dimas yang benar-benar unik. Entah saat Dimas kesal, menggerutu, mencibirkan bibirnya, menghela nafas kesal karena terlalu lama menunggu Alfa, dan berbagai ekspresi lainnya.
“Berapa lama?” jerit Dimas sudah semakin kesal, Alfa hanya mengangkat bahunya.
Hah? Masih lama? Mending gue kabur aja! pikir Dimas, dan seolah dapat membaca apa yang dipikirkan Dimas, Alfa menyahut, “Jangan coba-coba kabur ya? Kalau kamu melakukan itu, saya akan lapor ke polisi dan bikin pamflet pencarian orang hilang, mau?”. Dimas menatap galak pada Alfa membuat pria itu tersenyum.
“Ayo,” ajaknya menarik tangan Dimas. Dimas sendiri hanya bisa pasrah diseret kesana kemari.
***
Kembali mereka bekeliling dari satu kandang ke kandang yang lainnya. Sesekali Alfa menjelaskan mengenai hewan-hewan tersebut pada Dimas seolah Dimas adalah anak SD yang tengah karya wisata ke kebun binatang.
Bukannya dapat kencan menyenangkan, Dimas malah dapat pelajaran mengenai hewan-hewan tersebut. Dimas terus saja menggerutu saat Alfa dengan fasihnya menjelaskan.
“Sodaraan ya sama mereka? Akrab bener!” sindir Dimas membuat Alfa tertawa dan kembali melanjutkan penjelasannya.
“Aku gak butuh penjelasan tentang hewan-hewan itu,” ucap Dimas masih kesal, “Kok tahu banget sih soal hewan-hewan di sini? Jangan-jangan pernah jadi pengurus kebun binatang
sini ya?” sindir Dimas lagi.
“Ya ampun, nih cowok, gak menghargai orang lain banget. Ini pengetahuan Dimas.”
“Tapi aku gak pengen tahu, melihat semua binatang ini malah aku pengen banget makan mereka hidup-hidup,” balas Dimas ketus, Alfa memperhatikan wajah cowok manis itu serius.
“Lapaaaarr......” teriak Dimas dengan wajah cemberut sambil memegangi perutnya.
“Haahaha... bilang dong dari tadi, dasar Food Monster,” balas Alfa sambil memegang kepala Dimas.
Dan Dimas yang sudah mengatakan ia benci jika kepalanya di pegang, menepis tangan Alfa dari kepalanya, dan menendang kaki lelaki itu. Mendapat perlawanan sengit, Alfa pun tak
mau kalah.
Ia mencengkeram kedua tangan cowok manis itu dan mendekap tubuh Dimas seeratnya untuk menghentikan perlawanan hingga keduanya menjadi tontonan massa.
Muka Dimas memerah karena malu diperhatikan orang. Bagaima tidak ? Alfa mendekapnya dengan erat dan mereka berdua sama-sama lelaki.
“Jangan pernah lagi kamu kasarin saya, Dimas Kurniawan,” ancam Alfa.
“Lepasin...” Dimas memberontak namun Alfa tidak menghiraukannya. “Ok..Ok.. janji, sekarang lepasin dulu, Lapar Om Alfa....” jerit Dimas. Saat mendengar Dimas memanggil ‘Om’ pada Alfa, orang-orang memandang heran pada pria itu.
“Ini bukan keponakan saya,” ucap Alfa mencoba menjelaskan.
“Iya, tapi dia om-om yang suka kencan sama cowok ABG kaya saya,” balas Dimas membuat orang-orang di sekeliling mereka memandang penuh cemooh dan jijik pada Alfa.
Alfa gemas luar biasa pada cowok manis yang ada dipelukannya ini, “Bohong, saya ini kakaknya,” ucap Alfa lagi, lalu menutup mulut cowok manis itu dengan sebelah tangannya dan menyeret Dimas pergi dari tempat itu.
Dimas yang tidak terima diperlakukan seperti itu masih mencoba melakukan perlawanan. Dia mengerang kesal, namun usahanya sia-sia. Alfa terlalu kuat untuk dikalahkan.
“Jangan bicara yang bukan-bukan lagi, Ok!” ancam Alfa sambil terus menyeret Dimas menuju Food Court.
“Om-Om?” gerutu Alfa, “Usia kita bahkan gak beda jauh. Wajah saya juga seperti cowok ABG. Jadi teman sekelas kamu saja, saya masih pantas Dimas,”
Dimas memutar bola matanya jengkel mendengar gerutuan Alfa. Dan karena bosan diperlakukan seperti korban penculikan, kembali Dimas melakukan hal paling ekstrim yang
bisa ia lakukan, menggigit tangan Alfa yang membekap mulutnya.
“Auch...” jerit Alfa sambil menarik tangannya yang sakit. Alfa memandang tak percaya pada cowok manis itu.
“Hei, Dimas.. kamu..” Alfa kehabisan kata-kata menggambarkan cowok manis dan ajaib ini.
“Saya bukan korban penculikan kenapa harus dibekap begitu,” balas Dimas, “Sebenarnya kita ini mau kencan, nontonin binatang apa main gulat sih?” gerutu Dimas lagi.
Alfa yang masih kesal, seketika menajamkan pendengarannya mendengar kata-kata cowok manis itu barusan. Kencan katanya? Pikir Alfa. Ia tersenyum, akhirnya misi menaklukkan cowok manis satu ini hampir berhasil.
“Apa?” tanya Dimas sebal.
“Enggak, Hah..” Alfa takjub padanya, “Sorry..ayo makan,” ucap Alfa akhirnya sambil menggenggam tangan cowok manis itu, kali ini dengan lembut.
Orang yang sedang lapar biasanya memang sangat menyebalkan dan lebih berbahaya daripada ular berbisa. Dulu Alfa tidak telalu percaya dengan ungkapan itu.
Namun melihat tingkah Dimas yang seperti itu akhirnya Alfa yakin ungkapan itu tidak salah. Beberapa saat lalu, Dimas bertingkah sangat menyebalkan.
Namun kini cowok manis yang ada dihadapannya ini terlihat seperti bayi yang mendapat tumpukan permen coklat. Alfa takjub melihat nafsu makan Dimas yang gila.
Namun begitu , ia juga senang melihat Dimas yang sepertinya cuek dan tidak peduli jika orang-orang menatapnya dengan aneh karena porsi makannya yang besar.
Dimas tidak pernah bersikap jaim dan menutupi jati dirinya. Alfa suka dengan cowok yang apa adanya dan bangga menjadi dirinya sendiri, seperti Dimas.
“Pelan-pelan, Dimas. Nanti kamu tersedak,” ucap Alfa mengingatkan cowok manis itu.
“Ini tuh enak banget, tapi gak tahu juga ya, mungkin karena akunya emang lapar,”balas Dimas sambil terus mengunyah makanannya. Alfa hanya tersenyum melihatnya.
“Ih, kamu ini anak cowok apa bayi sih, makan kok berantakan,” ucap Alfa lagi sambil mengambil tisu dan membersihkan bibir Dimas yang dipenuhi remah makanan.
Mendapat perlakuan yang tidak biasa, apalagi dari seorang cowok membuat Dimas tersanjung tapi disaat yang bersamaan ia juga malu.
“Biar saya aja,” balas Dimas cepat berusaha merebut tisu dari tangan Alfa. Namun karena gerakannya yang terburu-buru membuat Dimas menumpahkan soda yang ada di meja.
“Ops...” ucapnya lirih, “Maaf..”. Alfa hanya memandang cowok manis itu. Sehari saja Dimas sepertinya tidak pernah bisa lepas dari masalah.
“Dimas.. could you.. just for one second, you’re not making a mess?” desah Alfa sambil memandangi cowok manis itu, antara gemas dan sayang.
Seorang pelayan cowok datang menghampiri mereka, dan dengan segera membereskan kekacauan yang dibuat Dimas.
Pelayan cowok itu menyadari bahwa tumpahan soda itu juga
meninggalkan noda di pakaian Alfa. Dengan sigap ia segera membantu membersihkan noda soda itu.
“Pakaian Mas juga kena, mari saya bantu,” ucap pelayan cowok itu. Dimas bisa melihat rasa ketertarikan di mata cowok itu. Ia terus tersenyum ramah bahkan sangat ramah kepada Alfa.
Entah mengapa, saat cowok itu memberikan perhatiannya pada Alfa, Dimas merasakan perasaan aneh di hatinya. Ia jengkel, kesal, marah, bukan, lebih tepatnya cemburu.
Hei, sejak kapan ia cemburu terhadap cowok lain yang mendekati Alfa? Selama ini ia bersikap biasa saja dengan banyaknya siswi yang mengerubungi Alfa, bahkan terkesan tidak peduli. Kenapa sekarang ia harus cemburu? Apa benar ia.....
“Udah, Mas. Saya gak apa-apa kok,” tolak Alfa halus saat cowok itu mulai bersikap terlalu berlebihan. Mendengar penolakan Alfa, Dimas tersadar dari pikiran-pikiran anehnya. Dimas bisa melihat kekecewaan yang dalam di wajah cowok itu.
“Dimas, kamu udah selesai makan kan?” tanya Alfa, dan Dimas mengangguk sebagai jawaban.
“Ayo...” ajak Alfa sambil menggenggam erat tangan Dimas. Dimas bisa melihat cowok tadi semakin kecewa. Dan entah kenapa Dimas merasa sangat senang.
Seolah ia memenangkan lotere satu milyar, dan dengan sombong ia tersenyum mengejek pada pelayaan cowok itu sebelum pergi, membuat cowok itu mencibir kesal padanya.
Dimas menyembunyikan tawa kemenangannya melihat ekspresi cowok itu.
BERSAMBUNG
kamu cowok/cewek?
@LostFaro
siiiip kasih komentar ya
@Daser
@LostFaro
hahahha
@nakashima
bikin gemes aja. :x
Romantis bnget :-*
@Aurora_69
siiip seru hehehe
@lulu_75
hehehhe iya
@haha5
iyaaaaa hehehe
@Akang_Cunihin
Tp sepertinya belum sampe ke konflik...??!!