It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@jimmy_tosca
@jimmy_tosca
@sn_nickname
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@Tsu_no_YanYan
@yeniariani
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@haha5
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
@kie_kow
@littlemark04
@akina_kenji
@Daser
@sn_nickname
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
@Greent
@Toraa
@jimmy_tosca
@cansetya_s
Malam itu Alfa membawa Dimas ke Restoran super mewah untuk merayakan hari jadi mereka. Dimas terkesan, tapi ia akan lebih terkesan lagi jika makanan di restoran itu sangat
enak.
Karena bagi Dimas, tidak masalah makan dimana saja, yang penting harus enak.
“Candle Light Dinner?” tanya Dimas begitu mereka tiba di sebuah ruangan VVIP yang hanya bisa di pesan oleh dua kalangan, orang penting dan orang kaya.
Dan sepertinya Alfa termasuk dalam dua kategori itu, karena terlihat para pelayan dan Manajer di restoran itu sangat mengenalnya.
“Kenapa? Kamu gak suka?” tanya Alfa, karena ia tahu orang seperti Dimas tidak terlalu menyukai hal sentimentil seperti ini, namun ini hari spesial, ia ingin sesuatu yang spesial
untuk mereka.
“Bukan begitu, tapi kan aneh kita sama-sama cowok nanti mereka mencurigakan kita makan berduadi tempat ini.
“Tidak apa-apa manajer dan pelayan disini udah tahu kok kalau kamu itu pacarku”
“Pasti kamu udah sering bawa pacar cowokmu ke sini “ kata Dimas dengan nada sedikit kesal.
“Tidak kok, banyak cowok yang mendekati aku tetapi kamu pacar pertamaku Dimas “
Muka Dimas bersemu merah mendengar jawaban Alfa.
“Mudah-mudahan makanan di sini enak. Kalo sampe gak enak, bener-bener jadi candle light dinner, gue bakalan makan pake cahaya lilin,” celetuk Dimas untuk menutupi kegugupannya setelah mendengar jawaban Alfa membuat Alfa dan beberapa pelayan yang akan melayani mereka tersenyum.
“Aku pastikan kamu boleh habisin semua lilinnya,” canda Alfa membuat Dimas mendelik sewot, sementara para pelayan itu menahan senyum.
Dimas dan Alfa tidak perlu menunggu lama, karena makanan yang dipesan sudah tiba dalam waktu lima menit, membuat Dimas takjub.
“Wah, hebat banget, lima menit udah tersedia semua makanannya. Barangkali motto restoran ini, jangan biarkan tamu kelaparan,” celetuk Dimas sambil berusaha memotong beefsteak nya.
Melihat Dimas yang kesulitan, dengan cekatan Alfa mengambil piring Dimas dan mulai memotong dagingnya.
Setelah itu meletakkan piring itu dihadapan Dimas, agar cowok manis itu tidak perlu bersusah payah berperang dengan daging. Dimas cukup terkesan, namun ia merasa sangat canggung.
“Lain kali kita gak usah ke sini ya?” pinta Dimas.
“Kenapa? Kamu gak suka tempatnya?”
“Bukan, tapi aku ngerasa terlalu tua aja, makan di tempat beginian. Aku kan masih tujuh belas tahun,”
“Terus aku om-om yang pacaran sama cowok ABG gitu?” timpal Alfa dengan nada kesal membuat Dimas tertawa.
“He eh.. haha...”
Melihat Dimas menertawakannya membuat Alfa mendelik kesal, namun itu tidak berlangsung lama. Karena kemudian ia juga ikut tersenyum melihat cowok manis itu yang terus tertawa geli sambil mengunyah dagingnya.
Cowok satu itu memang paling bisa membuat hati Alfa jungkir balik hanya dengan menatapnya.
“Emang umur Ba.. eh Kamu berapa?” tanya Dimas masih sedikit canggung harus memanggil Alfa dengan sebutan "Kamu"
“23,”
“Oh..” balas Dimas sambil menganggukkan kepalanya.
“Kenapa?”
“Kenapa kamu gak mau ambil alih salah satu perusahaan Wiratama?” tanya Dimas mengingat keluarga Wiratama, ya nama belakang Alfa adalah Wiratama, memiliki banyak usaha bisnis.
“Gak tertarik,”
“Loh, bukannya Pak Al,..eh, kamu anak Ekonomi?”
“Ya, tapi sejak SMP passionku itu di Fotografi Dimas, aku mau jadi Fotografer handal,”
“Di bidang apa?”
“Apa aja, Periklanan, Bisnis, Fashion,” mendengar kata Fashion, pikiran Dimas melayang pada model-model cowok cakep maupun cewek cantik yang berjalan di atas catwalk,
Mendengar jawaban Alfa membuat Dimas cemburu.
“Hei.. kamu kenapa?” tanya Alfa melihat perubahan di wajah Dimas.
“Gak..” balas Dimas sambil menyuapkan potongan dagingnya dengan kasar dan mengunyahngunyahnya dengan sadis.
“Dimas...” panggil Alfa membuat Dimas menoleh padanya.
“Kamu sering menjadi fotografer untuk Fashion?” tanya Dimas ragu. Apa-apaan ini? Batin Dimas. Kenapa ia jadi bersikap posesif begini?
“Sering, kenapa?” tanya Alfa balik namun Dimas tidak menjawab. Alfa memperhatikan perubahan wajah cowok manis itu yang terlihat kesal.
“Kamu cemburu?” selidik Alfa menahan rasa senangnya.
“Hah? Apa? Enggak, ya enggak lah,” Alfa menatap tajam Dimas, membuat cowok manis itu menunduk malu.
“Akhirnya ada juga hal yang menunjukkan kalau kamu itu cinta sama saya,” timpal Alfa membuat Dimas makin malu.
“Enggak, aku gak cemburu,”
“Hm..ngaku deh, udah ngaku aja..” ledek Alfa,membuat Dimas malu sekaligus kesal.
“Udah deh, gak usah bahas itu lagi,” Dimas menutup pembicaraan.
Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Terlalu awal memang untuk pulang bagi pasangan kekasih.
Namun Alfa sadar akan posisi Dimas yang masih menyandang status pelajar. Karena itu pukul sembilan malam, mereka mengakhiri kencan mereka.
Walau merasa lelah karena satu harian berada di luar, namun Dimas mengakui dirinya cukup senang hari ini.
“Kita sudah sampai,” ucap Alfa, ada nada enggan dalam suaranya. Dimas diam tidak bergeming.
“Sampai besok, Pak,..ehm.. Alfa,”ucap Dimas mencoba membiasakan diri memanggil Alfa dengan namanya. Keduanya masih tetap duduk diam di dalam mobil.
“Eh, aku masuk ya,” Dimas memecah kecanggungan. Saat Dimas akan membuka pintu mobil, Alfa menahannya.
“Biar aku antar,” ucap Alfa sambil keluar dari mobil dan dengan cepat membuka pintu mobil di sisi Dimas.
Dimas keluar dari mobil diiringi Alfa yang berjalan di sampingnya. Masih ada rasa canggung dalam diri Dimas, walau kini status hubungan mereka bukan lagi guru dan murid, melainkan sepasang kekasih.
“Kenapa jadi gini sih? Dulu waktu masih perang dunia, gak ada rasa canggung sama sekali. Malah bisa blak-blakan,” Dimas membatin sambil mencuri pandang ke arah Alfa.
“Gak usah masuk, ya, ntar-ntar aja aku kenalin sama Mama dan Papa,” ucap Dimas dan Alfa mengangguk setuju.
Saat mereka pacaran, Alfa sudah mengetahui bahwa orang tua Dimas mengetahui Dimas gay begitupun Dimas walau Dimas masih kurang percaya kepada Alfa.
Dimas pun mulai melangkah masuk, namun kembali langkahnya tertahan oleh Alfa.
“Good night, Dimas,” ucap Alfa sambil mendekatkan diri pada Dimas dan mencium kening cowok manis itu.
Saat Alfa melakukan itu, sumpah mati, jantung Dimas serasa mau copot. Semua ini hal baru baginya.
Kencan, punya pacar, perlakuan romantis, dan ciuman. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Dimas masih belum bergeming. Bahkan bernafaspun ia lakukan dengan
perlahan-lahan.
Dan tiba-tiba saja, Alfa semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Dimas.
Tubuh Dimas mengejang kaku. Semakin dekat, dan perlahan Alfa mulai menyentuhkan bibirnya ke bibir Dimas. Namun dasar Dimas, ia sama sekali tidak punya pengalaman tentang
semua itu.
Ia malah menundukkan kepalanya dan menutup matanya, hingga bibir Alfa hanya menyentuh ujung bibirnya. Alfa tersenyum melihat reaksi cowok manis itu.
“Benar-benar polos,” pikirnya.
Detik berikutnya, Dimas membuka matanya dan mendapati Alfa tersenyum memandangnya.
Dan tanpa pertahanan apapun, sekali lagi Alfa mencium Bibir Dimas yang tidak sempat memalingkan wajahnya.
CUP
Ciuman itu berlangsung cepat. Hanya menyentuh sekilas bibir Dimas, namun mampu melumpuhkan semua syaraf Dimas. Ia mengerjapkan mata bulatnya berkali-kali.
“Malam Dimas, Ayo masuk,” perintah Alfa, menyadarkan Dimas.
“Eh...Heh..” gumam Dimas kemudian melangkah menuju pintu rumahnya. Entah karena ciuman Alfa atau memang otak Dimas sedang tidak berfungsi, ia berjalan limbung dan malah
menabrak pot bunga kesayangan mama.
“Aduh, mati gue, bunga kesayangan Mama,” ucapnya panik, sambil membenarkan posisi pot yang berantakan. Alfa yang masih berdiri di tempatnya, tidak bisa menahan tawa gelinya.
“Dimas..Dimas.. kamu itu selalu penuh kejutan.”
Dengan tergesa-gesa Dimas membuka pintu rumah. setelah masuk ke dalam, ia menyandarkan punggungnya ke pintu. Kemudian bernafas lega.
“Huh.. yang barusan itu apa?” gumam Dimas sambil memegangi bibirnya yang tadi dicium Alfa.
“Hayoo....” Mama mengagetkan Dimas.
“Mama...” pekik Dimas terkejut.
“Duh, anak Mama yang udah punya pacar, kapan dong mau dikenalin?” ledek mama membuat wajah Dimas memerah malu.
“Mama...” ucap Dimas manja, “Mama ngintip ya?”
“Gak, Mama cuma dengar suara pot jatuh,” ucap Mama, “Eh, jangan-jangan..” Dimas sudah berlari ke kamarnya di lantai dua menghindari amukan Mama.
“Dimas.....” pekik Mama kesal. Namun sedetik kemudian Mama tersenyum.
Ia turut senang melihat Dimas yang sangat gembira dan berbinar. Bukannya ia tidak tahu, kedatangan Alfa
dan Dimas.
Namun mamanya tidak ingin jadi ibu yang suka ikut campur dan ingin tahu urusan anaknya.
Mamanya percaya Dimas akan baik-baik saja dan tidak akan pernah menyalahgunakan kebebasan dan kepercayaan yang selama ini diberikan oleh orangtuanya.
BERSAMBUNG
MAAF UPDATENYA LAMA KARENA DISIBUKKAN UAS SEBENARNYA MAU AKU LANJUTKAN HARI RABU, TETAPI KARENA HARI INI AKU MAU REFRESH JADI AKU LANJUTKAN CERITANYA SEKARANG....
TERIMA KASIH YANG MENUNGGU CERITA INI