It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Daser
kasih like banyak biar cepat update hehehe
@Akang_Cunihin
horeeeeee
@tianswift26
aku jg sama kurang puas mau aku jadiin dia rujak si Anton
@3ll0
betul bgt lagi dapet hahaha )
@akina_kenji
jika likenya byk aku cepat update
@Rifal_RMR
siiiip makasih
@Gabriel_Valiant
sama aku jg....ngingetin lagu Raisa "serba salah " hehe
@harya_kei
tenang ada kok bagian itu hehehe....lihat aja ya ceritanya
@rizal_91leonardus
Tapi namanya udh sayang mau gimana hahaha
ayo TS lanjut update lg ceritanya
@JimaeVian_Fujo
hahaha iya serba salah di posisi alfa....ya gitulah cinta
@Vanilla_IceCream
jgn suka sm alfa....pacar aku itu haha )
@jimmy_tosca
hahaha iyaaa....nanti mau update lagi kok
@sn_nickname
kasihan alfa ....
@lulu_75
sip oke
@bagastarz
sip yg penting jgn lupa like/comment
@LostFaro
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@haha5
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
@kie_kow
@littlemark04
@akina_kenji
@Daser
@sn_nickname
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
@Greent
@Toraa
@jimmy_tosca
@cansetya_s
@tianswift26
@zenfonepro
@bapriliano
@cela
@dadannnnnnn
@bagastarz
Alfa sudah terlihat rapi sejak satu jam yang lalu. Namun hingga detik ini ia belum juga bergerak menuju rumah Dimas. Masih ada yang mengganjal di hatinya.
Apa yang harus ia lakukan sebagai permintaan maafnya untuk Dimas? Cowok manis itu selalu saja membingungkannya.
Ia berjalan mondar mandir di ruang tamu membuat Saira yang saat itu tengah menonton televisi bertanya heran, “Kok belum berangkat Al?”
“Masih bingung Mbak,” balas Alfa.
“Loh, bingung kenapa?”
“Dimas, dia kasih aku teka-teki yang sampai saat ini aku gak tahu jawabannya apa,”
“Kalian ini pacaran apa main kuis sih? Pake teka-teki segala,” balas Saira sambil menggelengkan kepala melihat tingkah laku adik iparnya dan pacar uniknya, Dimas.
“Aku berangkat Mbak,” ucap Alfa tiba-tiba sambil menyambar kunci mobilnya yang ada di atas meja.
Alfa tidak langsung menuju ke rumah Dimas. Sebelumnya ia ingin mengunjungi suatu tempat terlebih dahulu. Mungkin dengan pergi ke tempat itu ia bisa mendapat sesuatu agar Dimas mau menerima permintaan maafnya.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, karena Alfa terus berkeliling mencari toko kue yang menjual kue-kue lezat, akhirnya sampailah ia di rumah Dimas. Ya, sebelum ke
rumah Dimas, terlebih dahulu Alfa mampir ke toko kue.
Ia tidak tahu apa yang harus ia bawa sebagai permintaan maaf. Tapi yang pasti, mengingat Dimas adalah Food Monster, penyuka segala jenis kue, Alfa yakin apa yang ia bawa mungkin dapat meluluhkan hati cowok manis itu.
Jikaia membawa bunga, ia yakin Dimas akan mencelanya habis-habisan. Karena cowok manis itu tidak terlalu suka dengan hal-hal yang terlalu sentimentil. Bunga, buat apa? Memangnya aku cewek? Apa aku kambing yang suka dikasih makan kembang? Barangkali kalimat-kalimat itulah yang akan keluar dari mulutnya.
(Aku sudah di depan rumah kamu) Alfa mengirimkan pesan pada Dimas.
Tak berapa lama, cowok manis itu keluar dengan dandanan yang..membuat Alfa menggelengkan kepala. Tidak berartikah acara makan malam dengan orang tuanya dan Alfa bagi cowok manis itu sehingga ia berpakaian seadanya? Dimas hanya mengenakan celana jins selutut dan kaos putih yang terlalu besar untuk ukuran cowok sekecil Dimas
Seketika mata Dimas tertuju kepada bungkusan yang dibawa Alfa.
“Apaan tuh?” tunjuk Dimas pada bungkusan yang dibawa Alfa.
“Aku gak tahu apa yang mesti aku lakukan supaya kamu maafin aku, tapi yang aku tahu kamu suka makan jadi aku bawain ini buat kamu,” Alfa menyerahkan bungkusan itu pada
Dimas. Dimas segera memeriksa isinya, dan seketika wajahnya bersinar.
“Aku dimaafin?” tanya Alfa, namun ia tahu Dimas pasti memaafkannya karena raut wajahnya berubah ceria.
“Ehm...” Dimas berpikir sejenak, “Oke, karena kelihatannya kuenya enak, jadi aku maafin kamu,” ucap Dimas akhirnya.
Keduanya pun segera masuk ke dalam rumah. ini pertama kalinya Alfa melihat isi di dalam rumah Dimas. Rumah itu tidak terlalu besar, kalah jauh dibandingkan rumah Alfa.
Namun suasana rumah ditata sedemikian nyaman. Alfa memperhatikan ke sekeliling rumah. Ia juga memperhatikan foto-foto Dimas waktu kecil yang terpampang di dinding.
“Ini kamu?” tanya Alfa menunjuk sebuah foto seorang anak dengan rambut panjang sebahu.
“Ya,”
“Lucu banget, mirip anak perempuan,” ucap Alfa membuat Dimas mendelik kesal.
“Dulu karena tante mengharapkan anak perempuan jadi tante biarin rambutnya panjang dulu sampai dia masuk kelas 1 SD,” sahut sebuah suara, yang tak lain adalah Mama Dimas.
“Halo Alfa,” sapa mamanya ramah.
“Halo Tante,” balas Alfa.
“Oh, Alfa sudah datang?” sapa Papa Dimas yang tiba-tiba muncul.
Alfa agak terkejut mendengar papa Dimas menyapanya dengan ramah. Sepertinya Dimas sudah menceritakan
perihal hubungan mereka pada kedua orang tuanya.
“Yuk kita langsung ke ruang makan aja,” ajak Mama Dimas, sembari berjalan bersama suaminya menuju ruang makan. Dimas dan Alfa berjalan di belakang.
“Pokoknya kamu harus habisin makanannya. Mama sengaja masak banyak buat kamu,”ucap Dimas.
“Kalau makanannya enak, pasti aku habisin deh.”
“Ehm..sayangnya gak tuh. Mamaku suka bereksperimen. Biasanya yang jadi korban, aku sama Papa. Kalau gak sakit perut, muntah-muntah atau yang paling parahnya..ehm.. masuk rumah sakit karena keracunan makanan,” Dimas menakuti Alfa membuat pria itu menelan ludah membayangkan apa yang dikatakannya.
“Dimas... jangan bicara yang bukan-bukan,” teriak Mama dari ruang makan,”Jangan percaya Alfa, Dimas itu memang suka usil,” sahut mamanya lagi, membuat Alfa melotot ke arah cowok manis itu.
Dimas tertawa melihat ekspresi Alfa saat mendengarkan ocehannya tadi, yang seolah akan dipanggang hidup-hidup.
“Dasar cowok usil,” desis Alfa.
“Kamu percaya aja. Mamaku pinter masak kok, jadi makanannya pasti aman dimakan,” ucap Dimas sambil menahan tawanya.
***
Acara makan malam berlangsung hangat diselingi cerita dan canda tawa dari Dimas atau mamanya. Setelah mengenal keluarga Dimas, akhirnya Alfa tahu dari siapa sikap aneh Dimas diturunkan.
Siapa lagi kalau bukan mamanya. Hanya saja kadar keanehan Dimas lebih tinggi dibandingkan sang mama. Sementara papa Dimas adalah sosok yang tenang dan berwibawa.
“Pekerjaan kamu apa Al?” tanya mama Dimas.
“Saya fotografer freelance, Tante,” jawab Alfa.
“Tapi saat ini Alfa jadi guru olahraga di sekolah,” timpal Dimas membuat mama dan papanya bingung.
“Alfa anak yang punya sekolah Ma,” jelas Dimas.
“Oh, jadi kalian bertemu di sekolah terus saling jatuh cinta?” tebak mama. Dimas dan Alfa berpandangan.
“Bukan,” jawab keduanya serentak, membuat mama Dimas semakin bingung.
Setelah makan malam selesai, mama dan papa Dimas meninggalkan Dimas dan Alfa berdua untuk menikmati waktu mereka.
Karena bosan berada di ruangan terus Dimas mengajak Alfa
ke taman belakang rumah.
“Ayo, aku ajak ke tempat favoritku,” Dimas menarik tangan Alfa dan membawanya ke taman belakang.
Mereka duduk di ayunan yang berada di bawah pohon jambu biji. Langit malam itu begitu menawan. Bulan bersinar dengan terang dan penuh taburan bintang-bintang.
“Jadi ini tempat favorit kamu?” tanya Alfa saat keduanya duduk bersama di ayunan.
“Bukan,” balas Dimas singkat.
“Jadi?” tanya Alfa bingung.
“Itu,” Dimas menunjuk pohon jambu biji yang menaungi ayunan tempat mereka berada.
“Hah?” Alfa terkejut,”Dimas, emangnya kamu monyet?”
“Jangan salah, pohon itu penuh kenangan,”balas Dimas, “Pohon itu aku tanam dan aku rawat sendiri sejak umur tujuh tahun. Jadi usia pohon itu kira-kira udah sepuluh tahun. Pohon itu tempat dimana aku biasa menghabiskan waktu, dan sebagai tempat menenangkan diri kalau aku lagi marah, kesal, atau sedih,” jelas Dimas panjang lebar.
Alfa mengangguk takjub padanya, “Pantas kamu rada aneh, nongkrongnya di pohon jambu,” ledek Alfa dengan suara sangat pelan.
“Apa?” teriak Dimas yang ternyata mendengar ucapannya. Alfa mengunci rapat mulutnya.
“Mau naik ke tempat favoritku?” ajak Dimas. Alfa berpikir sejenak. Naik pohon? Ini pertama kalinya ia diajak kencan di atas pohon.
“Hei, jangan karena aku nembak kamu di kandang monyet, terus acara kencan kita harus gelantungan di atas pohon seperti monyet gitu dong Dim,” protes Alfa membuat Dimas
tertawa.
“Kamu mau balas dendam ya?” tanya Alfa lagi.
“Iya, ayo naik,” ajak Dimas sambil mulai memanjat pohon,”Atau kamu takut ya?” ejek Dimas dari atas pohon. Ia sudah duduk di dahan yang tidak terlalu tinggi tapi cukup kuat untuk menahan beban tubuhnya. Merasa diremehkan, naluri Alfa sebagai lelaki merasa tertantang.
“Siapa takut,” balasnya sambil mulai memanjat dan duduk di samping Dimas.
“Mama...tolong matikan lampu tamannya,” teriak Dimas, Alfa memandang curiga padanya.
“Hei, kamu...”
“Jangan mesum ya? Aku minta Mama matikan lampu biar bisa melihat bintang dengan jelas, bukan mau mesra-mesraan sama kamu,” Dimas menjelaskan agar Alfa tidak berpikir yang
macam-macam.
“Lagian ini rumahku, bisa-bisa Mama mencekik aku kalau kita ngelakuin yang aneh-aneh,” Mama mematikan lampu taman sesuai permintaan Dimas.
Namun ia mengintip lewat jendela, ingin tahu apa yang dilakukan kedua anak itu.
“Ngapain mereka ada di atas pohon?” gumam Mama.
“Ada apa?” tanya Papa yang sedang menyaksikan berita di televisi.
“Anak kamu, ada-ada aja ulahnya. Ngapain dia ajak Alfa naik ke atas pohon? Kencan kok di atas pohon,” desah mama heran melihat ulah anaknya.
Suaminya hanya tertawa mendengar apa yang dikatakan mama Dimas.
Dari atas pohon, pemandangan langit malam benar-benar menakjubkan. Apalagi bintang-bintang seolah berada lebih dekat dan Dimas menjulurkan tangannya seakan ingin menangkap bintang-bintang itu.
Alfa hanya memperhatikan apa yang dilakukannya.
“Kamu suka bintang?” tanya Dimas.
“Suka,”
“Aku juga. Bintang itu begitu misterius,” gumam Dimas.
“Sama misteriusnya seperti kamu,” ucap Alfa lirih, Dimas memalingkan wajahnya menatap Alfa. Keduanya saling pandang.
Suasana seperti itu bisa dikatakan romantis, dan Alfa ingin
memanfaatkannya.
Ia mulai mendekatkan wajahnya perlahan-lahan ke arah Dimas, tentu saja ingin mencium cowok manis itu. Tapi Dimas tidak akan terkecoh lagi, dengan perlahan pula ia
mengangkat telunjuk kanannya dan menempelkannya di dahi Alfa, menahan gerakan pria itu.
“Jangan macam-macam Al,” desis Dimas, namun di bibirnya terkulum sebuah senyum.
“Hei, bisa gak sih bersikap sedikit romantis?” protes Alfa.
“Bisa, mau aku tunjukin?” tawar Dimas tersenyum Jahil, “Kalau aku dorong kamu dari atas sini, terus lihat kamu jatuh berguling-guling, pasti lebih romantis. Kaya difilm india,”
sambungnya membuat Alfa berjengit ngeri
“Dasar cowok sadis kamu ya,” rutuk Alfa membuat Dimas tertawa.
Keduanya kembali memandang ke langit malam. Dimas mulai menceritakan semua tentang dirinya. Apa yang ia suka, bagaimana ia saat kecil dulu. Apa saja kebiasaan-kebiasaannya, semua Dimas ceritakan.
Alfa pun melakukan hal sama. Mereka bertukar kisah dan pengalaman masing-masing. Berusaha saling mengenal satu sama lain. Sesekali keduanya menertawakan ha-hal konyol yang pernah mereka lakukan.
“Jadi seberapa sering kamu membuat jengkel orang-orang di sekelilingmu?” tanya Alfa.
“Sangat sering,” jawabnya santai.
“Dan awal perseteruanmu dengan Anton?”
“Hm?” Dimas mengernyitkan dahinya,”Gak tahu, aku juga bingung sama tu anak. Aku gak pernah cari masalah sama dia...” Dimas menghentikan ucapannya, “Ah aku ingat, saat kelas satu, ada teman namanya ferry. Trus..”
“Ferry suka sama kamu, tapi ternyata Anton juga suka sama Ferry, jadi intinya Anton cemburu sama kamu,” Alfa menyimpulkan. Dimas memandang Alfa takjub.
“Hm..” balas Dimas mengangguk.
“Dan dimana sekarang anak yang namanya Ferry?”
“Saat naik ke kelas dua, Ferry pindah ke Jogja,”
“Seperti apa anak yang namanya Ferry itu?” tanya Alfa penasaran.
“Ferry baik, pintar, ganteng lagi,” tanpa Dimas sadari saat ia bercerita tentang Ferry, Alfa merasa terganggu.
“Kenapa mau tahu tentang Ferry?” tanya Dimas dan memperhatikan wajah Alfa yang jelas-jelas terlihat kesal.
“Cemburu ya?” ejek Dimas, “Ya ampun, kamu bahkan cemburu sama orang yang gak pernah kamu temui?”
“Kamu pernah suka sama Ferry?” tanya Alfa lagi.
“Gak sama sekali,” Dimas menjawab dengan tegas, dan ia tahu Dimas tidak berbohong. Untuk urusan yang satu itu sepertinya Alfa boleh berbangga hati, karena ia orang pertama yang berhasil menaklukkan Dimas.
Namun tetap saja, ia ingin Dimas juga mencintainya sebesar cintanya pada cowok manis itu. Dan Alfa mulai berpikir apa ada yang bisa ia lakukan agar cowok manis itu juga menunjukkan perasaan terdalamnya pada Alfa.
“Kamu pernah suka sama orang lain sebelumnya?” Alfa terus mencecarnya dengan pertanyaan.
“Pernah, tukang kue di SD dulu, kuenya itu enak banget, aku sampe ketagihan..”
“Serius Dimas, “
“Ehm.. pernah, waktu kelas 6 SD. Dia guru di sekolahku. Namanya Pak Deni,”
“Kenapa kamu bisa suka?”
“Sepele banget sih, waktu itu aku jatuh terus dia bantuin aku berdiri. Hanya karena itu aku jadi suka sama dia, aneh ya?”
“Hem jadi dia suka cowok mulai dari SD, berbeda dengan aku “ kata Alfa dalam hati
“Berarti dia cinta pertama kamu?” ada nada kecewa dalam suara Alfa. Ia pikir, dialah cinta pertama Dimas, ternyata orang lain.
“Gak,” Dimas menjawab dengan pasti sambil menatap Alfa.
“Dengar Alfaro Zirka, orang yang aku suka belum tentu adalah orang yang jadi cinta pertamaku. Kalau kamu mau tahu, kamulah cinta pertamaku. Puas,” ucap Dimas dengan
sungguh-sungguh. Alfa langsung tersenyum sumringah.
“Ok,”
“Nah, gitu dong,” balas Dimas sambil menepuk pundak Alfa hingga keseimbangannya goyah dan BAM..... Alfa jatuh dengan sukses.
“Ya Ampun, Alfa...” pekik Dimas lalu bergegas turun untuk membantu Alfa.
Dimas terus menjengitkan alisnya saat melihat Alfa yang meringis kesakitan saat Pak Maman, tukang urut langganan papa sedang mengobati tangannya yang terkilir.
Dimas benar-benar tidak tahu harus bereaksi bagaimana, apakah ia harus tertawa, atau prihatin melihat pacarnya itu. ia tahu tindakan konyolnya itu sangat berakibat fatal.
Namun tetap saja ia tidak bisa menahan rasa gelinya saat melihat Alfa jatuh tadi. Sadis memang, tapi seperti itulah Dimas.
Untungnya dahan tempat mereka duduk tidak terlalu tinggi, sehingga cedera yang dialami Alfa tidak terlalu parah.
“Auhh......” jerit Alfa lagi.
“Sakit ya?” tanya Dimas antara cemas dan geli.
“Sakit banget Dimas...” desis Alfa, menatap gemas ke arahnya.
“Lagian kamu, ngapain suruh Alfa manjat pohon. Mau kencan kok di atas pohon,” mama menyalahkan Dimas, membuat papa dan pak Maman tersenyum.
“Adek ada-ada aja, pacaran di atas pohon, ya penunggu pohonnya marah kali,” ledek pak Maman membuat Dimas dan Alfa malu. Mereka tidak tahu bukan jin penunggu pohon yang
mendorong Alfa, tapi Dimas.
“Sudah, coba digerakin tangannya, masih sakit apa tidak?” ucap pak Maman. Alfa pun menggerakkan tangannya seperti yang diperintahkan.
“Udah Pak, gak sakit lagi, makasih ya Pak,”
“Ya sudah kalau gitu Bapak pamit ya?” ucap pak Maman kemudian, “Ingat, lain kali jangan pacaran di atas pohon,” ledek pak Maman sebelum pergi.
Mama dan papa Dimas kembali tersenyum, kemudian mengantarkan pak Maman ke pintu depan. Tinggallah Dimas dan Alfa berdua.
“Sorry..” ucap Dimas penuh penyesalan.
“Kamu lihat ini?” ucap Alfa gemas sambil menunjukkan tangannya yang tadi terkilir membuat Dimas menahan tawanya.
BERSAMBUNG
aku benar senang sekali pembaca yang tdk lupa kasih like nahkan likenya bertambah pertahankan lagi ya agar aku bisa update cerita secepatnya......komentar jangan lupa ya
Pertahankan ya like dan komentarnya jangan menurun hehehe
SELAMAT MEMBACA
@viji3_be5t
ini udh update.....jgn lupa like/komentar ya hehehe
@rizal_91leonardus