It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Priiiittttt.................” bunyi peluit terdengar nyaring sebagai pertanda seluruh murid harus berkumpul. Dimas dan seluruh teman sekelasnya sudah berkumpul di pelataran kolam yang
berada tepat di belakang komplek sekolah.
Pelajaran kali ini Alfa memang membawa murid-muridnya untuk berenang. Semua tampak bersemangat, kecuali Dimas. Ya, karena ia sama sekali tidak bisa berenang. Beberapa siswi
sudah mulai girang karena akan melihat tubuh Alfa dengan pakaian renang.
Selama ini mereka melihat tubuh Alfa yang walau tertutup pakaian, namun tetap menunjukkan bentuk yang atletis. Hanya Dimas yang tidak terlalu tertarik. Ia memandang dongkol ke arah Alfa, namun sepertinya pria itu tidak memperhatikan.
“Ok, semua silakan berganti pakaian dengan swimsuit, tapi ingat pakaian renang yang kalian kenakan harus sopan dan tidak terlalu terbuka. No Bikini, ini kolam bukan pantai, dan kita sedang belajar, bukan rekreasi,” ucap Alfa mengingatkan.
Beberapa siswi kelihatan kecewa, mungkin karena mereka membawa pakaian renang yang agak terbuka untuk memamerkan tubuhnya yang seksi.
“Ingat, harus sopan. Kalau pakaian yang kalian kenakan tidak sesuai, saya tidak ijinkan kalian turun ke air dan penilaian akan saya kurangi,” ancam Alfa.
“Pak,” Dimas memanggil sambil mengacungkan tangannya.
“Ya, Dimas?” balas Alfa.
“Kalau tidak ikut berenang gimana? Selama ini saya gak pernah ikut kelas berenang sama Pak Beni,”
“Harus Dimas.”
“Tapi saya gak bisa berenang, kan saya sudah bilang.” ucap Dimas dengan suara keras, membuat ketiga sahabatnya menoleh padanya.
“Heh, kapan lu bilang ke Pak Alfa kalo lu gak bisa berenang?” tanya Rio bingung.
“Eh.. itu... gue pernah kok bilang sama Pak Alfa,” jawab Dimas tergagap.
“Hei, ini tuh pertama kalinya kita ikut kelas renang sama Pak Alfa, jadi kapan lu ngomong ke Pak Alfa?” selidik Gio, ketiga sahabatnya mengarahkan pandangan curiga pada Dimas,
membuat cowok manis itu tidak berkutik.
“Lu pernah keluar bareng Pak Alfa ya?” selidik Rio lagi, membuat Dimas tak berkutik.
“Dan lagi, minggu kemarin lu kemana Dim? Gue telpon ke rumah, nyokap lu bilang lu keluar sama cowok,” Zacky mulai menginterogasi.
Aduh, mati, kenapa gue gak bungkam mama dulu sih? Rutuk Dimas pada dirinya.
“Dim, lu keluar sama Pak Alfa?” tanya Rio semakin gencar.
“Eh itu, nyokap gue salah kali. Orang gue cuma main ke taman komplek kok. Soal cowok, oh, mungkin itu Pak Udin, tukang bersih-bersih komplek,” Dimas menjawab dengan gugup
membuat ketiganya semakin curiga.
“Sejak kapan lu gaul sama Pak Udin?” Gio tidak percaya, “Baik bener lu bantuin Pak Udin pungutin sampah? Dan sejak kapan tukang sampah punya mobil mewah?”
“Mama... detil banget sih kasih infonya...” gumam Dimas memalingkan wajahnya.
“Dimas....” panggil ketiga sahabatnya.
“Pak Alfa, saya boleh kan gak ikut berenang,” teriak Dimas untuk mengalihkan pembicaraan yang menyudutkan dirinya. Alfa berpikir keras, jika ia mengizinkan maka ia bersikap tidak
adil terhadap murid lain. Jika ia menolak, maka pasti Dimas akan mengkonfrontasinya habis-habisan.
“Pak Alfa boleh kok kurangin point saya,” pinta Dimas dengan wajah memohon. Please..... ucapnya dalam hati.
“OK, tapi point kamu saya kurangi,” ucap Alfa akhirnya membuat Dimas menarik nafas lega.
Anton yang sudah tahu hubungan spesial antara Dimas dan Alfa, hanya bisa menatap marah pada cowok manis itu.
Anak-anak terlihat menikmati sesi pelajaran kali ini. Selain belajar mereka juga bisa bermain air sepuasnya. Dan pastinya para siswi bisa menjerit histeris sepuasnya saat Alfa keluar
dengan pakaian renangnya.
Padahal Alfa hanya mengenakan celana renang pendek sebatas lutut dan t-shirt yang melekat ketat di tubuhnya. Namun tetap saja, para siswi seakan mau pingsan karena histeria melihat lekuk tubuh sixpack Alfa.
Dimas yang duduk menunggu di bangku kantin hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah cewek di kelasnya. Namun mau tidak mau, ia merasakan sedikit perasaan cemburu melihat banyaknya para siswi yang terus menempel pada Alfa.
“Pak Alfa, tolongin saya dong,” ucap Budi dengan nada manja yang dibuat-buat untuk menarik perhatian Alfa. Rio, Gio dan Zacky yang ada di dalam kolam, beserta Dimas yang
duduk menyaksikan adegan itu serempak mengejek Budi.
“Hueekkk...” ejek mereka seolah mau muntah.
“Amit-amit deh tuh cowok,” desis Rio.
“Alfa juga apa-apaan sih, mau aja dipegang-pegang sama cowok sok manja itu,” gerutu Dimas, tanpa ia sadari seseorang yang duduk disampingnya menatapnya heran, “Hehe.. nothing,” ucap Dimas kemudian segera berlalu dari tempat itu.
Tiba-tiba di kolam terjadi keributan, Anton, si cowok yang sok kegantengan mendadak mengalami kram kaki.
Dengan sigap Alfa segera menolongnya dan mengangkat cowok itu keluar dari kolam. Semua orang mengerubung, ingin tahu apa yang terjadi, termasuk Dimas.
“Kamu gak apa-apa Anton?” tanya Alfa masih mendekap tubuh Anton. Dimas yang menyaksikan kejadian itu menatap curiga pada Anton. Ini pasti akal-akalan si monyet licik ini
deh, pikir Dimas.
“Aduh Pak Alfa, kaki saya sakit banget,” ucap Anton sambil melingkarkan lengannya ke leher Alfa. Saat melakukan hal itu, Anton menatap sengit pada Dimas.
“Tuh, bener kan? Akal-akalan nih cowok ,” gumam Dimas dalam hati.
“Aduh Pak, kayanya saya gak bisa berdiri deh, sakit banget,” ucap Anton lagi sambil menggelayut manja pada Alfa. Dimas mencibir tindakan Anton yang terlalu berlebihan.
“Ya sudah, saya akan gendong kamu ke kursi kantin, biar kita bisa obatin kaki kamu yang kram,” ucap Alfa sambil mengangkat tubuh Anton dan mendudukkannya di kursi. Saat Alfa menggendongnya, Anton serasa berada di atas awan. Dimas semakin mencibir ulah cowok itu.
“Dasar Monyet,” desis Dimas.
Alfa memberikan pijatan pada Anton untuk mengobati kram di kakinya. Setelah itu ia kembali melanjutkan mengajar murid-murid yang lain.
“Wah, hebat banget akting lu ya,” sindir Dimas sambil duduk di samping Anton.
“Tapi gue gak bisa bersikap munafik kaya lu,” balas Anton tak kalah sengit.
“Apa maksud lu? Gue munafik gitu?”
“Pikir sendiri,” ucap Anton ketus sambil berjalan pergi meninggalkan Dimas.
“Wah, ikut maraton juga dia pasti bisa. Kakinya gak kenapa-napa,” desis Dimas melihat Anton yang bisa berjalan dengan baik.
Alfa memberikan waktu setengah jam bagi mereka yang ingin mengisi perutnya dengan makanan yang tersedia di kantin kolam. Karena nanti ia akan memberikan penilaian terhadap
anak-anak itu.
Bagai singa gunung yang sudah tidak makan selama sebulan, anak-anak itu berlari berhamburan menyerbu kantin. Petugas kantin sampai kewalahan menghadapi ulah anakanak
itu.
Saat Alfa tengah menikmati makanannya, Anton and the Genk duduk seenaknya di samping Alfa, membuat Dimas jengkel setengah mati. Maka ia dan teman-temannya menyusun rencana untuk menghabisi Anton.
Saat cowok itu dan teman-teman satu genknya pergi menuju toilet, saat itulah Dimas dengan segera mendekati meja Alfa dan mulai menjalankan aksinya.
Ia memasukkan cabe sebanyak-banyaknya ke dalam mangkuk bakso dan jus yang di pesan Anton. Teman-temannya mengacungkan jempol pertanda mendukung Dimas.
“Dimas, kamu apa-apaan?” tanya Alfa menyaksikan ulah Dimas.
“Udah, diam dan tutup mulut, kalau enggak aku putusin!” ancam Dimas membuat Alfa terkejut, “Kalau gak ingin terlibat perang, lebih baik menjauh dari zona perang,” sambung
Dimas, kemudian ia berlari kembali ke mejanya.
Alfa yang tidak setuju dengan ulah Dimas hanya bisa pasrah. Ancaman cowok manis itu untuk putus bukan main-main. Maka Alfa menyingkir dari tempat itu untuk menghindari perang.
Tak berapa lama Anton and the Genk kembali.
“Loh, Pak Alfa mana?” tanya mereka. Namun karena mereka tidak melihat sosok Alfa, merekapun mengabaikannya. keempat cowok itu kembali menyantap makanannya.
Dan saat Anton menyuapkan baksonya ke dalam mulut, seketika ia menjerit kepedasan.
“Haaah... pedas..pedas...” teriaknya dan langsung meneguk jus jeruknya. Namun kembali Anton merasakan rasa pedas yang luar biasa membakar tenggorokannya. Di ujung sana, Dimas dan teman-temannya menahan tawa menyaksikan Anton.
“Ini pasti ulah si petakilan Dimas,” desis Anton geram sambil mengipasi mulutnya yang terbakar dengan tangan.
Dengan segera ia menghampiri meja Dimas, dan kembali
menyiramkan air yang ada di meja tepat ke wajah Dimas.
“Dasar cowok stress lu, berani lu ya?” bentak Anton, Dimas masih belum menanggapi, masih sibuk membersihkan tubuhnya yang basah.
“Kenapa emangnya?” balas Dimas sama geramnya.
“Lu itu ya, gak usah sok kecakepan deh, mentang-mentang,..”
“Ada apa?” tanya Alfa mencoba melerai. Kedua cowok itu masih saling memandang dengan tatapan mematikan.
“Dimas, Anton, saya gak peduli siapa yang salah, sudah cukup keributan ini. Kalian berdua saya hukum, berlari keliling pelataran kolam sepuluh putaran.”
“Kan licin Pak,” balas Dimas, membuat Alfa akhirnya memberikan hukuman yang lain.
Kedua cowok itu berdiri dengan sebelah kakinya di dekat kolam disaksikan teman-temannya yang tengah berenang. Tak pelak pemandangan kedua cowok itu membuat mereka tertawa.
“Ini semua gara-gara lu tau,” ucap Anton.
“Eh, kalau lu gak nyiram gue dengan air soda kemaren, gue gak bakal balas lu,” timpal Dimas.
Walau sebenarnya bukan hanya itu alasan Dimas membalas Anton. Alasan lainnya ia membalas Anton adalah karena cowok itu bergenit-genit dengan Alfa.
“Dasar Munafik lu,” sindir Anton, “Lu kira gue gak tahu alasan lu sebenarnya balas gue? Karena Pak Alfa kan? Lu cemburu kan? Lu pikir gue gak tahu hubungan lu dengan Pak
Alfa?” cecar Anton membuat Dimas terbelalak.
“Sialan? Darimana monyet ini tahu?” batin Dimas.
“Oh ya? Trus lu mau sebarin ke seluruh sekolah gitu? Lu pikir gue takut apa?” tantang Dimas membuat Anton mati kutu.
Apa yang Dimas katakan tidak main-main. Anton tahu Dimas itu orang yang nekat, digertak seperti itu tidak akan mempan untuknya. Anton membuang pandangannya ke sekeliling kolam.
Tiba-tiba terlintas ide jahat di kepalanya. Mereka tengah berada di kolam, dan ia tahu Dimas tidak bisa berenang. Timbul niatnya untuk mendorong Dimas ke kolam, agar cowok petakilan itu tahu rasa, pikir Anton.
Dan sangat kebetulan mereka sedang di hukum di pinggir kolam.
Dengan satu gerakan kecil, Anton bertingkah seolah tubuhnya limbung karena hukuman dan ia sengaja menabrakkan tubuhnya ke arah Dimas. Tak pelak, Dimas kehilangan keseimbangan dan Byurrr............. ia terjatuh ke dalam kolam.
“Dimas.....” pekik Rio yang melihat kejadian itu.
Dimas yang tidak bisa berenang berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tidak tenggelam. Ia menendang-nendang air di bawah kakinya agar tetap berada di atas.
Beberapa kali kepala Dimas nyaris tenggelam ke dalam air, namun ia masih berusaha bertahan.
Dengan sigap Alfa, yang saat itu berada di tengah kolam, berenang dengan secepatnya ke arah Dimas.
Hampir saja Dimas kehabisan nafas. Untunglah Alfa segera memegangnya dan menyeret tubuh Dimas naik ke pelataran kolam. Alfa membaringkan tubuh Dimas dan segera memberikan pertolongan pertama. Rio, Gio dan Zacky terlihat khawatir menyaksikan sahabatnya itu.
Untunglah tak berapa lama Dimas sadar. Ia terbatuk beberapa kali, dan nafasnya masih tersengal. Alfa menyangga tubuh cowok manis itu agar ia dapat bernafas.
“Dim, lu gak apa-apa kan?” tanya Rio cemas. Dimas hanya mengangguk, belum sanggup untuk bersuara.
“Kenapa kamu bisa jatuh?” tanya Alfa yang juga tak kalah cemas.
Dimas menarik nafas panjang, ia menatap geram ke arah Anton, “Lu sengaja dorong gue kan?” jerit Dimas, namun suaranya tak cukup kuat sehingga hanya terdengar seperti decitan ban.
“Apa?” sangkal Anton, “Please deh Dimas, gue itu tadi juga limbung, makanya gak sengaja nabrak lu.”
“Pembohong,” suara lantang Dimas mulai kembali, “Lu tahu gue gak bisa berenang, makanya lu manfaatin situasi ini buat dorong gue. Sadis lu ya? Mau jadi pembunuh?” tuduh Dimas sengit.
“Eh jaga mulut lu,” Anton bersiap menghajar Dimas. Namun Dimas tak kalah garang, dengan sigap ia berdiri dan juga bersiap menghajar Anton. Alfa segera merangkul Dimas untuk
menghentikan pertengkaran mereka.
“Cukup,” teriak Alfa membuat semua orang terdiam.
“Anton, kalau memang kamu tidak sengaja, harusnya kamu minta maaf pada Dimas,” ucap Alfa membuat Dimas melotot pada Alfa.
“Dimas, anggap saja Anton memang tidak sengaja,” pinta Alfa memohon pengertian Dimas, namun cowok manis itu dengan tegas menolak.
“Gak bisa. Ini menyangkut nyawa saya, gimana tadi kalau saya beneran tenggelam?”
“Dimas.. please.. jangan diperpanjang, yang terpenting saat ini kamu baik-baik saja kan?” Alfa berusaha menenangkan Dimas.
Dimas memandang kesal Alfa. Ia tidak terima dengan semua ini. Enak saja! Nyawanya dalam bahaya, dan memintanya menganggap kejadian ini sebagai sebuah kecelakaan?
“Saya gak terima,”ucap Dimas ketus dan melepaskan rangkulan Alfa di pinggangnya kemudian berjalan pergi menjauhi kolam.
“Dimas....” panggil Rio, Gio dan Zacky menyusulnya. Alfa hanya menghela nafas. Ia tidak mungkin begitu saja menghukum Anton. Tidak ada bukti yang menunjukkan Anton sengaja mencelakakan Dimas.
Alfa jadi merasa serba salah dengan posisinya. Dan yang lebih parah lagi, Dimas marah padanya. Entah bagaimana Alfa akan membujuk dan menenangkan cowok manis itu.
“Huh....” desahnya frustrasi.
***
Ponsel Dimas terus berdering, namun ia tidak berniat menjawabnya. Ia tahu pasti, Alfa yang menelponnya. Dimas masih kesal dengan kejadian siang tadi di kolam. Kenapa Alfa tidak bisa bersikap adil? Ia malah membiarkan ulah Anton yang hampir merenggut nyawanya.
Alfa pun hanya bisa mengerang kesal karena cowok manis itu tidak mau menjawab teleponnya.
“Dimas... ayo angkat,” jerit Alfa frustrasi. Adrian yang kebetulan lewat di depan balkon dimana Alfa berada, terlihat bingung dengan sikap adiknya itu.
“Ada apa Al?” tanya Adrian penasaran.
“Dimas..”
“Kenapa dengan Dimas?”
“Dia sama sekali gak mau angkat teleponku hanya karena kejadian di kolam tadi”
“Kolam?” Adrian mengernyit bingung, “Memang ada kejadian apa di kolam tadi?”
“Dimas hampir tenggelam karena Anton gak sengaja menabraknya, itu menurut versi Anton.
Tapi menurut Dimas, Anton memang sengaja menabraknya untuk mencelakakan Dimas, karena ia tahu Dimas tidak bisa berenang. Dan karena tidak ada bukti yang menguatkan, aku minta Dimas untuk memaafkan Anton dan menganggap kalau kejadian ini sebagai kecelakaan,” jelas Alfa panjang lebar.
“Dan Dimas tidak terima?” tebak Adrian, Alfa mengangguk, “Itu sebabnya dia gak mau jawab telepon kamu?” sekali lagi Alfa mengangguk.
“Bicara baik-baik dengannya besok Al. Jelaskan kalau kamu tidak bisa seenaknya mengambil keputusan, mengingat posisi kamu sebagai guru,” Adrian menasehati.
“Mas, kalau dia mau angkat teleponnya, aku pasti gak akan uring-uringan begini,” balas Alfa,
“Bubaran sekolah tadi, dia bahkan menghilang entah kemana. Benar-benar cowok itu, bikin aku tambah gila.”
“Kalau gitu putus saja,” timpal Adrian enteng.
“Enak saja! Mengejar cinta Dimas itu lebih susah daripada dapetin foto seorang model terkenal Mas,” ucap Alfa sengit, “Aku gak akan putusin dia,”
“Kalau dia yang putusin kamu?” tantang Adrian, membuat air muka Alfa berubah cemberut.
“Mas ini mau kasih solusi atau bikin orang down sih?” balas Alfa jengkel dengan kata-kata Adrian. Adrian pun berlalu sambil menahan tawanya. Ia benar-benar takjub dengan
konsistensi Alfa dalam menaklukkan Dimas.
(Angkat teleponnya..,) Alfa mengirimkan pesan pada Dimas, namun Dimas tidak menanggapi.
(Dengar dulu penjelasanku. Aku gak bisa seenaknya mengambil keputusan. Kamu harus ngertiin posisiku dong). Tulis Alfa dalam pesannya.
“Hah..ngertiin posisinya? Aku hampir mati dan harus di suruh sabar?” pekik Dimas sambil memandangi pesan yang dikirim Alfa.
(Dimas...Please..... ( [cry emotikon]) Alfa mengirimkan emoticon sad agar Dimas mau memaafkannya.
Dimas memandangi kembali pesan itu. Ia berpikir sejenak. Memang tidak seharusnya ia marah pada Alfa.
Alfa pun berada diposisi yang serba sulit. Akhirnya ia mengambil keputusan dan mengirimkan pesan balik untuk Alfa.
To : Alfa
From : Dimas
( [smile emotikon])
Alfa mendengar ponselnya berdering. Ia membuka pesan yang datang. Seketika ia tersenyum melihat pesan yang dikirimkan Dimas.
BERSAMBUNG
Akhir-akhir iniyang kasih like dan komentar tambah dikit (....like dan komentar itu bikin aku tambah semangat.....
kasih like dan komentar byk ya SR ayooo ya...
SELAMAT MEMBACA
gak bisa kasih Like,pake ucmini jadi gak bisa.
@JimaeVian_Fujo
haha nanti dikasih pelajaran kok
@littlemark04
makasih ya
@rama_andikaa
hayooo aku jg mau santet anton....tdk ap2 ksh komentar q senang
@3ll0
sorrry....salah typo udh q edit...makasih ya udh koreksi
@j4nji
Si anton udah tau dimas pacaran sama alfa masih ajq di godain alfanya ckck
Lanjut..
@hyujin
makasih hehehe
@jimmy_tosca
nanti anton dikasih pelajaran kok tenang aja
@tianswift26
cinta mati sekali heheh...benar tuh ckckck
@akina_kenji
mas tdk kesal sm anton? hehehe
@haha5