It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@LostFaro
manis bgt kyk gula
@3ll0
memang pasangan aneh mereka hahha
@JimaeVian_Fujo
sudah makasih ya sarannya
@zenfonepro
@sn_nickname
hahahaha
@littlemark04
udah makasih ya sarannya
@bapriliano
ini mau lanjut
@Vanilla_IceCream
siiiip
@akina_kenji
Mention kasih komentar atau pendapat ya guyz...kasih banyak komentar atau like ya krn itu sangat berarti guzy untu bwt q semangat...bikin q cepat post cerita jika kalian byk kasih komentar dan like ya.. SR ayooo kasih komentar hehehe ..semakin byk ksh like dan komentar q post ceritanya makin cepat hehehe...like dan komentar sangat berharga
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@haha5
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
@kie_kow
@littlemark04
@akina_kenji
@Daser
@sn_nickname
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
@Greent
@Toraa
@jimmy_tosca
@cansetya_s
@tianswift26
@zenfonepro
@bapriliano
Laboratorium Biologi SMA BAKTI NUSA terlihat begitu hiruk pikuk. Semua penghuni kelas Dimas saat ini memang tengah berada di sana. Pak Heri, guru Biologi mereka memang
membawa semua anak kelas 2A untuk melakukan uji coba mengenai anatomi tubuh hewan.
Kali ini hewan yang dipakai adalah Merpati.
“Aduh, sayang banget kan nih burung bakal di bantai, padahal kan kalo dijadiin burung goreng enak banget nih,” celetuk Raka, sang ketua kelas.
“Daripada leher lu yang di belek, kan gak lucu Ka,” timpal Dimas tiba-tiba saat ia berjalan menghampiri meja praktek Raka.
“Wah, ni anak ingin cari ribut sama gue,” balas Raka sambil mengambil sebotol etanol dan meneteskannya sedikit ke sapu tangan yang tersedia untuk membius hewan praktek.
“Sebelum nih burung yang gue bius, mending lu duluan deh Dim, biar aman, damai, tentram dan sentosa ruangan ini,” sambung Raka sambil mulai mengejar Dimas yang sudah lebih dulu melarikan diri menghindari Raka.
“Ah, gila lu Ka,”
Jadilah kedua cowok itu saling berkejar-kejaran di dalam ruangan. Tanpa sengaja, Dimas menabrak Anton yang baru saja masuk ke ruang Laboratorium.
“Bruukkk...” terdengar suara yang cukup keras. Baik Dimas dan Anton sama-sama terduduk di lantai.
“O-Ow...” gumam Raka yang menyadari sepertinya akan ada perang lagi antara kedua cowok itu.
Semua mata memandang keduanya, menunggu emosi siapa yang meledak lebih dulu.
“Sorry Nton, gue gak sengaja,”
Anton dan genk nya yang baru kembali dari kantin, seketika menyambar minuman soda yang dipegang Budi dan menyiramkannya ke wajah Dimas, membuat Dimas terpekik kaget.
“OIIIII...cowok resek gue kan udah minta maaf,” teriak Dimas sambil membersihkan wajahnya dengan tangan.
“Gue gak terima permintaan maaf lu. Dasar cowok resek lu, ganjen banget sih, pake acara tebar pesona sama semua cowok. Kemarin Pak Alfa, sekarang Raka, genit banget lu jadi
cowok,” maki Anton habis-habisan.
“Eh, cowok stres, gue itu gak suka ya tebar pesona ke cowok-cowok ya, kalo Pak Alfa yang deketin gue, emang itu salah gue Hah! Dan Raka itu sohib gue, Dasar Kakek Lampir lu,” Balas Dimas tak kalah sengit.
“Apa lu bilang,” Anton bersiap melayangkan tangannya, namun segera ditahan oleh Dimas.
Keduanya pun bersiap untuk saling menghantam, namun segera di hentikan oleh teman-temannya.
“Udah deh Dim, gak usah diladenin,” ucap Raka, sambil menahan Dimas.
“Nih cowok emang perlu dikasih pelajaran Ka,” teriak Dimas masih emosi. Tepat disaat kedua cowok itu masih ribut, Pak Heri masuk ke ruangan.
“Ada apa ini?” tanya Pak Heri bingung melihat suasana yang sedang memanas.
“Si petakilan ini, lari-larian dan dia nabrak saya Pak,” ucap Anton masih emosi.
“Eh, Kakek Lampir, gue kan udah minta maaf, tapi lu malah nyiram gue pake air soda. Lihat nih seragam gue kotor,” balas Dimas tidak mau kalah.
“Sudah, sudah. Kalian ini seperti anak kecil saja,” ucap Pak Heri tegas, membuat keduanya bungkam. “Anton, Dimas sudah minta maaf. Harusnya kamu tidak perlu sampai menyiramkan air soda itu pada Dimas,” ucap Pak Heri menasehati Anton.
Dimas tersenyum mengejek padanya.
“Dan kamu Dimas, ini Lab Biologi, bukan taman bermain. Tidak seharusnya kamu malah lari-larian di ruangan ini,” kali ini giliran Anton yang terseyum mengejek.
“Dalam kasus ini kalian berdua sama-sama salah, tapi kesalahan terbesar ada di Dimas, jadi Dimas, kamu Bapak hukum untuk merapikan Lab ini saat pulang sekolah nanti,”
Anton tersenyum penuh kemenangan atas hukuman yang diterima Dimas.
“Ya Pak, kok cuma saya?” protes Dimas, namun pak Heri tidak ingin memperpanjang pembicaraan dan mulai memerintahkan anak-anak kembali ke meja Lab-nya masing-masing.
“Tenang Dim, entar gue bantuin pulang sekolah,” bisik Raka, saat mereka telah berada di mejanya.
“Serius lu Ka?” tanya Dimas penuh harap.
“Iya, serius, gue bantu do’a. hehehe...” balas Raka sambil cengengesan membuat Dimas dongkol.
“Sialan lu,” maki Dimas sambil meninju pundak Raka. Dan mereka kembali memfokuskan diri pada penjelasan pak Heri.
***
Siangnya Dimas benar-benar harus merapikan semua kekacauan yang terjadi di Lab Biologi.
Dengan kesal sambil memaki dan mengumpat Anton, Dimas terus bekerja.
“Dasar cowok resek, Kakek Lampir, Monyet , semua deh buat lu Anton resek....” teriak Dimas, dan teriakannya menggema di seluruh ruangan.
“Awas aja ya kalo besok gue ketemu lu, gue ulek lu jadi rujak bebeg..” sambung Dimas sambil merapikan tabung-tabung reaksi ke dalam lemari.
“Ckckckck.. ya ampun, nih anak satu, lihai banget kalo buat urusan umpat-.mengumpat,” ledek Alfa yang ternyata telah berdiri sejak tadi di depan pintu Lab.
“Kamu itu kenapa sih, kalau mengumpat jangan teriak. Mana suara kamu menggelegar seperti petir, kedengeran sampai radius tiga kilometer,” Alfa terus meledeknya membuat Dimas mendelik kesal.
“Ini semua tuh gara-gara Anton, ketabrak dikit doang, udah ngamuk-ngamuk kaya korban penggusuran,” Alfa tertawa mendengar penuturan Dimas.
“Udah deh, cup-cup sini, aku bantuin,” ucap Alfa sambil mengelus kepala Dimas, dan kembali Dimas mengamuk karena kepalanya lagi-lagi dipegang Alfa.
“Argh... mau berapa kali aku kasih tahu, aku gak suka kepalaku dielus. Emangnya aku kucing?”
“Atau kamu mau dipeluk nih?” canda Alfa sambil memeluk Dimas.
“Ih, Pak Alfa, lepasin, gimana kalau ada orang yang lihat?” Dimas meronta dalam dekapan Alfa.
“Tenang aja, semua udah pada balik kok,” jelas Alfa sambil mengeratkan pelukannya.
“Lepas....” Dimas terus meronta, namun Alfa tetap tidak mau melepaskannya.
“Kamu yang paksa saya buat melakukan hal ekstrim ya, rasakan ini,” ucap Dimas mengingatkan dan, “Bruukk...”
“Ops.. Sorry..” ucap Dimas manja sambil mengelus sikunya yang ia gunakan untuk menghajar perut Alfa. Sementara Alfa sudah melepaskan pelukannya dan memegangi perutnya menahan rasa sakit karena tonjokan siku Dimas.
“Dimas, kamu keterlaluan tahu,” pekik Alfa yang tidak menyangka Dimas tega melakukan itu.
“Kan udah aku peringatin,” balas Dimas tanpa rasa berdosa sedikitpun.
“Oke, you wanna play hard, i will give you the game...” ucap Alfa sambil mulai berjalan perlahan mendekati Dimas. Ada gurat usil di matanya.
Ia ingin membuat cowok manis itu menyerah tanpa perlawanan.
“Mumpung kita cuma berdua di sini!” ucap Alfa menakuti Dimas.
“Jangan macam-macam,” teriak Dimas mulai gusar. Apa-apaan nih cowok? Batin Dimas.
“Kenapa? Takut? Kemana Dimas yang biasanya berani dan selalu membangkang?” Alfa semakin dekat.
“Don’t you dare..” teriak Dimas lagi, dan Alfa hanya berjarak beberapa langkah dengannya.
Permainan pun dimulai. Kedua makhluk itu saling berkejaran di dalam Laboratorium.
“Jangan lari Dimas,” teriak Alfa.
“Gak,” balas Dimas sambil terus berlari menghindari Alfa. Keduanya terus saja bermain layaknya kucing dan tikus, hingga akhirnya Dimas takluk dan Alfa dapat menangkapnya.
“I got you,” desis Alfa, dan Dimas terus meronta membuat Alfa harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menghentikan pelawanan cowok manis itu.
“Alfa.. please, jangan. Aku gak mau ngelakuin hal yang di luar batas. Aku tuh masih muda, masih punya cita-cita. Masih pengen keliling dunia dulu, masih mau nyicipin makanan enak
di seluruh dunia, masa depanku masih panjang......” cerocos Dimas tiada henti membuat telinga Alfa panas.
“Hei...” ucap Alfa cukup keras membuat Dimas menghentikan ocehannya, “Memangnya aku mau apain kamu?” tanya Alfa membuat Dimas bingung.
“Loh bukannya kamu mau...” Dimas tidak melanjutkan kata-katanya, wajahnya benar-benar menyiratkan kebingungan yang amat sangat.
“HAHAHA.. Dasar ternyata pikiran kamu mesum ya Dimas HAHAHA, otak kamu itu kayanya perlu di cuci deh,” ucap Alfa geli sambil mengetukkan telunjukknya ke dahi Dimas.
Muka Dimas memerah seperti tomat.
“ AKU TIDAAAAK MESUM” teriak Dimas.
Alfa pun tertawa keras dan Dimas merasa jengkel dan menggembungkan pipinya
“Lah terus ngapain kita main kejar-kejaran segala?”tanya Dimas dengan nada jengkel.
Alfa pun berhenti tertawa dan mencubit pipi Dimas gemas,
“Kamu ini, aku itu cuma mau ajak kamu pulang, udah hampir sore,” jelas Alfa.
“Terus kenapa harus pake adegan horor kaya tadi, bikin jantungan aja,” balas Dimas kesal.
“Cuma mendramatisir..”
“Hah? Dasar Sarap nih orang,” maki Dimas, “Minggir, gue mau ambil tas,” teriak Dimas sambil berjalan menuju tasnya yang ada di meja Lab.
“Cowok gelo...” umpat Dimas membuat Alfa tertawa melihat reaksi cowok manis itu.
Punya pacar seperti Dimas benar-benar membuatnya terhibur.
Tanpa sepengetahuan mereka ternyata sejak tadi Anton tengah menyaksikan kebersamaan mereka berdua. Ia menyusun rencana di otaknya untuk membalas Dimas.
Ia benar-benar marah karena semua hal yang ia inginkan dapat dengan mudah diraih Dimas.
"Dasar cowok nyebelin..." desis Anton geram.
Ponsel Alfa terus menerus berdering. Namun Alfa tidak segera menjawabnya, karena ia masih berada di kamar mandi.
Setelah selesai dengan kegiatan mandinya, Alfa menyambar
ponselnya yang tergeletak di atas kasur.
“David?” gumamnya dan dengan segera menelpon balik David.
“Lama amat sih Al ngangkatnya?” sembur David begitu mendapat telepon dari Alfa.
“Sorry tadi lagi mandi. Ada apa?” tanya Alfa.
“Hei, ada apa? Aku mau tanya soal proyek itu Al,\.”
“Oh, ya. Mungkin minggu depan aku bisa ambil proyek itu,” balas Alfa membuat David berteriak girang di ujung sana.
“Yes, akhirnya.. fotografer favorit gue mau juga,” ucap David senang, namun kemudian ia bertanya, “Loh, bukannya kamu masih ngajar?”
“Minggu depan aku berhenti,” balas Alfa enteng, David di seberang sana mengerutkan dahinya.
“Hei, don’t say...”
“Yes...”
“Selamat Pak Alfa....” teriak David yang langsung tahu mengapa Alfa setuju begitu saja.
David bisa menebak, sahabatnya itu sudah berhasil menjalankan misinya itu.
Dan detik berikutnya mengalirlah seluruh cerita dari mulut Alfa bagaimana ia bisa menaklukkan cowok manis itu.
Sesekali David tertawa, namun saat ia tahu bagaimana prosesi pernyataan cinta Alfa, ia tidak bisa berhenti tertawa. Ia tidak habis pikir bagaimana Alfa bisa punya rencana untuk
menyatakan cinta di depan kandang monyet.
“Gila kamu Al, yang bener aja! Masak di depan kandang monyet? Kalau aku jadi Dimas, aku bakal suruh kamu buat pacaran aja sama tuh monyet-monyet...” Alfa hanya tertawa
mendengar ucapan David.
“Tapi hasilnya kan menakjubkan Vid,”
“Apa waktu itu otak Dimas lagi gak bekerja maksimal ya? Kok mau-maunya dia di tembak di depan para monyet?" David terkekeh geli membayangkan adegan itu.
“Itulah yang namanya cinta Vid, mau dimanapun tempatnya, kalau emang cinta pasti gak bakal kemana-mana,”
“Ok deh, Pak Guru Cinta, selamat menikmati kisah cintamu dengan murid ajaibmu itu, yang pasti jangan lupa proyek minggu depan,” ucap David mengakhiri pembicaraan mereka.
***
Di dalam kamarnya Dimas tengah menikmati waktu santainya dengan membaca buku.
Tiba-tiba teleponnya berdering. Ia melihat layar ponselnya, tidak ada nama penelpon yang tertera. Namun Dimas menjawab teleponnya karena ia tidak tahan dengan suara berisik nada dering ponselnya.
“Halo?” ucap Dimas dengan nada curiga layaknya petugas kepolisian.
“Hei, jadi cowok kok ketus banget. Jawab telepon itu lemah lembut sedikit,” ucap suara di seberang. Namun ia tahu itu suara siapa. Alfa, siapa lagi kalau bukan pria itu.
Namun Dimas sengaja ingin mempermainkan pacarnya itu.
“Siapa ini?”
“Dimas, ini aku,”
“Aku? Oh jadi nama kamu ‘Aku’?”
“Hei, jangan bercanda,”
“Aku gak becanda, disini tertera, No Caller Id, berarti itu nama kamu kan?”
“Stop kidding me, Dimas,”
“I’m not kidding, disini tertera No Caller Id,”
“Argh...” erang Alfa frustrasi, membuat Dimas tersenyum,
“How dare you! You will get your punishment tomorrow,” ancam Alfa.
“Oh, Ok.. aku tutup ya, goodnight,” dan Dimas segera memutus sambungan.
“Tut..tut..”terdengar bunyi sambungan yang diputus.
“Argh.. dasar cowok itu...” erang Alfa kesal, melemparkan tubuhnya ke atas kasur.
Sementara di kamarnya Dimas tertawa sambil melompat-lompat girang diatas kasurnya karena berhasil membuat Alfa kesal.
“Dimaaasss...... berhenti melompat di atas kasur, kamu bukan anak kecil lagi......” teriak Mama dari kamarnya karena mendengar bunyi pegas bersahutan.
“Ops....” seketika Dimas terduduk di kasurnya sambil menahan tawa.
BERSAMBUNG
makasih ya saran dari @zenfonepro dan @bapriliano berkat kalian aku bisa buka pakai vpn tp hrs pakai opera klu mozilla error
SELAMAT MEMBACA
Lucu bikin ngakak.