BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

DON'T STOP LOVE ME

13

Comments

  • sepertinye ini masalah harta dan tahta :D
  • Blm bisa comment,tggu lanjutannya dulu.
  • menariiiik
  • oh Alvian dan Deka sepasang kekasih ya ... dilanjut ...
  • nyimak dulu. Thank's mantionnya!!
  • nyimak dulu. Thank's mantionnya!!
  • Lanjuttttt...masih belum bisa nebak arah ceritanya hehehe...
  • @yeniariani pasti bkalan mengurass emosii.. wah cinta segitiga.... keliatnnya bagus.. pokok yang penting yang jadi pemeran utamanya bot yang unyu2 dan baik ya???? ahahah :)) cewtarrrrrrrrrrkalo lnjut mention ya?? @yeniariani
  • menyimak ja
  • apa setelahnya mereka akan berpisah ato mempertahankan cinta mereka setelah bertemu mamanya?
    ah ga sabar nunggu lanjutannya...
  • apa setelahnya mereka akan berpisah ato mempertahankan cinta mereka setelah bertemu mamanya?
    ah ga sabar nunggu lanjutannya...
  • edited May 2015
    -
  • Chapter-1

    *Kembali menawarkan cinta*

    Langkah jenjangnya terlihat begitu mempesona dengan sepatu hitam yang mengkilat dan tentu saja harga mahal funtastis, Mata tak henti tertuju kearahnya bahkan mungkin setengah isi Bandara itu sedang berpusat menatap tubuh tinggi nan ramping yang dimiliki pemuda dengan mata yang tersembunyi di balik kaca mata hitamnya. Pemuda itu tak henti-hentinya mengarahkan pandangannya pada jam digital mewahnya memastikan dia datang pada tepat waktu.

    Tangan kirinya ia masukkan pada saku celana hijau pudarnya yang semakin menambah daftar kerenj di dirinya dan tangan kanannya sibuk memegang ponsel putih pengeluaran terbaru.

    Dengan sadar ia tahu kalau semua mata tengah tertuju kearahnya dengan pandangan kagum mereka bahkan ada yang sampai berbisik-bisik, Yang lebih lancangnya lagi ada yang sampai mengikuti kemana arah langkahnya tertuju. Dia hanya tersenyum maklum tentu dengan rasa percaya diri yang begitu tinggi yang di miliki pemuda itu bergumam dalam hati kalau ketampanan yang di milikinya taklah biasa. Rahang tegas dengan bibir ranum dan wajah bersihnya bukanlah satu-satunya yang membuat ia akan memiliki percaya diri yang cukup tinggi tapi tentu saja karena karir yang ia miliki yang telah mampu membuat namanya membumbung tinggi.

    Kini matanya tengah gusar menatap sekeliling, kenapa orang yang ia tugaskan untuk menjemputnya tak juga menampakkan diri. Dia sudah cukup bosa di lihat dengan mata-mata tak terbaca itu. Apalagi sekarang dia tak bisa leluasa berjalan sendiri karena kemanapun langkah ia pacu tentu saja selalu ada yang mengirinya.

    “Maaf! Anda Vilano?” Tanya sebuah suara ringan dari seorang gadis yang kini tengah menjadi pusat tatap orang-orang karena memiliki keberanian yang cukup mampu membuat orang bergumam kagum. Pemuda yang tengah sibuk menatap jam digitalnya menatap ke seorang gadis yang memiliki tinggi sampai dadanya. Senyum manis tersungging dari bibir ranum itu, cukup kagum karena gadis ini penuh keberanian mengajaknya bicara yang notabenenya belum tahu kebenaran akan dirinya.

    Pemuda itu membuka kacamata hitam yang membingkai matanya dan tentu saja rasa kagum itu semakin terpancar di tatapan semua orang bahkan gadis yang tengah berdiri di depannya itu seolah akan merosot tak mampu menahan bobot tubuhnya. “Iya, aku Vilano” Suaranya yang serak-serak basah membuat beberapa orang yang mendengar merinding dalam artian akan sangat hebat jika bisa seranjang dengannya.

    “Saya Fans anda” Ucap gadis itu dengan nada ceria dan membungkuk memberi hormat, pemuda bernama Vilano itu hanya mampu tersenyum dan itu sudah cukup mengatakan kalau ia senang memiliki fansnya di sini.

    “Jadi apa yang bisa aku lakukan untuk fansku ini?” Tanya Vilano dengan nada menggoda yang begitu kentara. Mata gadis itu berbinar tak menyangka kalau actor sekaligus model favoritnya akan bertanya dengan nada mengundang. Tentu saja pipi gadis itu bersemu merah.

    Gadis itu menyodorkan sebuah buku seperti buku diary dan juga berserta pulpennya, tentu Vilano tahu apa yang di inginkan gadis yang mengaku sebagai fansnya. Tanpa pikir panjang lagi pemuda bermata Amber itu mengambil pulpennya sendiri tapi dia tidak mengotori buku yang di berikan oleh gadis yang tengah gugup di depannya, malah mengejutkan karena Vilano malah meraih lengan gadis yang memakai baju hanya sampai sikunya itu dan membumbui tanda tangannnya di lengan gadis itu yang tentu saja membuat beberapa orang menjerit ingin ikut merasakan hal yang demikian.

    “Puplenku permanen jadi kurasa itu akan bertahan lama” Ucap Vilano dan mengacak rambut lembut gadis itu kemudian meninggalkannya menuju luar bandara. Beberapa langkah kaki masih setia mengikutinya sedangkan gadis yang sudah sangat beruntung itu tengah di kelilingi oleh teman-temannya yang memuji keberanian gadis yang sekarang sedang senyum-senyum tidak jelas.

    Vilano masih sibuk dengan gadget putihnya yang sedari tadi terus berbunyi dengan nada berisik, managernya tak pernah mempermudah kepergiannya, lihatlah dari tadi BBMnya full dengan pesan dari managernya yang terus menanyakan keberadaanya dan itu cukup membuat ia mendengus kesal.

    “Saya minta maaf tuan Vian, saya terlambat Jakarta begitu macet” Suara bapak-bapak itu membuat Vilano mengalihkan tatapan dari gadgetnya dan dapat di lihat supir pribadinya tengah tertunduk dengan rasa takut kalau-kalau ia akan mendapat amukan dari tuannya yang tentu saja terlampui baik untuknya.

    Senyum itu mengembang di bibir ranum pemuda bermata amber. “Memang selalu begitu kan” Komentar tuannya tak lebih hanyalah sebagai gurauan biasa tapi supir yang bernama parjo itu tetap saja tertunduk dengan rasa bersalahnya.

    “Ayo kurasa aku ingin cepat bertemu seseorang” Ucap Vian dengan nada yang antusias yang tak dapat menyembunyikan betapa bahagianya dia bisa kembali ke tanah kelahirannya.

    “Barang-barang anda?” Tanya pak Parjo melihat tuannya hanya menggenggam gadget tanpa satupun barang yang bisa ia bawa.

    “Aku hanya membawa diriku” Jelas Pak Parjo hanya menganga melihat tuannya yang terlapui nekat datang dengan tanpa satupun barang tapi siapa yang tak kenal Vian, dia selalu bisa mendapat apa yang dia inginkan dengan usahanya sendiri. Ambisinya sendiri malah membuat dia merelakan orang yang paling ia cintai harus terluka. Vian terkadang terlalu benci dengan ambisi yang ia miliki.

    ***

    “Vilano Alexo” Suara cempreng itu membuyarkan lamunan Vero tentang poster yang tengah menjadi pusat lamunannya, seseorang yang begitu ia rindukan dan benci tepat dalam waktu yang bersamaan. Kini tatapan mata abu-abu itu terpusat pada sahabatnya yang tengah berkacak pinggang dengan gaya yang menyebalkan. Vero hanya mampu tersenyum geli melihat sahabat super cerewetnya berpose seperti itu.

    “Aku tahu kamu mungkin salah satu fans berat dari model Italy tersebut tapi kamu juga tidak boleh mengacuhkan aku yang sedari tadi mencoba mengajakmu bicara. Kamu tahu tidak betapa menyebalkannya dirimu saat ini?” Vero hanya mampu tergelak mendengar ocehan kesal dari Jessi dan ia cukup paham dengan dirinya yang dari tadi mengabaikan sahabatnya karena terlalu pokus dengan poster yang terpajang di dekatnya berdiri.

    “Apa minta maaf bisa membuatb kesalahanku di maafkan?” Tanya Vero dengan nada hati-hati, dia cukup kenal dengan salah satu sahabatnya yang bisa meledak kapan saja. Dan lihatlah Jessi masih setia dengan cemberutnya.

    “Tidak akan semudah itu kamu mendapatkan maafku Tuan Alvero” Muktamat dan tak bisa di ganggu gugat, sahabatnya memang selalu mudah ngambek dan terlalu sulit untuk kembali menjadi ceria. Vero hanya mampu meringis.

    “Terus apa yang harus kulakukan untuk mendapat maaf dari sahabatku yang paling baik hati ini?” Vero masih sibuk dengan merayu sahabatnya, tapi Jessi hanya mampu mencibir mendengar pujian dari Vero yang tentu saja hanya memuji untuk mengambil hatinya.

    “Ceritakan padaku apa yang membuatmu tergila-gila pada Vilano itu!” Pinta Jessi sebagai ucapan minta maaf dari Vero.

    “Apa? Aku tergila-gila” Komentar Vero menunjuk dirinya sendiri, tak percaya kalau sahabatnya menyebut dirinya tergila-gila pada pemuda yang bahkan tak mau memperjuangkan dirinya.

    “Tentu saja, sangat terlihat dari caramu menatapnya kalau kamu begitu menginginkannya” Sungguh seringaian yang sekarang keluar dari bibirnya adalah seringaian kesal, betapa tidak bahkan orang yang tak tahu tentang hubungannya dengan seorang Vian Renaldi mampu mengatakan kalau melihat dia tergila-gila hanya lewat tatapannya dan itu sungguh menyebalkan.

    “Aku hanya iri dengan ketampanannya bukan menggilainya dan itu sangat beda jauh.” Bohong, tentu hanya itu yang mampu di ucapkan bibir Vero saat ini. Karena mengatakan kejujuran pada sahabat yang tak tahu apa-apa tentang kisah masalalunya hanya akan membuat sia-sia itu ada.

    “Benarkan?” Jessi menyipitkan matanya kurang percaya dengan hal yang di lontarkan oleh sahabatnya, mengingat sahabatnya juga tak kalah tampannya tapi kalau mau di samakan tentu saja Vilano akan keluar sebagai juaranya. Apalagi melihat sahabatnya yang malah menjurus kearah cantik daripada tampan. Lihatlah tubuhnya yang begitu halus dengan mata Abu-abunya, kalau saja rambutnya di panjangin dan memiliki buah dada besar semua orang akan mengira dia cantik bahkan sangat cantik

    “Tentu saja” Ucap Vero dengan nada mantap yang di buat-buat.

    “Hmm” Jessi bergumam antara percaya atau tidak.

    “Sudahlah, ayo kita pulang. Aku sudah sangat lapar sekarang” Jelas Vero sedang berusaha menghindari interogasi dari sahabatnya itu. Dia sempat menatap sekilas poster itu dan kembali melajukan langkahnya. Tak peduli dengan Jessi yang masih mengerutkan dahinya.

    ***

    Langkah sontak terhenti dengan dada yang berdebar bahkan mungkin bergetar, siapa yang tak akan terkejut saat sesuatu yang seolah mati di hidupnya tiba-tiba berdiri di hadapannya, selalu dengan senyuman tak berdosa yang dia miliki.

    “Apa aku mengejutkanmu?” Pertanyaan yang di lontarkan oleh pria bermata amber itu di sertai dengan senyuman yang akan mampu membuat semua orang luluh. Tapi dia tahu pemuda yang sekarang ada di hadapannya bukanlah orang yang dulu lagi. Pasti tak akan mudah lagi baginya mendekati pemuda yang dulu ia tinggalkan begitu saja yang kalau boleh di katakan kepergiannya tak lain adalah atas hasutan saingannya.

    “Dari mana kamu mendapatkan alamatku?” Pertanyaan itu lebih banyak mengandung artian, Apa yang tengah kamu lakukan di sini dan lebih sadisnya lagi, aku tidak suka kamu ada di sini. Tapi Vian hanya mampu tersenyum sangat tahu kalau pemuda yang ada di depannya juga sama rindunya dengan rindu yang di miliki oleh dirinya sendiri.

    “Aku merindukanmu” Bukannya menjawab, Vian malah dengan terang-terangan menyuarakan hatinya dan dapat di pastikan kalau sekarang dada Vero bergetar hebat. Dia tak pernah tahu apa yang terjadi dengan anak asuh ayahnya yang dulu begitu ia benci.

    “Sepertinya bukan itu jawaban yang aku inginkan” Nada dingin itu terlihat bergetar tapi getarannya berusaha di sembunyikan oleh pemiliknya. Terlihat suasana tegang yang terjadi di antara dua orang yang sama-sama memiliki rindu yang teramat besar.

    “Tapi jawaban itu yang kamu butuhkan” Tentu dari dulu Vero sangat tahu tentang percaya diri yang di miliki seorang Vian tapi sungguh jika dia boleh jujur tentu saja memang dia sangat butuh dan bahkan ingin kata itu terlontar dari bibir ranum Vian. Tapi gengsi tentu saja sangat tinggi.

    “Percaya dirimu tak pernah hilang” Balasan yang cukup tak enak di dengar itu hanya mampu membuat Vian kembali memberikan senyum terbaiknya.

    “Kamu tidak pernah sadar kalau aku terlalu mengenalmu dan sangat tahu kalau kamu tengah mencoba menghindar dari kebenaran hatimu sendiri” Skak mat. ucapan yang di lontarkan pria yang pernah satu atap dengannya jujur adanya.

    “Kamu sungguh berengsek” Ucapan Vero yang cukup kasar itu adalah semata pengakuan atas kebenaran yang sedari tadi coba di sembunyikan Vero. Semua sia-sia dia tak akan pernah mampu membohongi pemuda yang dari dulu cukup mengenalnya.

    NEXT PART......
  • wah ceritanya menarik tp msh blm tahu alurnya hehee..lanjut
    @yeniariani
Sign In or Register to comment.