It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@OkiMansoor lah... Gua gk mntion...? Nnti dah d up slanjutnya gua mntion
@Adi_Suseno10 hmmm... Sbenarnya benih cinta ice udah mulai nampak d chapter sbelumnya....
@jimmy_tosca thanks
@3ll0 hahaha... Ada-ada aja
@JimaeVian_Fujo pernah denger boyband Shinee? Tau junhyung(benar gk nih namanya -.-) leader shinee di MV ring ding dong nah ice hampir mirip seperti junhyung
CHAPTER 16
KIDNAPPED
Saat makan malam daniel lebih banyak diam dan terlihat tak begitu nafsu dengan makanan yang ada di hadapannya
"Makanlah..." kata kevin yang tanpa ragu langsung mengambil beberapa sayur ke piring daniel
"Makan yang banyak..."
"Thanks" ucap daniel. Ice yang melihat itu tiba-tiba berdehem keras, daniel menatap ice dengan tatapan kesal
Makan malam pun akhirnya berakhir dengan suasana yang terasa kaku
Jean datang membantu daniel membereskan piring dan membantu untuk mencucinya
"Kalian masih bertengkar kelihatannya kalian belom baikan ya?" tanya jean
"Sorry... Udah buat suasana makan kalian jadi nggak enak..." kata daniel penuh penyesalan
"Hahaha... Gpp kok..." ucap jean sambil tertawa
"Tapi lu beruntung lho... Dapat pacar seperti ice"
"Jean apakah lu menyukai ice? Steven, lu suka sama dia?" tanya daniel dan jean terdiam sesaat
"Sorry kalo gua menanyakan hal itu.. Kalo lu nggak mau jawab juga gpp kok anggap aja angin lalu"
"Awalnya sih iya gue suka sama ice tapi setelah tau kalau ice sudah punya pacar sekarang, gue hanya menggangap dia teman gue sekarang" katanya sambil tersenyum
'Benarkah jean berpikiran seperti itu? Dia rela melepaskan ice setelah tau kalo dia punya pacar, apakah ini juga saat yang tepat untuk gua melepaskan ice seperti yang jean lakukan?' ucap daniel dalam hati
Setelah selesai mencuci semua piring yang ada bersama jean, danielpun langsung mengarah ke kamarnya.
Daniel membuka pintu kamarnya dan tertegun sesaat karena melihat seluruh ruangan yang gelap, bayangan ice yang sedang duduk di atas ranjang mengagetkannya
"Lu belom tidur? Kenapa nggak nyalain lampunya?' tanya daniel sambil mencari saklar lampu
"Gak usah di nyalain!" larang ice
"Lu kenapa? Lu sakit?" tanya daniel tapi ice tetap diam
"Apa perlu gua bawain makanan buat lu? Tadi gua lihat lu hanya makan sedikit"
"Gue nggak lapar"
Sesaat daniel terdiam dan berpikir untuk memilih kata-kata yang tepat sebelum akhirnya berucap
"Oh iya, tadi gua ada ngobrol sedikit sama jean dan lu tau apa yang di katakan dia sama gua? Setelah gua tanya mengenai perasaan dia sama lu, gua yakin kalo lu pasti akan senang bnget dengerinnya karena jean bilang kalo dia juga suka sama lu" daniel mencoba melihat ekspresi wajah ice yang sama sekali tak mengeluarkan reaksi apapun hingga ia melanjutkan kalimatnya
"Ice, kalau kalian saling mencintai kalian bisa pacaran kok, lu nggak perlu khawatirin gua karena dulu gua pernah bilang kan kalau lu sudah menemukan orang yang lu suka maka gua akan mundur dari permainan ini" ucap daniel berusaha menahan perasaannya dengan senyum
Ice sama sekali tak memberikan reaksi, daniel pun tak mau menggangunya lagi dan hendak pergi tidur tapi tiba-tiba ice malah menarik lengannya dan menatapnya dengan marah
"Lu kenapa?" kata daniel yang terkejut melihat kilatan marah di mata ice
"Gue ingatkan sama lu untuk skali ini aja jadi lu pasang kuping lu baik-baik, jangan pernah lu mencampuri urusan pribadi gue, gue mau sama siapa dan mau pacaran atau tidak itu terserah gue, gue sendiri yang akan memutuskan hal itu bukan lu!" tegasnya
"Gua hanya..."
"Dan satu lagi, di sini gue yang memiliki hak untuk kapan hubungan kita berakhir atau tidak, jadi sebelum itu terjadi lu nggak boleh ninggalin gua atau pacaran sama orang lain ngerti lu!" ice melepaskan tangan daniel lalu dengan cuek merebahkan tubuhnya di ranjang
Daniel sungguh tak bisa mempercayai apa yang di ucapkan ice barusan, bagaimana mungkin ice bisa mengatakan hal itu padanya
"Dasar egois!" rutuk daniel
Saat daniel terlelap di tengah malam tiba-tiba saja ia dikagetkan seseorang yang mendekati tempat tidurnya dan saat ia membuka matanya ia melihat wajah seseorang yang mendekat ke wajahnya tapi karena dalam keadaan gelap jadi ia tak terlalu melihat dengan jelas wajah siapa itu, ia pun berteriak ketakutan tapi orang itu langsung menutup mulut daniel dengan tangannya
"Sssttttt.... Ini gue..." bisik ice pelan dan setelah daniel tenang dan melihat jelas siapa orang itu icepun melepas tangannya
"Lu mau apa?' tanya daniel yang kaget dan takut karena sikap ice yang di tengah malam begini mendekati tempat tidurnya dan apalagi wajah mereka tadi senpat berdekatan lama sekali
"Bangunlah dan bereskan smua barang-barang lu" ucap ice dengan cepat yang juga sedang membereskan barang-barangnya sendiri
"Untuk apa?" tanya daniel tak mengerti
"Jangan banyak bacot lakukan aja apa yang gue suruh cepat!!!" perintahnya dan danielpun segera turun dari tempat tidurnya dan menurutinya untuk membereskan barang-barangnya
"Udah siap?" tanya ice dengan menarik kopernya
"Udah" jawab daniel seperti orang bodoh yang mengikuti saja perintah ice padah ia sendiri tak tau untuk apa ice menyuruhnya melakukan hal ini
"Kita prgi sekarang..." ice menarik tangannya
"Apa pergi? Mau kemana?" ujar daniel yang kaget karena ice yang tiba-tiba mengajaknya pergi di tengah malam begini, atau mungkin ini di sebut kabur karena hal ini tanpa sepengetahuan yang lain
"Ssssttt...." ice menyuruhnya untuk diam sampai keluar dari villa
Setelah keluar dari villa dengan cepat ice terus menarik tangan daniel ke mobilnya dan dengan segera menyimpan semua koper mereka di bagasi mobil serta menyuruh daniel untuk segera masuk ke mobil
"Apa maksud lu kita harus kabur tengah malam gini?" daniel menuntut penjelasannya dan ice sudah menyalakan mesin mobilnya dan melaju oergi
"Gue hanya mempercepat kepulangan kita itu saja" jawab ice
"Tapi nggak gini juga caranya.." marah daniel
"Oh... Jadi maksud lu sekarang itu nggak mau pulang sama gue dan ingin tetap tinggal di sana bersama kevin?" kata ice yang tiba-tiba menjadi marah
"Kenapa sih lu selalu marah kalo menyangkut hal yang berhubungan dengan kevin, tiap kali kita bertengkar juga lu selalu bawa-bawa nama kevin, kevin dan kevin!!!" sewot daniel dan icepun langsung menghentikkan laju mobilnya
"Ok!!! Kalo lo nggak mau pulang sama gue, gue bisa antar lu balik ke sana, gue bisa pulang sndiri!"
"Bukan gitu mksud gua, gua hanya khawatir sama mereka karena kalau kita pergi diam-diam seperti ini tanpa memberitahu mereka, bagaimana kalau nanti paginya mereka tak menemukan kita lalu berpikir terjadi sesuatu pada kita karena menghilang tiba-tiba" ucap daniel yang berpikir menggunakan logika sedangkan ice malah terlihat tak peduli dengan logikanya itu dan yang ada dalam pikirannya adalah harus segera keluar dari villa terkutuk itu
"Pilih aja lu mau ikut atau tidak?" ice memberinya keputusan segera dan tampak tak peduli dengan kata-kata daniel barusan, daniel yang tak memiliki pilihan lain pun tampak menimbang beberapa saat sbelum memberi jawaban
"Apa kita tak perlu pamit sama mereka?" ucap daniel dengan mimik wajah memelas
"Ikut atau tidak?" ucap ice dengan nada datar
"Baiklah terserah lu aja" daniel menyerah dan icepun menyalakan dan melajukan mobilnya kembali
Daniel tertidur dalam perjalanan karena merasa ngantuk dan icepun menyandarkan kepala daniel di bahunya lalu ia melirik ke tas daniel dan mencari ponselnya dan menonaktifkannya dan meletakkannya kembali ke tas daniel
Daniel baru terbangun dari tidurnya tepat pukul 9 pagi, betapa terkejutnya dia saat tau dirinya sedan tak berada di dalam mobil melainkan di sebuah kamar asing, besar dan mewah
Perabotan yang ada di sekeliling ruangan kamar yang di tempatinya pun tak bisa di bilang biasa, daniel segera turun dari ranjangnya yang empuk dan menuju ke balkon untuk melihat keluar dan hampir tak percaya dengan pemandangan yang di lihatnya saat ini, sebuah halaman yang sangat luas dengan rumput hijau yang tumbuh dengan rapi
'Tok....tok....tok...'
"Ya?"
Seorang pelayan perempuan pun masuk dan menyapa daniel
"Selamat pagi tuan"
"Pagi" sahut daniel agak kikuk
"Kalau tuan sudah siap saya akan mengantar tuan untuk menemui tuan steven"
"Sekarang tuan steven sedang menunggu anda di bawah"
"Baiklah saya akan segera bersiap" ucap daniel dengan heran dan bingung dan pelayan itupun menunggunya di luar
"Apa gua sedang bermimpi? Gua ada di mana? Apakah dia meninggalkan gua sndiri pas gua tidur?" daniel hampir tak percaya dengan semua yang terjadi
Setelah mempersiapkan diri danielpun segera turun di dampingi oleh pelayan tadi
Samar terdengar suara musik di bawah dan benar saja ada seorang pria yang sedang asyik bermain piano, menghasilkan suara yang menenagkan dan sangat lembut
"Lu da bangun?" pria itu berdiri lalu berjalan memutari piano lalu menatap daniel dengan lekat
"Ice! Gua sungguh nggak ngerti kenapa kita bisa ada di sini terutama gua... Lu bisa jelaskan sekarang kita ada dimana dan kenapa gua bisa smpe di sini" tanya daniel bertubi-tubi sambil berjalan mendekati ice
"Lu sekarang ada di rumah gue" jawab ice sambil bersender pada piano
"Rumah lu? Bukannya selama ini lu tinggal di apartmen lalu knapa tiba-tiba pulang ke rumah lu? Lu sungguh buat gua jadi bingung untuk apa coba lu bawa gua ke sini"
"Sengaja karena gua ingin menculik lu" kata ice sambil tersenyum kecil
'Ya tuhan... Sungguh itu adalah senyuman termanis selama gua ngenal dia... Sepertinya dia sedang bahagia' ujar daniel dalam hati
"Udah lu nggak perlu banyak bacot sebaiknya sekarang kita makan, lu tau gue nunggu lo udah berapa lama? Cacing di perut gue udah demo minta sarapan"
Icepun menarik tangan daniel ke ruang makan, mereka tiba di ruang makan dengan meja yang telah di penuhi oleh berbagai hidangan, daniel sempat heran karena dia tak melihat siapa-siapa di ruangan ini selain mereka berdua
"E... Cuma kita berdua?" tanya daniel dengan ragu
"Benar emangnya knapa?" tanya ice sambil melirik daniel
"Maksud gua makanan sebanyak ini kita habiskan berdua aja?" ulang daniel sambil menatap sekeliling ruangan yang tampak sepi
"Orang tua lu gmana?"
"Hmm... Bukannya gua udah pernah bilang sebelumnya kalo mereka udah meninggal?" jawab ice tanpa menatap daniel
"Saudara lu?"
"Gue anak tunggal.. Udah ah banyak bacot bnget lu!" kata ice mendelik ke arahnya
"Sorry"
Di sisi lain
"Mereka kemana sih? Tiba-tiba keluar dari villa dan sekarang apartmen juga kosong" joy mengumpat
"Kalau ice nggak pulang ke sini lalu gimana dengan daniel? Dia juga nggak pulang ke rumah? Perlu kita cek ke rumahnya?" saran kenedy
"Nggak bisa! Klo daniel nggak pulang ke rumah lalu gimana dengan tanggapan orang tuanya apa yang akan kita katakan kalau ibu daniel menanyakan keberadaan daniel?" joy tampak berpikir keras
"Lalu menurut lu dimana mereka sekarang dan kemana mereka pergi? Ahh semoga saja ice tak menyakiti daniel yang malang itu" ucap kenedy yang berusaha menenangkan dirinya sndiri
2 hari sudah berlalu, daniel pun semakin gelisah di rumah ice karena ice sama sekali tak memberikan izin untuk pulang
Ice sedang duduk dengan santainya di ruang tengah sambil membaca majalah hingga membuat daniel tak tau bagaimana cara untuk bertanya
"Kapan lu akan antar gua pulang?" tanya daniel
Ice bergeming di kursinya tak mempedulikan pertanyaan daniel, ia terus asik membolak-balikan majalahnya
"Ice gua bertanya sama lu, lu dengan nggak sih?" daniel mengeraskan suaranya tapi ice masih tetap cuek
"Iceeeeee!!!!" daniel berteriak sangat keras
"Lu ini napa sih? Nggak bisa liat orang tenang? Hey ini bukan hutan nggak usah lu teriak-teriak gtu emang lu pikir gua tuli?"
Daniel berkacak pinggang di depan ice
"gua mau pulang!" teriak daniel dengan sangat keras
"Gue akan ngantar lu besok pulang kok"
"Gua mau sekarang besok gua harus ke sekolah dan seragam gua nggak ada di sini"
"Besok pagi gue akan mengirim koper lu ke rumah lu dan gue juga udah nyuruh adek lu untuk membawa seragam sekolah lu kemari jadi kita bisa berangkat ke skolah sama-sama dari rumah gue ngerti?"
Daniel hendak protes tapi percuma saja karena ia tau ice pasti takkan mendengarkannya
"Ahh! Terserah lu aja dasar aneh!"
Daniel mngetuk kamar ice dengan membawa makan malam karena tadi ice tidak turun untuk ikut makan malam, karena tak ada tanggapan dari dalam, daniel pun membuka pintu itu dengan perlahan
Setelah masuk daniel pun mulai mencari ice yang ternyata sedang duduk di balkon kamar sambil bermain gitar
Daniel mendekat ke arah ice
"Gua membawa makanan buat lu" daniel meletakannya di meja samping dekat tidurnya lalu duduk di sebelahnya
"Kenapa lu nggak turun ke bawah untuk makan tadi?" tanya daniel
"Lagi mikirin sesuatu aja..."
"Apa lu mau gue ajari gitar? Gue juga bisa ngajari lu lebih dari kevin"
"Boleh" daniel tersenyum geli karena ternyata ice merasa cemburu melihat kevin mengajarinya bermain gitar kemarin
Ke esokan harinya di sekolah
"Hei! Kemana aja kalian?!" tanya joy dengan marah saat melihat ice dan daniel turun dari mobil hendak menuju kelasnya masing-masing
"Sorry kemarin..." daniel hendak menjelaskan tp di cegah oleh ice
"Lu masuk kelas aja" perintah ice dan daniel pun menurutinya lalu meninggalkan mereka
"Ice, lain kali kalo mau kabur ajak-ajak juga dong jangan main kabur aja nggak setia kawan lu ah" kata kenedy bercanda
"Ada apa sama lu? Kenapa hilang tiba-tiba dan nggak kasih tau kami? Lu pikir ini sebuah lelucon?" kata joy yang berusaha meminta penjelasan dari ice
"Oh... Trus lo pikir permainan lu itu lucu?" ice balik bertanya tapi joy tak bisa menjawabnya dan hanya menggangukan kepalanya beberapa kali sambil tersenyum, ia tau maksud ice mengarah kemana
"Ohh.... Trus lu mau balas dendam? Ok!" joy tersenyum
"Kami hanya merasa khawatir sama kalian karena tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa meninggalkan pesan, kami juga berusaha untuk menghubungi kalian tapi ponsel kalian sama sekali tidak aktif di apartemen pun kosong sebenarnya lu bawa daniel kemana?" kata kenedy yang berusaha menjelaskan maksud joy
"Gue pulang ke rumah" jawab ice dengan malas
"Benar kan apa yang gue bilang kalau dia pulang ke rumahnya jadi nggak perlu khawatirin dia" kata joy pada kenedy
Daniel memasuki kelasnya, ia merasa aneh karena ketika ia berada di dalam kelas seluruh penghuninya menatapnya dengan tajam
"Hei jalang! Gue denger lu pergi dengan coolboys itu benar?" tanya rina dengan mata melotot
"I....iya, mereka ngajak gua untuk ikut" jawab daniel dengan takut, ternyata berita liburan mereka telah tersebar entah siapa yang membuat gosip ingin sekali daniel menjahit mulut orang yang membuat gosip ini
"Oh! Itu nggak mungkin!" kata rina yang seakan pingsan ketika mendengarnya
"Gue nggak percaya bagaimana ceritanya mereka bisa ngajak jalang kek lu?! Ini sungguh gk adil!" teriak rina kemudian pergi dengan marah
Di luar kelas teriakan histeris dari para siswi terdengar karena kevin datang
Daniel tampak kaget melihat kevin yang tiba-tiba masuk ke dalam kelasnya dan menghampiri kelasnya
"Kevin?! Lu ngapaim datang ke sini?"
"Gua hanya ingin tau aja apakah lu baik-baik aja setelah hilang kemarin" kata kevin yang duduk di depannya
"Sorry waktu itu..."
"Bisa kita cari tempat di luar untuk ngobrol sebentar?" potong kevin karena ia melihat keadaan di sekeliling mereka sangatlah tidak nyaman namun sebelum daniel mengganguk setuju kevin sudah menariknya keluar kelas dan melewati rina yang berdiri dengan bengong di koridor menatap keduanya
"Apaan ini?! Ini sungguh nggak adil!!!" teriak rina dengan histeris
"Ohhh!!! Kenapa tuhan nggak adil bnget sama gue?! Masa gue cewek tercantik d skolah ini bisa d kalahkan sama si jalang dan kampungan itu" keluh rina hampir menangis
Berita kedatangan kevin yang datang untuk menemui daniel pun terdengar sampai ke telinga ice, joy dan kenedy
"Ck... Mau apalagi dia ke sini” kata ice dengan kesal
"Kevin gua mau minta maaf sama lu dan jean karena pergi tanpa pamit, ice tiba-tiba saja ngajak gua untuk pulang"
"Lalu kenapa lu nggak menghubungi kami sampai sekarang? Saat kalian menghilang kami sudah berusaha bnget menghubungi kalian tapi nggak bisa"
Daniel mencoba mengecek ponselnya yang sempat ia lupakan
"Sorry... Ponsel gua nonaktif.... Ng.... Sebenarnya sejak awal gua udah ingin kasih tau kalian tapi ice melarang gua sorry.... Udah buat kalian khawatir"
"Sepertinya steven memang sengaja melakukan ini" decak kevin
"Gua harap kalian nggak marah karena udah merusak suasana liburan kalian"
"Ini bukan soal liburan tapi gua hanya khawatirin lu gua takut kalo steven smpe nyakitin lu dan kalo itu sampai terjadi gua bersumpah nggak akan pernah maafin dia"
"Nggak kok... Ice malah bersikap baik sama gua dan ia sama sekali nggak nyakiti gua seandainya gua tau kalo lu begitu khawatirin gua tentu gua akan cepat-cepat hubungi lu" kata daniel yang tak enak hati pada kevin
"Sudahlah lupakan aja... Gua nggak nyalahin lu yang penting lo baik-baik aja" kata kevin sambil tersenyum dan mengacak rambut daniel lalu tiba-tiba ponselnya berdering
"Gua tahu.... Ini bntar lagi gua datang kok" jawabnya kemudian menutup teleponnya
"Lu nggak telat ke skolah?" tanya daniel khawatir
"Kurasa nggak... Gua pergi dlu jaga diri lu baik-baik daniel" pesan kevin sebelum pergi dan daniel hanya menjawabnya dengan anggukan
Ayo Daniel, pilih Ice atau Kevin.