It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
walaupun bgtu karakter dwi ttp gue munculin kok. tenang aj.
@mustajab3 smga saja begitu. sayang jga ya klo nggk bisa nge like dll, ntar aku coba pake bang. makasih.
@JimaeVian_Fujo d part selanjutnya Askar akan muncul. tunggu saja
@jimmy_tosca, @rama_andikaa sipo sipo, makasih udah baca.
@Daser
@freeefujoushi
@Sho_Lee
@mustajab3
@Joon Hee
@lulu_75
@JimaeVian_Fujo
@PCYXO15
@Tsunami
@ricky_zega
@Agova
@jimmy_tosca
@rama_andikaa
Terima kasih udah membaca n mohon komentar membangunnya.
Selamat Membaca ...
Dengan posisi tubuh yang ditegap-tegapkan, gue sekarang berada tepat di depan kelas XI IPS 4. Beberapa siswa keluar dari kelas, salah satu diantaranya menghampiri gue.
"Eh Adrian, lo cari siapa bro?" tanya dia ke gue sambil menjabat tangan gue.
"Gue cari Askar. Dia ada nggak?"
"Ada, noh di dalam kelas." ujarnya sambil menunjuk kedalam kelas.
Gue menelan ludah.
"Ya udah Rian, lo temuin aja Askar. Gue cabut dulu ya, udah ditungguin nih." ujarnya seraya menepuk bahu gue dan berlalu pergi.
"Thanks ya Fadhli." teriak gue dan diapun mengacungkan jempolnya.
Dengan mengambil nafas dalam-dalam gue melangkahkan kaki gue kedalam kelas. Gue menyapu pandangan gue ke seluruh sudut kelas dan gue bisa melihat tiga orang remaja tanggung yang sangat gue kenal, sedang duduk-duduk santai di sudut depan kelas. Mereka adalah Aldo, Evan dan siapa lagi kalau bukan Askar. Mereka adalah pejabat teras dari Yakuza Junior.
Seorang cowok yang sedang duduk di bangku guru yang tampak sedang memainkan ponsel bernama Aldo. Gue tidak tahu apa pangkatnya di Yakuza Junior. Tapi dari kabar burung yang gue dengar kalau suara Aldo sangatlah berpengaruh di geng. Menurut gue dia adalah orang termisterius di Yakuza Junior.
Yang duduk diatas meja guru bernama Evan, dia adalah kaki tangan Askar. Dialah orang yang memotori setiap kegiatan zalim yang dilakukan oleh Yakuza Junior, mungkin dia adalah ketua lapangan. Entahlah, dia tampak asik berbicara dengan Askar.
Dan yang terakhir cowok yang sedang bersandar ke dinding dan berselonjor di meja murid dengan kaki kanannya tertekuk keatas bernama Askar, ketua Yakuza Junior. Cowok slengehan yang udah membuat satu sekolahan gegana; gelisah, galau dan merana. Dengan tampang yang (katanya) juara, tapi kelakuan dan prestasi akademik yang minus itu, dia sedang membaca sesuatu di ponselnya sambil mendengarkan Evan mengoceh.
Sambil berdehem, gue melangkah masuk kedalam lokal.
"Wuii..., lihat siapa yang datang bro!?" ucap Evan mendekati gue sambil merentangkan tangannya. Aldo tampak terkejut dan Askar acuh tak acuh sambil tetap terus memainkan ponselnya.
"Ngapain lo kesini?" tanya Aldo sambil melihat gue dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Ngg..., gue kesini mau nemuin Askar, mau membicarakan tugas yang dikasih sama ibu Silvi." jawab gue sambil melihat Askar yang tampak cuek.
Askar mengalihkan pandangannya ke gue, "siapa nama lo?" tanyanya sambil menunjuk gue.
"Adrian Aditya." jawab gue.
Sambil memainkan ponsel ditangannya, Askar mendekati gue. Tidak lupa dia menaik-naikan sebelah alisnya dengan jalan yang dipongah-pongahkan hingga membuat gue sedikit jengah.
"Ooh.., ini ya yang namanya Adrian Aditya? Orang yang pengen ngebubarin geng gue? Manis juga ya lo, kayak cewek." ujar Askar mengelus muka gue lembut.
Muka gue memerah dan gue langsung menepis tangan Askar.
"HATI HATI MULUT LO YA!!" teriak gue sambil menunjuk tepat di mulutnya.
"Woles aja kali." ujarnya sambil memegang tangan gue dan langsung mendorong gue ke dinding.
Gue nggak bisa melawan karena tenaganya yang lebih kuat dari gue. Dia meraih kedua pergelangan tangan gue dan memegangnya erat. Tangan gue terkunci antara dinding dengan tangan kirinya yang kekar.
Gue menutup mata gue, jelas gue terkunci dan tidak dapat berbuat apa-apa. Wajah Aldi terbayang-bayang di fikiran gue, andai Aldi ada disini, andai gue nggak menyuruh Aldi untuk pulang. Oh God, help me.
Gue bisa mendengar kekehan suara Askar dan merasakan deru nafasnya di telinga gue.
"Lo mau nggak main seronde sama gue?" bisiknya sambil meremas dada gue.
Sontak mata gue terbelalak dan badan gue mengejang. Gue begitu terhipnotis dengan kata-katanya, hingga kesadaran gue kembali dan gue langsung menghadiahi selangkangannya dengan lutut gue.
"ANJING LO BANGSAT!" umpatnya sambil meringis kesakitan. Tangan gue langsung ditangkap oleh Evan dan memelintirnya ke belakang. Sedangkan Aldo langsung memegang Askar sambil mendelik ke gue marah.
"Lo yang anjing kampret! Lo kira gue lonte yang bisa lo ajak tidur apa?" teriak gue keras.
Askar tertawa, walau gue tau dia masih menahan kesakitan. "Oh lo mau melawan ya?" tanya dia dengan tampang muka menjijikan.
"Kalo iya gimana?"
"Gue tau lo membutuhkan nilai, sehingga lo akhirnya mau nemuin gue yang notabene musuh lo. Lo nggak sayang sama nilai lo?" ujarnya menantang gue. "Lo perlu tau, gue nggak membutuhkan nilai ini kok. Dan jikalau bisnis kita ini batal, lo tahu kan siapa yang rugi paling besar. Kesempatan lo untuk menjadi juara umum hilang seketika." katanya seraya mengambil tasnya. "Fikirkan lagi Adrian."
Gue menelan ludah dan pelipis gue udah basah dengan keringat. Gue gentar.
Gue mengambil nafas. "Baiklah, gue lebih memilih nilai gue." ujar gue pasrah. Gue bisa melihat senyum kemenangan bajingan itu.
"Pilihan bagus. Evan lepasin dia!" dan Evan melepaskan tangan gue.
"Besok, sepulang sekolah lo harus ikut gue ke rumah. Kalo lo nggak mau, lo bisa lihat bagaimana aksi anak buah gue sama si Aldi ntar." ancam dia.
"Oke .. oke, jangan lo apa-apain Aldi, dan gue akan ikut kerumah lo besok." ujar gue mantap.
"See u tomorrow, cantik." ujar Askar sambil mencolek dagu gue seraya berlalu pergi keluar kelas. Gue mendelik.
Evan pun langsung mengambil tasnya dan keluar dari kelas. Sedangkan Aldo, masih memandang gue dengan wajah permusuhan. What?!. Setelah beberapa lama, diapun berlalu pergi.
Sambil meremas rambut, gue masih memikirkan alasan logis mengapa Askar mengajak gue kerumahnya.
Tiba-tiba perkataan Dwi tadi siang muncul di benak gue dan seketika itu juga gue berteriak dengan keras dengan mata terbelalak, "Tidaaaaak..!!".
--- tbc
R~
@Aurora_69
@Aurora_69