It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
haha becanda kok.
@freeefujoushi
@Aurora_69
@akang_Cunihin @Daser siip
@Tsunami iya bang terimakasih sarannya. aku usahakan lbih baik n fokus ke inti cerita. makasih bang
@Daser
@freeefujoushi
@Sho_Lee
@mustajab3
@Joon Hee
@lulu_75
@JimaeVian_Fujo
@PCYXO15
@Tsunami
@ricky_zega
@Agova
@jimmy_tosca
@rama_andikaa
@LostFaro
@new92
@Akang_Cunihin
Terima kasih udah membaca n mohon komentar membangunnya.
Selamat Membaca ...
"Nyampe juga lo." ujar Askar ke gue ketika gue udah sampai di dalam kelasnya.
Gue menatapnya tajam, "Askar, apa maksud lo nyiram Kayla tadi pagi?" tanya gue. "Untung aja tadi ada pelajaran Penjasorkes dan besok guru rapat. Kalo nggak tentu dia akan memakai baju basah seharian dan nggak punya seragam kering untuk besok." cerocos gue.
"Udah?" tanya dia. "Gue cuman ngingetin lo, klo lo lupa perjanjian kita kemarin." katanya ke gue. "Si Aldi lo itu pasti akan mendapatkan yang lebih parah dari itu, kalo lo nggak nggak nepatin perjanjian kita." tandas Askar.
Kejadian kemarin kembali terngiang di benak gue.
"Gue harap lo nggak ngeganggu anak kelas gue lagi dan gue akan nurutin kemauan lo." ujar gue.
Askar memandang gue lekat-lekat sebelum dia narik gue keluar dari kelas. "Oke guys! Gue pulang dulu sama pacar baru gue." ujarnya genit.
Sontak gue melepaskan tangannya. "Sejak kapan gue jadi pacar lo?" teriak gue ketus. Askar cuman mengedipin matanya. Sontak Evan tertawa geli, sedangkan Aldo masih melihat kearah gue dengan penuh ketidak sukaan.
--
"Lo tunggu di sini! " dikte Askar ke gue setiba di depan parkiran.
"Lo bawa motor?" tanya gue. "Helemnya?"
"Ooh helem? Aman kalo itu mah." ujarnya seraya berlalu pergi.
Gue kembali kepikiran sama Aldo yang nampak nggak bersahabat sama gue. Berbeda dengan Evan yang nampak biasa dengan gue, Aldo begitu berbeda. Ada rona permusuhan ketika gue dekat dengan Askar. Entahlah gue pusing.
"Ayo! " ujarnya sambil memberikan sebuah helem bewarna merah muda ke gue dan gue memandangnya heran.
"Gue harus pake ginian?" tanya gue sambil menunjuk helem itu.
"Tadi lo minta helem, udah gue kasih lo malah nggak mau. Gimana sih lo? " katanya. "Kalo nggak mau gue tinggal nih." ancamnya sambil menggas Kawasaki Ninja 250 R F-nya.
"Iya! Tunggu." ujar gue sambil memakai helem dan melompat ke atas motornya.
Askar dan gue menyusuri jalan protokol kota. Tak lama sehingga kita masuk ke wilayah perumahan elit dan masuk ke sebuah rumah yang sangat besar.
"Ayo masuk!" ajaknya ke gue setelah memarkirkan motornya ke garasi.
Gue hanya bisa melongo melihat rumahnya yang gede. Lebih gede dari toketnya Kayla. "Kita langsung ke kamar." ujarnya. Gue hanya mengangguk dan mengikutinya.
"Masuk!" perintahnya sambil membukakan pintu kamarnya.
"Gila .., gede bener kamar lo. Bersih dan rapi lagi." ujar gue takjub. Gue nggak nyangka aja, berbeda dengan persepsi gue selama ini ke Askar yang berantakan dan jorok.
Dia terkekeh. "Jadi lo nganggap gue dulu kayak apaan? Jorok? Kotor?" tanya dia. "Don't judge the book by its cover." tandasnya sambil mengunci pintu kamarnya.
"Ngapain lo ngunci pintu?" tanya gue sengit. Gue kan takut di apa-apain kan.
"Ntar si mbok nyelonong aja masuk kamar gue. Kamar gue kan privasi." jawabnya santai.
Gue pun duduk di tepi ranjangnya. Nggak percaya gue.
"Biasa aja kali, gue nggak bakal ngapa-ngapin lo kok." ujarnya santai. "Lagian gue mau mandi, gerah." katanya sambil melucuti bajunya hingga menyisakan celana dalamnya.
Gue tercekat dan jantung gue tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya. Gue menelan ludah memandang tubuhnya yang kayak patung Yunani. Walau gue tahu Yunani udah bangkrut, eh..? Gue langsung melemparnya dengan bantal dan tepat mengenai badannya. Gue bisa melihat senyumnya.
"Biasa aj kali. Lebay lo mah kayak cewek, cewek aja nggak kayak gitu. Malah terpesona melihat tubuh seksi gue."
"Gue bukan cewek! Gue ini cowok." pekik gue kedia sambil mengalihkan pandangan gue dari tubuhnya yang gue akui keren. "Cepet mandi sana!" teriak gue lagi.
"Notebook gue ada di meja belajar gue, buka aja. Jaringan wifi juga kenceng disini." ujarnya dan gue mendengar pintu kamar mandi tertutup. Huh gue mengambil nafas lega. Godaan berakhir.
Guepun berjalan ke arah meja belajarnya, meja belajarnya tertata rapi. Ada beberapa novel terkenal yang gue kenal, ada ketujuh novel serial Harry Potter, trilogi The Lord of Ring, serial The Chronicles Of Narnia, hey ada juga serial novel terkenal dari Arthur Conan Doyle dan Ten Little Niggers dari Agatha Christie serta novel-novel yang nggak gue kenal. Gue menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. Ada juga manga Jepang, Detectif Conan, Naruto, One Piece dan yang bikin gue terkejut adalah manganya lengkap bro. Ada hentai juga. Dan yang bikin gue geleng-geleng kepala adalah novel Fifty Shades of Grey yang sukses bikin jakun gue turun naik.
Sontak gue langsung mengambil notebook Askar dan melemparkan diri keranjang ketika pintu kamar mandi terbuka.
"Ngapain aja lo pas gue lagi mandi?" tanyanya.
"Nih gue lagi cari-cari inspirasi buat tema makalah." jawab gue bohong sambil soksok fokus ke layar notebook tanpa melihat Askar.
"Kalo gue nanya lo seenggaknya lihat gue dung!" katanya.
Dan tiba-tiba sebuah handuk basah menutupi muka gue. Baunya harum.
Eeh .. tunggu ini kan handuk? Berarti dia bugil dong? Oh may God. Jantung gue berdebar-debar nggak karuan.
"Ngg... lo pake baju kan?" tanya gue di dalam handuk Askar.
Gue merasakan ranjang berguncang dan entah kenapa jantung gue merasa mau meledak. Oh Tuhan...
"Gue emang naked. Kenapa, mau lihat?" katanya sambil menyibak handuk dan melemparkan ke lantai.
Sontak gue memekik kaget dan langsung menutup muka gue dengan tangan. Gue seperti cewek. Gue bisa merasakan tangan gue menggigil.
"Gue mohon, jangan apa apain gue."
Askar terkekeh.
"Tenang, gue nggak bakalan apa-apain lo kok." ujar Askar sambil meraih tangan gue yang nenutupi mata gue. Gue masih memejamkan mata. "Gue pake boxer kok." katanya.
Gue membuka mata gue.
"Gue janji nggak akan ngapa-ngapain lo sekarang. Tapi gue nggak janji kalo nanti." ujarnya genit. "Lo mau minum apa?" tanya dia sambil berlalu menuju pintu kamar dan membuka kunci. Dia masih shirtless.
"Terserah lo."
"Terserah gue? Kalo gue kasih lo kiranti mau kagak?" tanyanya.
"Oke ... oke ... syrup aja." jawab gue seraya kembali memandang layar notebooknya.
Gue masih berselancar d dumay takala dia datang membawakan 2 gelas syrup dan 2 piring kue kering.
"Nih lo minum syrup buatan gue!" ujar Askar mentitah. "Nah coba juga kue kering ini!" seraya menyodorkan sepiring kue.
"Ntar aja. Lgi nanggung." ujar gue sambil masih fokus di layar notebook.
"Minum!" perintahnya sehingga sukses membuat gue terkejut. Gue memandangnya bingung.
"Oke gue minum." ujar gue sambil meminum gelas yang disodorkannya dan mengambil kue kering.
"Gitu dong." ujarnya senyum-senyum.
Entah kenapa konsentrasi gue buyar dengan kehadiran Askar yang cuman memakai boxer. Mata gue terus memandang bodynya yang bikin cewek-cewek mimisan. Ditambah mukanya yang kayak model. Nggak ada cewek yang nolak kalo si Askar ngajak 'main' di ranjang. Ah udah beberapa kali gue ketahuan Askar curi-curi pandang ke dia.
Stop Adrian, lo cowok dan dia cowok. Ngapain lo terus menikmati melihat tubuhnya.
"Nape lo lihat-lihat gue? Lo suka?" tanya dia yang sukses bikin gue malu sekaligus merinding ngeri.
"Nggak! Ngarep lo." ujar gue berusaha fokus ke layar notebook. "Lo nggak takut masuk angin? "
"Kalo untuk nyenengin Adrian, gue rela deh sampe masuk angin." ujar dia genit.
Gue menghela nafas, "lo pake baju gih! Risih gue." ujar gue.
"Oh... bilang dong sendari tadi." ujar Askar sambil menuju lemari pakaian dan memakai kaos oblong putih.
Guepun kembali meminum syrup gue.
"Lo pilih tema yang mana nih Askar?" tanya gue ke Askar. Ntah kenapa gue tiba-tiba pusing.
"Yang mana yang bagus ya?" tanyanya sambil tiduran di samping gue.
"Terserah lo deh." ujar gue memegangi kepala gue yg sakit. Gue tidak dapat berkonsentrasi.
Dia sontak melihat ke gue, "Lo kenapa? " tanya dia.
"Nggak tau, tiba-tiba kepala gue sakit nih."
"Lo tiduran aja dulu. Ntar lo antarin pulang. Ato lo bisa nginep disini, besokan libur." katanya.
Gue cuman mengangguk.
Diapun beranjak menuju lemari pakaiannya dan melempari gue kaos oblong dan celana selutut. "Lo pake aja itu dulu!" ujarnya. "Ntar seragam lo kusut." ujar dia.
Gue langsung mengganti seragam gue dengan pakaian yang Askar kasih ke gue. Kebesaran. Masa bodoh deh, yang jelas difikiran gue adalah tidur, biar sakit kepala gue segera mereda.
Gue merebahkan diri gue di kasur dan menarik selimut lembut Askar hingga bahu. Nyaman sekali.
Ingatan terakhir gue adalah senyuman Askar yang aneh dan setelah itu gue nggak ingat apa-apa lagi.
--- tbc
R~
"Nyampe juga lo." ujar Askar ke gue ketika gue udah sampai di dalam kelasnya.
Gue menatapnya tajam, "Askar, apa maksud lo nyiram Kayla tadi pagi?" tanya gue. "Untung aja tadi ada pelajaran Penjasorkes dan besok guru rapat. Kalo nggak tentu dia akan memakai baju basah seharian dan nggak punya seragam kering untuk besok." cerocos gue.
"Udah?" tanya dia. "Gue cuman ngingetin lo, klo lo lupa perjanjian kita kemarin." katanya ke gue. "Si Aldi lo itu pasti akan mendapatkan yang lebih parah dari itu, kalo lo nggak nggak nepatin perjanjian kita." tandas Askar.
Kejadian kemarin kembali terngiang di benak gue.
"Gue harap lo nggak ngeganggu anak kelas gue lagi dan gue akan nurutin kemauan lo." ujar gue.
Askar memandang gue lekat-lekat sebelum dia narik gue keluar dari kelas. "Oke guys! Gue pulang dulu sama pacar baru gue." ujarnya genit.
Sontak gue melepaskan tangannya. "Sejak kapan gue jadi pacar lo?" teriak gue ketus. Askar cuman mengedipin matanya. Sontak Evan tertawa geli, sedangkan Aldo masih melihat kearah gue dengan penuh ketidak sukaan.
--
"Lo tunggu di sini! " dikte Askar ke gue setiba di depan parkiran.
"Lo bawa motor?" tanya gue. "Helemnya?"
"Ooh helem? Aman kalo itu mah." ujarnya seraya berlalu pergi.
Gue kembali kepikiran sama Aldo yang nampak nggak bersahabat sama gue. Berbeda dengan Evan yang nampak biasa dengan gue, Aldo begitu berbeda. Ada rona permusuhan ketika gue dekat dengan Askar. Entahlah gue pusing.
"Ayo! " ujarnya sambil memberikan sebuah helem bewarna merah muda ke gue dan gue memandangnya heran.
"Gue harus pake ginian?" tanya gue sambil menunjuk helem itu.
"Tadi lo minta helem, udah gue kasih lo malah nggak mau. Gimana sih lo? " katanya. "Kalo nggak mau gue tinggal nih." ancamnya sambil menggas Kawasaki Ninja 250 R F-nya.
"Iya! Tunggu." ujar gue sambil memakai helem dan melompat ke atas motornya.
Askar dan gue menyusuri jalan protokol kota. Tak lama sehingga kita masuk ke wilayah perumahan elit dan masuk ke sebuah rumah yang sangat besar.
"Ayo masuk!" ajaknya ke gue setelah memarkirkan motornya ke garasi.
Gue hanya bisa melongo melihat rumahnya yang gede. Lebih gede dari toketnya Kayla. "Kita langsung ke kamar." ujarnya. Gue hanya mengangguk dan mengikutinya.
"Masuk!" perintahnya sambil membukakan pintu kamarnya.
"Gila .., gede bener kamar lo. Bersih dan rapi lagi." ujar gue takjub. Gue nggak nyangka aja, berbeda dengan persepsi gue selama ini ke Askar yang berantakan dan jorok.
Dia terkekeh. "Jadi lo nganggap gue dulu kayak apaan? Jorok? Kotor?" tanya dia. "Don't judge the book by its cover." tandasnya sambil mengunci pintu kamarnya.
"Ngapain lo ngunci pintu?" tanya gue sengit. Gue kan takut di apa-apain kan.
"Ntar si mbok nyelonong aja masuk kamar gue. Kamar gue kan privasi." jawabnya santai.
Gue pun duduk di tepi ranjangnya. Nggak percaya gue.
"Biasa aja kali, gue nggak bakal ngapa-ngapin lo kok." ujarnya santai. "Lagian gue mau mandi, gerah." katanya sambil melucuti bajunya hingga menyisakan celana dalamnya.
Gue tercekat dan jantung gue tiba-tiba berdetak lebih cepat dari biasanya. Gue menelan ludah memandang tubuhnya yang kayak patung Yunani. Walau gue tahu Yunani udah bangkrut, eh..? Gue langsung melemparnya dengan bantal dan tepat mengenai badannya. Gue bisa melihat senyumnya.
"Biasa aj kali. Lebay lo mah kayak cewek, cewek aja nggak kayak gitu. Malah terpesona melihat tubuh seksi gue."
"Gue bukan cewek! Gue ini cowok." pekik gue kedia sambil mengalihkan pandangan gue dari tubuhnya yang gue akui keren. "Cepet mandi sana!" teriak gue lagi.
"Notebook gue ada di meja belajar gue, buka aja. Jaringan wifi juga kenceng disini." ujarnya dan gue mendengar pintu kamar mandi tertutup. Huh gue mengambil nafas lega. Godaan berakhir.
Guepun berjalan ke arah meja belajarnya, meja belajarnya tertata rapi. Ada beberapa novel terkenal yang gue kenal, ada ketujuh novel serial Harry Potter, trilogi The Lord of Ring, serial The Chronicles Of Narnia, hey ada juga serial novel terkenal dari Arthur Conan Doyle dan Ten Little Niggers dari Agatha Christie serta novel-novel yang nggak gue kenal. Gue menggeleng-gelengkan kepala tidak percaya. Ada juga manga Jepang, Detectif Conan, Naruto, One Piece dan yang bikin gue terkejut adalah manganya lengkap bro. Ada hentai juga. Dan yang bikin gue geleng-geleng kepala adalah novel Fifty Shades of Grey yang sukses bikin jakun gue turun naik.
Sontak gue langsung mengambil notebook Askar dan melemparkan diri keranjang ketika pintu kamar mandi terbuka.
"Ngapain aja lo pas gue lagi mandi?" tanyanya.
"Nih gue lagi cari-cari inspirasi buat tema makalah." jawab gue bohong sambil soksok fokus ke layar notebook tanpa melihat Askar.
"Kalo gue nanya lo seenggaknya lihat gue dung!" katanya.
Dan tiba-tiba sebuah handuk basah menutupi muka gue. Baunya harum.
Eeh .. tunggu ini kan handuk? Berarti dia bugil dong? Oh may God. Jantung gue berdebar-debar nggak karuan.
"Ngg... lo pake baju kan?" tanya gue di dalam handuk Askar.
Gue merasakan ranjang berguncang dan entah kenapa jantung gue merasa mau meledak. Oh Tuhan...
"Gue emang naked. Kenapa, mau lihat?" katanya sambil menyibak handuk dan melemparkan ke lantai.
Sontak gue memekik kaget dan langsung menutup muka gue dengan tangan. Gue seperti cewek. Gue bisa merasakan tangan gue menggigil.
"Gue mohon, jangan apa apain gue."
Askar terkekeh.
"Tenang, gue nggak bakalan apa-apain lo kok." ujar Askar sambil meraih tangan gue yang nenutupi mata gue. Gue masih memejamkan mata. "Gue pake boxer kok." katanya.
Gue membuka mata gue.
"Gue janji nggak akan ngapa-ngapain lo sekarang. Tapi gue nggak janji kalo nanti." ujarnya genit. "Lo mau minum apa?" tanya dia sambil berlalu menuju pintu kamar dan membuka kunci. Dia masih shirtless.
"Terserah lo."
"Terserah gue? Kalo gue kasih lo kiranti mau kagak?" tanyanya.
"Oke ... oke ... syrup aja." jawab gue seraya kembali memandang layar notebooknya.
Gue masih berselancar d dumay takala dia datang membawakan 2 gelas syrup dan 2 piring kue kering.
"Nih lo minum syrup buatan gue!" ujar Askar mentitah. "Nah coba juga kue kering ini!" seraya menyodorkan sepiring kue.
"Ntar aja. Lgi nanggung." ujar gue sambil masih fokus di layar notebook.
"Minum!" perintahnya sehingga sukses membuat gue terkejut. Gue memandangnya bingung.
"Oke gue minum." ujar gue sambil meminum gelas yang disodorkannya dan mengambil kue kering.
"Gitu dong." ujarnya senyum-senyum.
Entah kenapa konsentrasi gue buyar dengan kehadiran Askar yang cuman memakai boxer. Mata gue terus memandang bodynya yang bikin cewek-cewek mimisan. Ditambah mukanya yang kayak model. Nggak ada cewek yang nolak kalo si Askar ngajak 'main' di ranjang. Ah udah beberapa kali gue ketahuan Askar curi-curi pandang ke dia.
Stop Adrian, lo cowok dan dia cowok. Ngapain lo terus menikmati melihat tubuhnya.
"Nape lo lihat-lihat gue? Lo suka?" tanya dia yang sukses bikin gue malu sekaligus merinding ngeri.
"Nggak! Ngarep lo." ujar gue berusaha fokus ke layar notebook. "Lo nggak takut masuk angin? "
"Kalo untuk nyenengin Adrian, gue rela deh sampe masuk angin." ujar dia genit.
Gue menghela nafas, "lo pake baju gih! Risih gue." ujar gue.
"Oh... bilang dong sendari tadi." ujar Askar sambil menuju lemari pakaian dan memakai kaos oblong putih.
Guepun kembali meminum syrup gue.
"Lo pilih tema yang mana nih Askar?" tanya gue ke Askar. Ntah kenapa gue tiba-tiba pusing.
"Yang mana yang bagus ya?" tanyanya sambil tiduran di samping gue.
"Terserah lo deh." ujar gue memegangi kepala gue yg sakit. Gue tidak dapat berkonsentrasi.
Dia sontak melihat ke gue, "Lo kenapa? " tanya dia.
"Nggak tau, tiba-tiba kepala gue sakit nih."
"Lo tiduran aja dulu. Ntar lo antarin pulang. Ato lo bisa nginep disini, besokan libur." katanya.
Gue cuman mengangguk.
Diapun beranjak menuju lemari pakaiannya dan melempari gue kaos oblong dan celana selutut. "Lo pake aja itu dulu!" ujarnya. "Ntar seragam lo kusut." ujar dia.
Gue langsung mengganti seragam gue dengan pakaian yang Askar kasih ke gue. Kebesaran. Masa bodoh deh, yang jelas difikiran gue adalah tidur, biar sakit kepala gue segera mereda.
Gue merebahkan diri gue di kasur dan menarik selimut lembut Askar hingga bahu. Nyaman sekali.
Ingatan terakhir gue adalah senyuman Askar yang aneh dan setelah itu gue nggak ingat apa-apa lagi.
--- tbc
R~
@Aurora_69
@Akang_Cunihin