It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@dian_des salut (y)
@melkikusuma1 "thank's sob." kata Askar bro.
@mustajab3 makan buah simalakama Adrian jdnya bang.
@lukisan_puisi makasih
@new92 @kaha Askarnya sakit.
@JimaeVian_Fujo semoga aj ...
@akina_kenji wah typo nama nih. mksih udah diingetin bang. nmpny bgtu, smga saja berhasil.
@daser mksih bang ...
@Otsutsuki97S love u to otsutsuki
@usernameku siip bang (y). mksih udah membaca.
@Rabbit_1397 siip aku lanjutkan ...
@abyyriza lanjuut
@dadanello siip (y)
@boncengek3 siip ntar aku mention.
@earthymooned makasih udah membaca bro. ntar aku mention
@Daser @freeefujoushi @Sho_Lee @mustajab3 @JoonHee @lulu_75 @JimaeVian_Fujo @PCYXO15 @Tsunami @ricky_zega @Agova @jimmy_tosca @rama_andikaa @LostFaro @new92 @Otsutsuki97S @billyalatas18 @delvaro80 @ramadhani_rizky @Valle_Nia @diccyyyy @abong @boygiga @yuliantoku @ardi_yusman @fian_gundah @Lovelyozan @Rabbit_1397 @Tsunami @Adiie @sn_nickname @Gabriel_Valiant @happyday @Inyud @akhdj @DoojoonDoo @agran @rubi_wijaya @putrafebri25 @Diansah_yanto @Kim_Hae_Woo679 @Vanilla_IceCream @shandy76 @bram @black_skies @akina_kenji @abbyy @abyyriza @05nov1991 @1ar7ar @kaha @blasteran @BN @dian_des @Pyromaniac_pcy @melkikusuma1 @asik_asikJos @jj.yuan @opatampan @The_jack19 @ori455 @lukisan_puisi @usernameku @dadanello @boncengek3 @earthymooned
Part 22
Setelah makan, gue merebahkan badan gue ke kasur gue yang empuk. Sesekali gue melihat ke ponsel gue kalo ada panggilan yang tidak terjawab atau SMS dari Askar. Dan ini udah yang ke 46 kalinya setelah beberapa menit yang lalu gue kembali ke kamar.
Gue sangat mengkhawatirkan keadaan Askar yang tidak ada berita hingga sekarang. Semenjak gue meninggalkan dia di UKS hingga detik ini, dia belum sekalipun memberi khabar ke gue. Gue sadar, gue bukan siapa-siapanya, orang tua tidak, saudara tidak, pacarpun juga tidak. Gue hanya seseorang yang menyukai dia dan yang dia sukai. Tapi walaupun begitu, gue harus diberi khabar kan, gue cemas kalo terjadi apa-apa sama Askar. Dan ketika gue berusaha menghubunginya, yang hanya ada suara cewek yang selalu menjawab dengan jawaban 'nomor yang anda tuju sedang sibuk atau berada diluar jangkauan', sehingga membuat gue jengkel dengan suaranya.
Gue melempar ponsel gue kesamping dan gue membenamkan wajah gue ke bantal. Khawatir, perasaan nggak nyaman, kesal, jengkel bercampur menjadi satu laksana gado-gado. Dan secara tiba-tiba, gue melemparkan bantal tadi kelantai dan memungutnya kembali. Sudah beberapa kali gue melakukan hal yang sama, sehingga ponsel guepun berdering.
Guepun langsung mengambil ponsel gue, berharap jikalau Askar lah yang menelfon, dan senyumpun tercetak di bibir gue. Tapi senyum itu hilang takala gue melihat siapa yang menelfon. Dwi. Ah... gue melempar ponsel gue itu sembarangan. Yang gue butuhkan adalah telfon dari Askar, bukan dari Dwi. Gue kembali membenamkan wajah gue ke bantal.
Ah apa yang difikirkan si jones itu saat ini, menelfon gue dimalam minggu yang kebetulan hujan.
Gue melirik ponsel gue, masih tetap nomor Dwi yang terlihat disana, walaupun udah beberapa kali panggilan Dwi itu gue acuhkan.
Dengan malas gue mengangkat panggilan Dwi, "Halo?!" Jawab gue.
"Lo dirumah sekarang?" Terdengar suara Dwi diseberang sana.
"Hmm..., iya gue dirumah kenapa?"
"Lo bisa kerumah Aldi nggak sekarang?"
"Ngapain gue kerumah Aldi?" Perasaan gue mulai nggak nyaman. "Ada apa dengan Aldi?"
"Aldi nggak apa-apa kok. Ini soal Askar."
"Askar? Kenapa dengan Askar?"
"Lo datang aja kesini, dia lagi sakit kan?"
"Iya, dia lagi sakit."
"Dia lagi diluar sambil hujan-hujanan. Makanya lo buruan datang kesini!"
"Baik-baik gue kesana. Makasih infonya ya Dwi." Tandas gue. Gue langsung mengganti pakaian yang lebih sopan dan memakai jaket kelas gue. Gue langsung turun kelantai satu dengan tergesa-gesa.
"Mau kemana nak?!" Tanya Mama melihat gue yang memakai sepatu.
"Mau kerumah Aldi Ma." Mama memandangi gue tidak percaya. "Buat tugas." Jawab gue sambil cengengesan. Mama menghembuskan nafas. "Hati-hati ya Rian. Hari hujan, nanti kamu sakit."
"Iya Ma, nggak apa-apa kok. Rian pergi dulu." Jawab gue dan langsung bergegas menuju rumah Aldi dengan Taxi.
---
Guepun memandang seorang cowok yang duduk meringkuk di depan rumah Aldi dibawah guyuran hujan. Dia memeluk lututnya sambil meletakan kepalanya di lututnya. Hati gue teriris melihatnya dan beberapa tetes air yang hangat mengalir di pipi gue.
Gue memandang kearah jendela kamar Aldi yang ada dilantai dua. Sebuah perasaan benci tiba-tiba muncul ketika seorang Aldi memperlakukan Askar dengan tidak berprikemanusiaan seperti ini, membiarkan Askar yang lagi sakit kehujanan seperti ini. Pengen gue meluapkan sumpah serapah dan bogem gue kedia, jikalau itu tidak mengganggu Bunda yang jam segini sudah tidur.
Gue mendekati Askar lebih dekat, sehingga gue sudah ada di depannya. Askar mendongakkan wajahnya menatap wajah gue. Ada berjuta ekspresi yang ada disana yang semakin membuat mata ini menumpahkan air mata.
Gue berjongkok dan memegang kedua lengannya, membimbingnya untuk berdiri. Gue masih memandang matanya yang sayu, penuh dengan keputus asaan.
Gue berusaha tersenyum, memandang mata elangnya dalam diam, membendung perasaan gue yang membuncah, menyesakan dada. Kecewa, marah, sedih, terharu dan berpuluh-puluh perasaan lainnya terkumpul di dada gue.
Askar tersenyum.
Dan semua pertahanan gue runtuh melihat senyumannya. Gue langsung memeluknya erat. Dan gue menumpahkan semua perasaan gue dibahunya dibawah guyuran hujan.
"Gue mencintai lo Rian. I love you." Terdengar bisik Askar diantara deru hujan yang turun membasahi bumi sambil membelai belakang kepala gue.
"Gue juga mencintai lo Askar. I love you too."
Askar merenggangkan pelukannya, memegang kedua pipi gue dengan tangannya dan memandang mata gue erat-erat. "Lo nggak usah nangis. Gue nggak apa apa kok." Ujarnya sambil menyeka air mata gue dengan jempolnya.
"Lo kan lagi sakit, gimana gue nggak khawatir, gimana gue nggk na..." telunjuk Askar menempel di bibi gue. "Sst..., gue tau kok." Dia membelai bibir gue tanpa merubah pandangannya sedikitpun.
Askarpun menempelkan hidungnya di hidung gue. Gue bisa merasakan deru nafasnya. Askarpun juga menempelkan keningnya ke kening gue. "Maafin gue, udah bikin lo cemas, bikin lo nangis." Tangan kanannya turun ke dagu gue. "Gue janji nggak akan membiarkan air mata ini membasahi wajah lo lagi."
Gue mengangguk dan refleks lengan gue telah melingkar di leher Askar.
Dia tersenyum dibalik wajah pucatnya.
"I Love You Adrian Aditya." Dan bibir Askarpun bertemu dengan bibir gue.
Gue memejamkan mata menikmati bibir lembut Askar yang menghanyutkan gue.
Lembut, dan gue menikmatinya.
Sehingga Askarpun mulai menghisap bibir bawah gue dan gue juga melakukan hal yang sama seperti apa yang Askar lakulan.
Askarpun memiringkan wajahnya ke kanan. Hisapan demi hisapan tadi berubah menjadi lumatan seru yang membuat gue melayang. Gue membalas lumatan Askar dan gue sedikit meliar dengan permainannya. Terdengar bunyi-bunyi aneh yang kami timbulkan yang membuat gue semakin terangsang. Saking panasnya, kita lupa untuk bernafas hingga kita saling melepaskan lumatan masing-masing.
Deru nafas kita berdua yang memburu terdengar hingga ke telinga gue. Askar menempelkan keningnya ke kening gue seperti yang dia lakukan saat diawal permainan kami. Kami berdua saling pandang satu sama lain sambil terkekeh atas permainan kami. Askarpun menggosok-gosokan hidungnya ke hidung gue sehingga gue memejamkan mata.
"Gue akan menjagamu sepenuh jiwa raga gue Rian." Bisik Askar yang membuat gue kembali membuka mata.
Gue tersenyum. Gue mencium bibir Askar sekilas. "Pulang yuk!"
"Tapi...," Askar memandang jendela kamar Aldi. "Gue..."
Gue memegang pipinya. "Lupakan. Kita nggak butuh restu dari orang egois seperti dia." Gue memandang mata Askar.
Dia tersenyum manis kearah gue. Dan kita saling melepaskan pelukan masing-masing. Badan kita sudah basah kuyup oleh hujan yang belum juga reda.
"Mana kunci motor lo? Biar gue yang bawa." Gue mengulurkan tangan kearah Askar.
Dia menaikan sebelah alisnya. "Lo yang bawa motor dan gue yang mebonceng? "
Gue mengangguk. "Iya, gue yang bawa, lo masih sakit kan?"
Askar terkekeh. "Badan lo yang kayak gini? Sanggup? Ah udah ah gue nggak apa-apa gue udah sembuh kok." Diapun menaiki motornya. "Naik atau gue tinggal. Lo nginep di rumah gue malam ini!" Titahnya sambil mengedipi gue.
Gue memutar bola mata dan duduk di belakang Askar. Dan selama perjalanan guepun hanya bisa termenung dengan tangan yang menyentuh bibir. Terkadang gue senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Hingga gue tersentak, sadar bahwa kita tadi ciuman di tepi jalan.
Gue hanya bisa melongo percaya tidak percaya. Gue merasakan muka gue memanas.
---
Gue mendudukan badan gue di tepi ranjang Askar yang besar. Sambil mengetik SMS buat Mama, gue menyapu pandangan gue ke sekeliling kamar Askar yang nggak berubah semenjak terakhir kedatangan gue. Hanya sekarang agak berantakan dan kotor karena badan gue yang basah menetes-netes. Ya Tuhan kasurnya bisa kotor, dan gue bangkit dari posisi gue sebelumnya.
"Eh Adrian. Lo nggak mandi atau ganti baju?" Tanya Askar sekembalinya dari bawah membawa beberapa buah bantal dan guling.
"Eh iya. Gue nggak tau baju salinnya dimana lo letakin." Gue menggaruk tengkuk gue.
Dia berjalan kearah lemari besar dan mengutak atik isinya. Dia melemparkan gue kaos bewarna kuning dan celana jeans selutut serta boxer dan singlet. Tak lupa handuk besar bewarna kuning dia lemparkan tepat menutupi kepala gue.
Dia terkekeh.
Gue menyingkirkan handuk kuning itu dari kepala gue dan memasang tampang cemberut kemudian mengalungkan handuk itu di leher. "Lo nggak mandi?"
Askar menaikan sebelah alisnya. "Lo ngajak gue mandi bareng?"
Gue tercekat. Sambil bergidik ngeri gue langsung masuk kamar mandi Askar yang besar. Gue bisa mendengar tawanya disertai dengan pintu kamar yang ditutup dari luar.
Setelah memakai pakaian yang pas dibadan gue dan mengeringkan rambut, guepun turun ke lantai satu menemui bi Ijah yang sedang menyiapkan makan malam.
"Den Rian, ayo dicicipi makanannya den." Ujar beliau sambil menyodorkan sendok makanan ke gue.
"Aseek!! Nampaknya enak nih Bi. Rian coba ya?" Gue menyendoki soto Padang yang dibuat Bi Ijah. "Enak Bi." Ujar gue mengambil mangkok dan menuangkan soto tersebut kedalamnya.
"Eh gue udah lo duluin aja Rian. Tuh soto Padang dibikin khusus Bi Ijah untuk gue." Terdengar suara Askar dari dapur. Nampaknya dia udah mandi dan berganti pakaian. Dia nampak ganteng saat ini. Memakai kaos biru dan celana selutut. Ah... gue jadi pangling karenanya.
"Gue tamu disini, jadi Bi Ijah buatnya buat gue. Ya kan Bi?" Gue menoleh ke bi Ijah dan mengedipinya. Dan bi Ijah hanya bisa tersenyum malu-malu kucing.
Askar merengut. "Ah gitu aja ngambek lo. Sini mana mangkok lo? Pake nasi kan?" Tanya gue sambil menuangkan soto ke mangkok yang disodorkan Askar dengan tampang males-malesan. "Oh ya, ini juga untuk Bibi." Gue menyodorkan mangkok yang telah terisi ke bi Ijah.
"Tapi den?" Bi Ijah tampak ragu. "Nggak apa apa kok Bi. Makan disini aja."
"Nah adek Askar yang manis, dimakan ya cotonya nanti dingin." Rayu gue ke Askar yang sok-sok ngambek.
"Cuapin!" Ujarnya manja sambil mengangakan mulutnya. Dan guepun pindah duduk ke sampingnya sambil menyuapi Askar gue yang manja. Hahaha.
---
"Askar?!" Pekik gue takala melihat Askar gue memuntahkan soto yang telah dia makan tadi ke toilet sesampainya kami di kamar Askar. Dia nampak gelisah sehingga dia berlari ke kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutnya. Guepun amat panik dan langsung berteriak-teriak minta tolong ke Bi Ijah membawakan air putih untuk Askar. Dengan tergopoh-gopoh sang asisten rumah tangga menyerahkan air hangat itu ke gue untuk diminumkan ke Askar. Bi Ijahpun menyerahkan beberapa obat yang gue minta. Gue meminta bi Ijah untuk kembali ke kamarnya untuk melanjutkan istirahatnya karena hari sudah larut malam.
Askar nampak pucat sekarang, keringat mengucur deras dan dia sangat lemah dengan bajunya yang kotor terkena muntahannya tadi. Segera gue membuka lemari dan mencarikan dia pakaian salin.
"Askar, lo ganti baju gih, kotor." Gue mengguncang-guncang badannya yang terasa panas. Panasnya naik lagi.
Tidak ada jawaban dari Askar. "Kar?" Guepun kembali mengguncang-guncang badannya sambil meletakan telunjuk di hidungnya, huh masih bernafas. "Kar, gue ganti baju lo ya?" Guepun mengambil nafas berat.
Perlahan-lahan, guepun mulai melucuti kaos dan celananya yang kotor. Jantung gue berdegub kencang takala melihat badannya yang terbentuk. Dan nafas gue tercekat melihat boxernya yang juga terkena muntahannya tadi. Oh Tuhan gundukannya.
Gue mengambil air hangat dan boxer pengganti. Dengan menahan gejolak, gue menyapu badannya yang membuat adek gue meronta. Gue mulai menyapu kedua lengannya yang kekar dengan handuk kecil yang udah gue basahkan dengan air hangat. Lalu gue menyapu dadanya yang kokoh, putingnya, lalu turun ke arah perutnya. Gue meneguk liur melihat perutnya yang indah dipandang dan hola..., gue tertegun dengan rambut halus yang menjalar dari pusar hingga ke bagian privatnya yang tertutup boxer.
Darah panas gue mendidih, jantung gue memompa lebih cepat dari biasanya. Sebagai homo, bohong lo nggak akan tertarik melihat tubuh seorang Askar yang hampir telanjang terlentang pasrah tidak berdaya. Gue menarik nafas dalam menenangkan diri. Tangan gue mengigil ketika gue akan memelorotkan boxernya yang kotor di area selangkangannya, tapi gue harus tetap menggantinya sendiri karena tidak mungkin gue meminta tolong kepada bi Ijah.
Nafas gue memburu dan dengan ragu-ragu gue mempelorotkan boxernya sedikit demi sedikit menampakkan hamparan hutannya yang rapi tidak begitu lebat. Gue terus memelorotkan boxer Askar dengan perasaan seorang homo yang akan melihat pistol keramat cowok. Terus gue pelorot, hingga menampakkan pangkalnya.
Gue menelan ludah,
Dan ...
--- tbc
R~
Oalaaa ~ Aurora update lagi, sorry buat tmn2 smua yg udah nunggu lama. Dan maaf bagi tmn2 yg komentarnya yg nggk sempat gue balas. Maap bnget.
Lalu maaf jga klo adegannya agak gmna gtu, ato adegannya ciumannya salah atau nggak sesuai dengan realita yang sebenarnya, karena gue hanya mengetahui teori dan belum pernah mempraktikannya. Maaf klo ad yg menjanggal.
Aurora jga mohon vote n komentarnya. Dan bagi tmn2 yg nggk mau d seret lagi, bilang y. Makasih udah membaca n sunt
R~
Semangatt kakkk menunggu lanjutannya XD
semangat, selalu ditunggu n ditunggu bang! kikiiiiiii,,,,
tertawa ala meher di film balveer