It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sori klw ga prmh komen lgi soalx bru buka bf lgi krna gw lgi sbuk kuliah. Jangan lupa mention kembali ya thx
Maaf bru bza bales sekarang ...
@melkikusuma1 sengaja, untuk bikin lo penasaran.
@Daser hehe tau aj bang, klo aku gtu? hehehe
@mustajab3 hehe terpaksa deh dipotong ceritanya bang ...
@gaybekasi168 terimakasih bang ...
@ori455 maap klo agak lama, gue lgi uts nih. @boncengek3
@Lovelyozan klo horni, disalurkan bang. hehehe
@shandy76 knp garuk kepala bang? bingung?
@akina_kenji kita lihat d part depan
@1ar7ar hehehe ... nmpkny bgtu bang. biarlah kita mnjlni hidup tnpa memikirkan homophobia.
@new92 @dian_des sabar y bang, sengaja.
@kaha makasih, aku mmng suka potong memotong. hehehe
@BN siip... (y)
@lulu_75 hmmm... demi Askar, Adrian tahan kok bang ...
@JimaeVian_Fujo ditunggu y ...
@delvaro80 aku mention kok bang, suer. knp nggk kemention y? *garuk kepala*
@jimmy_tosca sabar y bang ...
@Daser @freeefujoushi @Sho_Lee @mustajab3 @JoonHee @lulu_75 @JimaeVian_Fujo @PCYXO15 @Tsunami @ricky_zega @Agova @jimmy_tosca @rama_andikaa @LostFaro @new92 @Otsutsuki97S @billyalatas18 @delvaro80 @ramadhani_rizky @Valle_Nia @diccyyyy @abong @boygiga @yuliantoku @ardi_yusman @fian_gundah @Lovelyozan @Rabbit_1397 @Tsunami @Adiie @sn_nickname @Gabriel_Valiant @happyday @Inyud @akhdj @DoojoonDoo @agran @rubi_wijaya @putrafebri25 @Diansah_yanto @Kim_Hae_Woo679 @Vanilla_IceCream @shandy76 @bram @black_skies @akina_kenji @abbyy @abyyriza @05nov1991 @1ar7ar @kaha @blasteran @BN @dian_des @Pyromaniac_pcy @melkikusuma1 @asik_asikJos @jj.yuan @opatampan @The_jack19 @ori455 @lukisan_puisi @usernameku @dadanello @boncengek3 @earthymooned @gaybekasi168 @jimmy_tosca
Part 23
Gue mengerjap-ngerjapkan mata gue yang pandangannya ngeblur sambil sesekali menguap lebar-lebar, mengeluarkan aroma surga yang pasti membuat orang yang menciumnya kejang-kejang seketika.
Badan gue amat sakit rasanya. Tulang-tulang gue mau copot dan mungkin pagi ini terasa amat panas bagi gue. Ditambah pria shirtless yang memeluk gue dari belakang, sukses membuat jantung gue berdebar kencang mengingat kejadian semalam. Gue merasaka rasa panas menjalar di muka gue yang imut ini.
Seselali pria itu menggeliat dan mengeratkan pelukannya sehingga gundukannya semakin terasa di bagian belakang gue. Askar nampak nyaman dengan posisi itu semenjak kejadian tadi malam. Yang juga membuat gue semakin betah berlama-lama dalam pelukannya.
"Lo belum bangun?" Bisiknya di belakang tengkuk gue yang sontak membuat gue merinding.
"Hmm..." gumam gue sambil memejamkan mata menikmati momen ini.
"Lo nggak apa-apa kan?"
Gue terkekeh. "Seharusnya gue yang nanya begitu. Sekarang lo nggak apa-apa kan?"
Dia menghembuskan nafasnya yang sukses membuat gue melengkungkan badan. "Gue yang harus nanya, karena kelakuan gue semalam, pasti lo akan sakit. Apa yang akan gue bilang nanti ke orang tua lo."
Ada sebuah senyuman yang tercetak di mulut gue. "Lo belum menjawab pertanyaan gue, bung!"
Diapun membalikan badan gue tepat menghadap ke arahnya. Jantung gue tiba-tiba serseran melihat tubuhnya yang tidak berpakaian menatap gue mesra. Gue merasakan kembali panas menjalar dimuka gue. "Tatap mata gue Adrian!" Pintanya.
Gue dengan malu-malu kucing memandang mata elangnya. Gue tercekat, pandangannya seperti memasuki tubuh gue dan seolah-olah dapat membaca yang ada difikiran gue. Gue menundukan wajah gue kelehernya.
"Nggak usah malu. Tatap mata gue." Dia mengangkat dagu gue. Gue melakukan apa yang dia pinta. "Seperti apa yang bisa lo lihat, gue sehat kan?"
Askar sudah nampak bugar sekarang. Wajahnya nampak cerah pagi ini, tidak seperti kemarin yang nampak berantakan. Dan melihat perubahan itu, gue cuman tersenyum dan dia kembali membawa gue ke pelukannya yang hangat.
"Apa lo merasakan ada yang sakit atau berbeda dari biasanya?" Tanya Askar mengagetkan gue.
Gue berusaha melihat wajahnya, tapi pelukannya sangat erat sehingga gue bisa merasakan gundukan kita yang saling bergesekan satu sama lain sehingga membuat gue bergairah.
"Ng...ngak. Hanya saja, bisa nggak lo melonggarkan pelukanmu sebentar, gue sesak nafas dan perlu membetulkan posisi gue." Ujar gue ragu-ragu.
Askar terkekeh. "Serius? Bukan membetulkan posisi 'adek' lo kan?" Tanyanya membuat gue mati kutu, malu karena ketahuan. "Nggak usah dibetulin juga. Lo juga udah melihat 'jagoan' gue semalam, kenapa harus malu?"
"Lo horni kan? Gue juga nih." Bisil Askar yang terdengar sangat seksi di telinga gue. Sontak gue melepaskan pelukannya, turun dari ranjangnya dan langsung berlari ke kamar mandi. Muka gue memanas dan kejadian semalam terngiang-ngiang di benak gue.
--- flashback
Sedikit demi sedikit gue memperolot boxer Askar sehingga menampakan hutannya yang rapi. Gue berkali-kali menelan ludah dan mengambil nafas tertahan ketika boxernya telah terperolot hingga menampakan pangkal pusaka milik Askar.
Gue bangkit dan menjauh dari tubuh Askar walau mata ini masih tertuju ke area vital ketua Yakuza Junior itu. Jantung gue berdetak kencang laksana gendang tambua tasa dari Ranah Minang yang dipukul kencang. Gue mengalihkan pandangan gue supaya jantung ini berdetak normal dan kontol gue kembali kempes eh kembali normal.
Ah..., tapi badan ini kembali mengkhianati perintah gue. Gue berjalan mendatangi Askar. Mengatur nafas gue yang nggak karuan dan sekali hentakan, seorang Askar telah tidak lagi memakai sehelai benangpun. Gue melemparkan boxer Askar tersebut ke sembarang tempat. Gue sangat terangsang dan sesuatu dibawah gue memberontak, meminta untuk dikeluarkan.
Gue mengatur nafas gue, gue harus bisa mengendalikan diri supaya tidak kalap. Gue mulai menyapu bagian selangkangannya, gue tetap terus meraba-raba dengan lap ditangan dan mata yang tertutup. Gue berusaha membersihkan tubuhnya tanpa melihat pusakanya dengan memejamkan mata gue.
Gue membersihkan selangkangannya, dan terakhir membersihkan pistol keramatnya dengan hati-hati. Salah salah tangan gue bisa terpeleset dan menyentuh sesuatu yang tidak sepantasnya gue sentuh.
Gue mulai melap bagian pangkalnya dengan sangat pelan, takut membuat Askar bangun dan horni melihat kelakuan gue. Tangan gue gemetaran atas aksi kurang ajar yang gue lakukan. Gue melap bagian-bagian yang gue rasa terkena tumpahan muntahnya sambil membayangkan penis seseorang. Tunggu punya Askar lebih besar dari apa yang gue bayangkan. Ah..., diameternya lebih lebar dan panjang. Gue prediksi pusakanya itu terlihat proposional apabila dipandang.
Tangan gue terus begerilya melap melingkar pistol keramat ketua Yakuza Junior itu beserta pelurunya, sehingga tangan gue yang gemetaran tiba-tiba saja tanpa sengaja terpeleset sehingga menyentuk kepala pistol Askar, yang sontak membuat gue memekik tertahan.
Dan sebuah tangan memegang tangan kanan gue membanting gue kekiri sehigga seketika gue terlentang dengan tubuh seseorang yang ada di atas gue.
"Apa yang lo lakuin Adrian?" Tanya suara yang nggak asing buat gue lagi. Gue membuka mata, dan gue melihat mata Askar yang membuat jantung gue akan meledak.
"Ma...maaf, gue hanya mau membersihkan tubuh lo dari muntahan." Bibir gue bergetar. Guepun merunduk menghindari pandangan matanya.
"Hanya itu?" Tanya Askar yang telah mengunci tubuh gue dengan tubuhnya yang tepat diatas tubuh gue. Gue mengangguk.
"Nggak ada yang lain?" What? Pertanyaan macam apa itu. Gue memandangnya mukanya yang masih nampak pucat walau dengan senyum nakal terpatri di mulutnya. Ditambah dengan sebelas alisnya yang terangkat serta sebelah matanya yang dia kedipkan ke gue.
Muka gue bersemu. Gue mendorongnya, bangun dan langsung memunggunginya. "Nggak! Gue nggak ngapa-ngapain lo.!" Teriak gue. Apa-apaan dia, apa dia menyangka gue ini cowok psikopat yang mencari keuntungan dari sakitnya itu. Ah sialan! Harga diri gue seperti dipertanyakan.
"Maafkan gue Askar." Bisiknya di telinga gue. Gue merinding disko karena perlkuannya. Dia memeluk gue dan menyandarkan dagunya di bahu gue. "Gue nggak bermaksud menuduh lo. Gue hanya, ehm... menggoda lo aja kok." Gue merasakan dia menekankan pistolnya ke tubuh gue.
"Nggak! Gue nggak pernah mengambil kesempatan dalam sakit lo itu, dan gue juga tidak pernah melihat adek lo yang kecil itu. Dan tolong, hentikan apa yang lo lakuin sekarang, gue nggak suka."
Dia menghentikan 'aktivitas'nya tadi. Askar terkekeh, "Hmm... kok lo tau kalo punya gue kecil? Berarti lo udah liat dong?"
"Nggak!" Pekik gue. "Mending bersihkan badan lo, pake baju lo sekarang! Sebelum sakit lo bertambah parah."
"Baik my honey." Ujarnya seraya beranjak dari ranjang. Gue masih bergeming ditempat dengan tangan yang dilipat. Tak lupa, memasang tampang cemberut sejelek mungkin biar Askar tau kalo gue kesal dituduh yang nggak-nggak seperti itu.
Gue kembali merasakan tubuh Askar menaiki ranjang. Nafasnya terdengar memburu, dia membanting gue gue kasur dan menindih gue seraya melancarkan lumatan di bibir gue.
Gue berusaha mengimbangi lumatannya yang memabukkan. "Thanks Rian." Bisiknya disela-sela ciumannya yang membara. Dan setelah itu gue lupa apa yang terjadi.
--- end of flashback
"Apa yang lo lihat?" Ujar gue ketus ke Askar yang memandang gue seperti hendak menelanjangi gue dan menggoyang gue diatas meja makan.
"Nggak ada." Jawabnya sambil tersenyum-senyum nggak jelas.
"Nampaknya nggak beres nih anak." Racau gue sambil memakan suapan terakhir dari hidangan sarapan pagi gue. "Lo udah minum obat belum?" Tanya gue sarkasme.
"Udah, memandang lo aja udah obat bagi gue." Dia menopang dagunya dengan kedua tangan.
"Nampaknya memandangi gue bikin lo 'od' deh." Gue tergelitik dengan ucapan yang gue lontarkan. "Mending lo nggak usah pandangin gue deh, daripada ntar tambah parah. Kan kacau." Ujar gue menahan senyum.
"Emang, lo udah bikin gue mabuk kepayang, terbang melayang-layang ke langit kedelapan karena lo Rian."
Senyum gue merekah mendengar gombalannya. "Langit ketujuh kali, nggak ada langin kedelapan." Gue mengibaskan tangan.
"Tapi karena muka lo, itu mungkin saja terjadi." Ujarnya mengedipkan mata ke gue. Kampret! Gue melting coy. "Nggak usah malu gitu kali say."
"Siapa yang malu? Lagian apaan yang say-sayan ah?" Gue bangkit dari kursi gue dan berjalan menjauhinya.
"Kemana lo?"
"Gue nggak kemana-mana. Gue cuman mau ngambil ambil air doang."
"Kan bisa minta tolong sama bi Ijah."
"Kalo bisa sendiri, kenapa harus minta tolong. Lagian kerjaan bi Ijah juga banyak, bukan cuman ngambilin air doang. Manja banget."
Askar memutar bola matanya. "Gue juga sekalian." Ujarnya menghampiri gue dan menyodorkan gelasnya yang kosong ke gue.
Gue mendengus, dan tangan gue telah meuangkan air dalam cerek ke gelasnya. Dia tersenyum sambil memandang mesra ke gue. "Gitu dong." Tampang genitnya muncul. Dia meletakan air di meja dan mendekati gue dengan wajah yang sangat menjijikan. Guepun bergeser menjauhi pria aneh ini.
"Ngapain lo?" Teriak gue sambil menunjukinya dengan ekspresi hiperbola.
Dia hanya tersenyum-senyum gaje. "Gue sange nih. Puasin gue dong."
"Den Askar..." potong Bi Ijah dari ruang tamu. Askarpun menoleh. "Tadi Den Aldo nelpon, katanya dia mau datang kesini ntar siang." Gue menyeritkan dahi dan memandang Askar yang tidak memandangi gue.
"Lalu Bi?"
"Itu saja Den. Katanya Den Aldo udah nelfon Den Askar lewat handphone, tapi tidak diangkat."
"Makasih ya Bi." Ujar Askar dan si Bibi kembali ke ruang tamu. Askar berbalik dan menatap gue lagi. Tatapannya berbeda sekarang, dia seperti tidak seperti menatap gue.
Gue kembali ke meja makan dan meminum air yang tadi telah gue isi. Tak lupa gue membereskan piring yang kotor dan membawanya ke tempat cuci piring. Gue takut merepotkan bibi dan gue mendapat tugas seperti ini kalau di rumah.
Askar tetap terus menatap gue tanpa komentar, kemudian dia tersenyum dan kembali duduk di salah satu kursi meja makan. Gue juga duduk, mengambil posisi bersebrangan dengan Askar. Awkward, guepun memeriksa handphone gue yang punya sebuah pesan dari Aldi.
Gue memandang Askar sejenak. "Kenapa?" Tanyanya ke gue. Gue mengacuhkannya dan membuka pesan dari Aldi. Gue sedikit ragu dan waswas dengan pesan tersebut.
Setelah membaca, ada rasa yang sesak di dada gue, seperti ada batu besar yang menghimpit sehingga gue kesulitan bernafas. Apa gue gugup? Apa yang ingin Aldi lakukan, apa tujuan sebenarnya mengirimi gue sms ini.
Gue memandang Askar yang balas memandang gue. "Ada apa Rian?" Tanyanya meminta penjelasan.Gue mengambil nafas, dan menyerahkan handphone gue ke Askar. Dia menerimanya dan membaca pesan dari Aldi. Dan menyerahkan handphone gue kembali.
"Bisa?" Tanya gue was-was. Dan Askarpun tersenyum sambil mengangguk.
--- tbc
R~
Hayhay Aurora kmbli update, maaf y baru update, soalnya gue lg persiapan mau uts + Tugas ini, tugas itu dari dosen sebelum uts. Maap sekali lgi.
Aurora mohon vote n komentar membangunnya dr teman2 smuanya. Maap klo Aurora dlm membalasnya, sekali lgi maap bnget.
So, slmt membaca n sunt.
R~
cepet update yaa @aurora_69