It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Penulisnya juga udah bilang kok kalo dia ngambil cerita persis dari novel berjudul sama.
cuman sih intinya dia pengen buat versi gaynya
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Otsutsuki97S
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@kaha
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
@kie_kow
@littlemark04
@akina_kenji
@Daser
@sn_nickname
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
@Greent
@Toraa
@jimmy_tosca
@cansetya_s
@tianswift26
@zenfonepro
@bapriliano
@cela
@dadannnnnnn
@bagastarz
@Agova
@syafiq
@sonyarenz
@delvaro80
@Badguydrunkby6
@boybrownis
@hearttt
@Phantex
@malmol
@roy_rahma
@RezzaSty
@aries18
@abong
@new92
@soratanz
@pangeran_awan99
@rezka15
@yansah678
@Mami100C
@hendra_bastian
@dim4z_
@BOMBO
@Rabbit_1397
@rubi_wijaya
@NanNan
@ardi_yusman
@kristal_air
@Methan
@Nova_APBS
@Bleach.boy
@dewanggaputra
@Watiwidya40Davi
@aldhy_virgo
@Ninia
@aries18
@Fruitacinno
@Tsu_no_YanYan
@akha
@malmol
@Valle_Nia
@Lovelyozan
@PHfila
@diccyyyy
@Adi_Suseno10
@revtwo
@dafaZartin
@Rangga_San
@DM_0607
@radit_rad1t
@boygiga
@Fendy200
@tsu_gieh
@Yudin87
@amir_tagung
@Djie_hk
@Dannamaku84
@mahardhyka
@rigil
@ananda1
@fian_gundah
@bapriliano
@FajarrSipitt
@DoojoonDoo
@dakishimetai_
@Kim_Hae_Woo679
@Reffy
@nagnarik
@gaybekasi168
@AdeNugraha
PESTA.
Aku kagum melihat bayangan di cermin di depanku. Karena di depan cermin bukan Marhedy Mutahar Sakti yang selalu bertampang urakan, karena aku sekarang memakai kemeja hitam dengan rambutku rapi dengan poni miring ke kanan biasanya rambutku tidak beraturan.
“Hmm, ternyata rambutku sedikit panjang ternyata aku tidak sadar aku manis juga ya hehehe” kataku sambil tersenyum.
TIIT
Jam tujuh malam, sebuah mobil berhenti di depan rumahku. Jantungku berdebar waktu melihat Mario keluar dan berjalan ke rumahku.
"Hedy, sudah dijemput tuh," panggil Mama. Aku yang sedang berdiri di dekat jendela makin deg-degan. Aku menghela napas meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik aja. Aku keluar kamar dan berjalan tanpa menunduk.
Mario memandangiku dari ruang tamu waktu aku melangkah turun. Dia menatapku tanpa berkedip. Aku tersenyum “pasti dia terpesona sama aku “ kataku dalam hati.
"Tepat waktu banget," komentarku .
"Aku kan guru," Mario mengingatkan.
Aku kira dia bakal memuji penampilanku malam ini, bilang aku tampan atau manis kek. Duh, seharusnya aku sadar. Walau aku sudah berdandan rapi pun, Bu Fitriani jauh lebih cantik dan manis daripada aku.
Ehhhhhh kenapa aku membandingkan penampilanku sama Bu Fitriani aku kan COWOOOK!!!!kataku sambil memukul kepalaku ke dinding.
“Kamu kenapa, kerasukan setan ya? HAHA” kata Mario sambil tertawa
“ Dasar menyebalkan”Kataku kesal
Toh kami bukan pasangan, tapi cuma dua orang lelaki pergi bareng ke pesta lantaran Mario nggak mau pergi sendiri.
Mood-ku langsung jelek. Ternyata Cinderella memang cuma dongeng. Di dalah nyata, khususnya duniaku yang berbalik dengan dunia Cinderella cowok berantakan nggak bisa langsung jadi pangeran dalam semalam. Aku salah duga.
"Jalan sekarang?" tanya Mario.
“Ya iyalah kenapa masih nanya lagi”
“Kenapa, kamu kesal begini bentar aku pamit sama orang tua kamu “Mario ke ruang tengah dan berpamitan sama Mama dan Papa yang lagi nonton TV. Aku masih memasang wajah kesal waktu duduk di sebelah Mario dalam mobil.
Lama Mario nggak menyalakan mesin mobil. Aku menoleh padanya, "Ada apa?"
Dia menatapku engan wajah serius. Aku jadi berpikir ada sesuatu yang nggak beres.
"Aku nggak percaya aja “
"Soal apa?"
"Cowok berantakan yang waktu itu kepergok nyuri mangga di rumah pamanku bisa jadi manis banget kalau berpenampilan seperti ini ," ucapnya sambil tersenyum .
BLUSH
Mukaku memerah mendengar pujian dari Mario, aku menundukkan wajahku.
“Hedy, kamu sakit kenapa mukamu merah?” tanyanya sambil memegang wajahku
“Ak...”
“JANGAN GUGUP HEDY MARIO PASTI CURIGA KEPADAMU “kataku dlm hati sambil memegang ujung kemejaku dan mulai berfikir untuk mengalihkan pembicaraan ini.
Aku tertawa spontan untuk menutupi kegugupanku. "Kamu juga. Oom-Oom bisa jasi kayak ABG kalau nggak pake dasi sama kacamata," balasku sambil tertawa.
“ HAHA, aku kira kamu malu setelah aku memuji kamu makanya mukamu memerah begini “ katanya sambil dengan nada menggoda
“ Tidak BODOH “
Malam ini Mario mengenakan kemeja hitam bergaris putus-putus. Benar dugaanku, dia kelihatan lima tahun lebih muda dengan baju itu. Tamu Sony yang bukan dari SMA Girindar pasti nggak akan nyangka Mario guru matematika di sekolah kami.
Rumah Sony yang megah kelihatan gemerlap dengan hiasan lampu-lampu di mana-mana. Waktu aku dan Mario masuk, kami jadi perhatian tamu-tamu Sony yang sebagian besar murid-murid Girindra karena cowok setampan mario pasangannya yang notabanenya pria. Aku jadi salah tingkah dengan tatapan mereka. "Udah, biasa aja banyak kok yang bawa pasamgannya pria," bisik Mario sambil tersenyum yang mengerti dengan perasaanku.
"Ini elo, Hedy?" sambut Sony waktu melihat kami. "Gue gak nyangka, lo ternyata manis banget!"
“Enak aja lo bilang aku manis gini-gini gue cowok tahu “kataku sambil cemberut
Mario melihatku sambil serius dari atas ke bawah dan dia mengusap dagunya
“Masa sih, kayaknya tidak deh harus diperiksa bagian bawahnya nih, HAHAHA “katanya sambil tertawa
“Mario menyebalkan “ sambil kuinjak sepatunya. Dia mengaduh kesakitan Sony tertawa melihat tingkahku dan Mario.
“Wah-wah gue tidak nyangka marmut ternyata manis juga ya haha “kata Marhedy yang muncul dari belakang Sony.
“Gue cakep Martabak gak kayak lo cantik HAHAHA “ sambil membalas omongannya. Martabak pun menjulurkan mulutnya dan dia pergi bertemu gengnya.
Sebenarnya Marhedy kelihatan tampan dengan gaya rambutnya yang baru beserta kemeja hitamnya dan sahabatku Sony juga kelihatan manis dengan kemeja putihnya. "Makasih sudah datang ya, Pak," ucap Sony sopan pada Mario.
"Malam ini status saya adalah pasangan Marmut, jadi nggak usah formal kayak di kelas. Selamat ulang tahun, ya," ucap Mario santai.
"Makasih," balas Sony.
"Pasangan apaan? Kita datang bareng doang kok," aku mengklarifikasi. Setelah mengobrol sebentar, Sony meninggalkan kami untuk menyambut tamu lain.
Aku dan Mario berkelilling dengan perasaan nggak nyaman karena banyak yang memerhatikan kami, terutama teman-teman sekelasku yang mungknin heran melihat aku dekat bersama wali kelas kami.
Di sudut ruangan, kami bertemu Tommy dan Angga.
"Cieeee.....pasangan baru kita. Berduaan melulu," candaku. Mendengar candaanku muka mereka berdua bersemu merah.
"Lo manis banget, Hedy," puji Angga yang malam ini tampak manis dengan kemeja cokelatnya. Dia mengganti kacamatanya dengan lensa kontak.
"Besok juga berantakan lagi, Aku tidak manis lagi HAHAHA" gurauku, disambut senyuman Tommy. Dia kelihatan cakep banget malam ini. Terlintas dalam pikiranku, kalau situasinya berbeda, akulah yang akan jadi pasangannya.
Sudahlah, Hedy jangan mikir yang aneh-aneh, perintahku pada diri sendiri. Aku mau bilang terima kasih buat kemeja ini pada Tommy, tapi lebih baik nanti saja kalau aku dan Tommy cuma berdua. Aku nggak mau Angga tahu pernah terjadi sesuatu antara aku dan Tommy.
"Kalian pacaran?" tanya Mario sedikit terkejut.
"Iya, Pak," jawab Tommy malu-malu.
Angga tersipu. "Ini juga karena Hedy, apa Bapak tidak jijik sama pasangan Gay ?"
Mario menggelengkan kepalanya. “ Tidak kok aku biasa saja sama pasangan Gay hehehehe “
"Gimana ceritanya?" tanya Mario kelihatan ingin tahu.
"Ceritanya panjang, nanti aja," sahutku.
"Kami ke sana dulu, ya," pamitku sambil menarik Mario menjauh. "Kamu bikin mereka jadian? Bukannya kamu dan Tommy....."
"Angga suka Tommy, Tommy suka Angga. Aku cuma mempertemukan mereka berdua yang saling menyukai."
"Tapi kamu suka Tommy, kan?"
"Memang, tapi bukan berarti aku harus memilikinya, kan?"
"Aku masih nggak mengerti dengan sikapmu Hedy."
"Udahlah, anggap aja aku peri cinta yang menyatukan mereka."
"Terus kamu gimana?"
"Aku baik-baik aja." Aku menatap Mario dengan senyum getir.
Aku ingin berteriak , "Aku nggak baik-baik aja! Aku hancur, Yo! Bukan karena Tommy, tapi karena aku jatuh cinta sama kamu! Aku cinta kamu, Mario!" Tapi teriakanku segera kutelan.
Penampilan band sekolah memeriahkan pesta malam ini dengan lagu jingkrak-jingkraknya. Aku menelepon Steve yang sudah menunggu di luar bareng bandnya untuk menjalankan rencana kami setelah lagu terakhir dimainkan band SMA Girindra.
Aku maju ke panggung dan bicara lewat mikrofon," Buat Sony sahabat gue yang paling baik, gue nggak bisa ngasih kalo buat ultah lo. Tapi karena gue janji ngasih lo hadiah spesial buat sweet seventeen lo, gue hadiahin sahabat gue buat lo. Steve and the band. Alkali!" seruku, membuat para tamu berteriak heboh dan bertepuk tangan.
Aku nggak menyangka Steve dan sohib-sohibnya gokilnya punya banyak penggemar juga. Steve naik ke panggung dengan gitar tergantung di bahu. Teman-temannya mengambil posisi masing-masing. "Lagu ini spesial buat yang berulang tahun hari ini. Lagi ini adalah ungkapan perasaanku buat kamu. Happy brithday, Sony Sweetheart."
Para Tamu terutama cewek menganga lebar pujaan mereka menyukai cowok daripada mereka dan banyak sebagian yang bertepuk kagum dan histeris para cewek Fujoushi.
You're just to good to be true
I can't take my eyes off of you
You feel like heaven to touch
I wanna hold you so much
Suara Steve yang nggak pernah mau kuakui merdu, bikin cewek-cewek berteriak histeris. Sony tersenyum haru, seakan nggak percaya Steve ada di sini malam ini. Hebat juga cara cowok gila itu mengungkapkan perasaannya di sini. Ternyata nggak cuma Patrick, cowok gokil di film 10 Things I Hate About You yang berhasil meluluhkan hati cewek pujaannya dengan lagu ini tapi bisa meluluhkan hati para cowok juga.
I love you Baby, and if it's quite all right
I need you Baby, to warm the lonely night
I love you Baby, turst in me when I say
Sesudah penampilan Alkali, lagu A Whole New World mengalun. Lagu lama yang jadi OST Aladdin ini jadi lagu buat dansa. Steve menghampiri Sony dan mengajaknya berdansa. Mereka berjalan ke tengah ruangan diikuti pasangan-pasangan lain. Aku mengamati mereka . Sony kelihatan bahagia banget. Aku senang.
Tommy menghampiriku lalu mengulurkan tangannya.
"Mau dansa sama gue?" Aku sedikit terkejut. Angga berdiri nggak jauh dari kami. Dia tersenyum padaku.
"Tapi pacar lo,...."
"Nggak apa-apa, Angga udah izinin," ujarnya.
Kami pun berdansa berdekatan. “Hedy, gue minta maaf ya, soal tadi pagi. Gue udah ngomong kasar sama lo, padahal lo udah ngorbanin perasaan lo buat gue dan Angga."
"Udahlah, Tom, lupain aja soal kita. Kita masih bisa jadi teman. Angga beneran sayang sama elo. Lo harus jagain dia. Dia sahabat gue," bisikku.
"Gue janji," ucap Tommy sungguh-sungguh.
"Hedy, seandainya yang ngirimin puisi itu bukan Angga, apa lo aakan mempertemukannya ke gue?" Aku berpikir sejenak.
"Iya, Tom. Seandainya gue liat puisi-puisi itu, gue bisa ngerasain perasaan penulisnya dan gue menghargainya. Siapa pun dia, perasaannya layak mendapat balasan dari cowok pujaannya."
"Terus, elo sendiri gimana?"
"Gue suka elo, tapi perasaan Angga ke elo lebih dalam. Gue ngerasa nggak adil ngerebut lo dari dia cuma karena lo nggak tahu siapa orang yang selama ini lo cintai itu."
"Makasih ya, Hedy," ucap Tommy tulus dengan senyum mautnya.
"Iya. Makasih juga buat kemejanya."
"Maksud lo?"
"Eh, sepertinya cowokmu udah nunggu tuh." Tiba-tiba Mario muncul di samping Tommy sambil menunjuk ke arah Angga.
"Eh, oh iya, Pak. Saya permisi ke sana dulu. Gue tinggal ya, Hedy," pamit Tommy.
"Apa sih maksudmu melakukan itu?" tanyaku pada Mario.
"Buat menolong kamu. Kalo kamu terlalu lama dekat-dekat dia, kamu cuma akan menyakiti perasaanmu sendiri dan aku nggak suka itu," ucapnya kemudian menarikku mendekat. Aku nggak bisa membalas ucapannya.
Kami bergerak mengikuti alunan musik. Beberapa para Tamu memandangi kami. Berada sedekat ini dengan Mario membuat hatiku nggak tenang. Berbagai perasaan campur aduk di dadaku. Aku memejamkan mata kuat-kuat.
Ya Tuhan, hamba ingin melupan semua ini dan menikmati pesta ini. Suasana ini, musik ini, Mario, dan aku. Perlahan-lahan aku membuka mata menatap mata Mario. Membiarkan diriku larut di dalamnya. Menyerah pada perasaanku. Aku cinta dia dan untuk beberapa saat ingin luluh dalam dilema ini. Melepaskan semua pikiran dalam benakku.
Yang ada hanya aku, dirinya, dan cinta ini.
A whole new world....
A new fantastic point of view
No one to tell us no or where to go
Or say we're only dreaming
Beberapa saat kemudian lagu romantis ini berganti dengan lagu Kiss Me yang dilantunkan Sixpence None The Richer. Aku baru sadar ternyata sejak tadi aku bersandar di bahu Mario. Malu banget. Kayaknya aku terlalu terbawa suasana.
"Aku capek," kataku canggung.
"Dari tadi kamu yang merebahkan kepala di bahuku. Yang capek dan kesemutan itu aku," candanya mencairkan suasana. Kami menepi lalu duduk sambil menikmati kue dan minuman.
Kulihat Tommy dan Angga sedang berdansa, juga Steve dan Sony. Mereka bergerak dinamis, mengikuti alunan musik yang rada nge-beat.
"Pak, mau dansa sama saya nggak?" Seorang cewek yang mungkin anak kelas sebelah atau siapa, menghampiri Mario.
Aku memalingkan wajah ke arah lain, pura-pura nggak memperhatikan. Mario kembali ke lantai dansa dengan cewek itu. Aku mencuri pandang ke arah mereka, tapi nggak terlalu terlihat peduli. Beberapa cowok juga, yang menurut dugaanku adalah murid-murid Girindra, kemudian bergantian dansa dengan Mario. Cowok itu kelihatan menikmatinya.
"Wah, kayaknya ada yang lagi cemburu nih," ujar Angga tiba-tiba. Tanpa kusadari dia sudah berdiri di sampingku.
"Jangan ngaco, ah!"
"Lo sama Pak Mario ada apa-apanya, ya? Kok bisa datang bareng? Lo pake berdandan rapi lagi," goda Sony ikut-ikutan.
"Cinta terlarang nih."
"Nggak mungkinlah. Nggak ada hubungan khusus di antara kami," jawabku membela diri.
"Kami datang bareng lantaran tetanggaan, jadi jalannya searah. Jangan ngegosip yang nggak-nggak, ya!"
"Tapi kayaknya lo suka Pak Mario deh," tebak Angga.
"Ya nggak mungkin lah! Gue masih dendam sama dia soal komik Inu-Yasha itu," ucapku dengan nada serius.
Angga dan Sony cuma menanggapi senyum menggoda. Beberapa saat kemudian, Tommy, Steve, dan Taura menghampiri kami, juga Mario yang kayaknya udah capek meladeni fans-fansnya.
Setelah acara tiup lilin, potong kue, dan penampilan beberapa lagu dari band sekolah, pesta meriah itu berakhir. Para tamu satu per satu beranjak pulang.
"Selamat ulang tahun ya, Sony!" ucapku pada Sony saat akan meninggalkan rumahnya. Aku, Mario, Tommy, Angga, Steve juga Marhedy adalah tamu terakhir yang masih ada di sana.
"Hati-hati ya! Terima kasih kalian sudah datang," ucap Sony mengantar kepergian kami.
Tommy mengantar Angga, aku bareng Mario, Marhedy pulang naik mobil, sementara Steve kayak belum mau pulang. Kalau dijadikan film kartun, aku yakin muka gokil Steve pasti sedang bersemu-semu merah sekarang.
Aku mengedipkan sebelah mata sebelum meninggalkan mereka berdua. Steve tersipu. Ya ampun, cowok gokil itu bisa tersipu. Dia lagi sakit cinta akut kayaknya.
***
Di mobil, dalam perjalanan pulang, aku dan Mario saling diam.
"Kamu kenapa?" tanya Mario tanpa mengalihkan pandangan dari kemudi.
"Nggak, aku cuma berpikir malam ini akan berlalu."
Mario menoleh kepadaku sambil tersenyum. "Tentu saja malam ini akan berlalu, besok pagi datang, lalu siang, terus jadi malam lagi."
Aku menghela napas. Mario nggak mengerti maksudku. Yang kubicarakan adalah kebersamaan ini. Kebersamaam terakhir kami. Karena aku nggak mau bersama dia lagi seperti sekarang.
Sesudah malam ini aku harus sadar dia guruku, guruku yang sudah memiliki kekasih cewek tidak sama sepertiku dan aku nggak boleh punya perasaan apa-apa lagi padanya karena itu cuma akan menyakiti hatiku.
"Kamu mau kuajak ke suatu tempat?"
"Ke mana?" tanya penasaran.
"Ikut aja. Ini bukan tempat terlarang untuk di bawah delapan belas tahun kok." Mobil melaju menembus gemerlap lampu jalan di tengah kota.
Aku memandang ke luar jendela dan merasa pernah melewati jalan ini. Beberapa saat kemudian mobil menepi di depan deretan toko tempat aku dan Tommy menepi untuk bicara, tempat yang sama ketika aku melihat Mario dan Bu Sarah bersama.
"Ayo turun. Ada toko aksesori menarik di dalam. Aku mau beli sesuatu." Aku turun kemudian berjalan mengikutinya, menelusuri pertokoan yang belum pernah kukunjungi.
Mataku melihat ke sana kemari. Di depan sebuah toko yang etalasenya memajang aneka aksesori, Mario meraih tanganku lalu menggandengku ke sana dan tidak memperdulikan tatapan orang lain.
Sesampainya di dalam, aku terpesona melihat pernak-pernik yang tertata rapi di toko yang cukup luas itu.
Beberapa cewek sedang antusias melihat-melihat gelang warna-warni berbagai bentuk dan ukuran. Dan ada beberapa cowok yang melihat aksesoris cincin dan kalung.
"Kamu mau beli apa?" tanyaku.
"Anting," jawab Mario.
Aku menghela napas. Aku nggak berniat tanya buat siapa dia beli anting itu karena aku bisa menebak jawabannya.
"Itu sebabnya aku mengajak kamu ke sini. Kamu bisa bantuin milih, kan?"
“Tetapi aku cowok “kataku heran melihat Mario
“ Sudah pilih saja yang menurutmu menarik “
Kemudian aku mengedarkan pandang, melihat-lihat aneka anting dengan segala bentuk yang terpajang dalam rak kaca.
Aku membayangkan wajah Bu Sarah. Kayaknya pake anting gimana aja dia akan kelihatan cantik. Jadi aku memutuskan memilih anting yang menurutku cantik.
"Yang ini gimana?" Aku menunjuk anting perak berbentuk batang bercabang tiga dengan bunga berhias permata di setiap ujungnya.
"Bagus juga." Saat Mario memanggil pelayan untuk mengambilan anting itu, aku melihat-lihat kalung di rak perhiasan di sebelahnya.
"Ada yang kamu suka? Aku beliin deh. Anggap aja karena kamu sudah bantuin milih anting dan mau nemenin aku ke pesta Sony.
"Nggak usah," tolakku halus. "Bantuanku gratis."
"Ayolah..... Selama kita temenan, aku nggak pernah ngasih apa pun buat kamu."
"Memang kalau temenan harus ngasih sesuatu?"
"Tentu aja. Bukannya kamu udah ngasih komik Inu-Yasha-mu buat aku?" Dia mengingatkan.
"Enak aja ngasih! Itu namanya ngerebut, tau! Disita tapi nggak dibalik-balikin!"
"Ya kalau gitu, anggap aja sekarang aku mau mengganti komikmu," desak Mario.
"Lho, emang komikku hilang?"
"Nggak sih, tapi nggak tahu kapan aku bisa kembalikan. Udah deh, jangan bahas itu. Nanti jadi ribut, lagi. Pilih aja kalung yang kamu suka, aku beliin."
"Oke," jawabku akhirnya.
Mataku tertuju pada kalung perak dengan liontin berinisial ''M''.
Aku langsung tertarik sama yang itu. ''Ini aja."
Mario pun membelikan kalung itu tapi aku merasa heran karena mario membeli 2 kalung yang sama insial dengan “M”
“Kenapa kamu membeli 2 kalung ?” tanyaku
“Karena aku ingin sama dengan kamu “ kata dia sambil tersenyum.
Mukaku memerah dan aku gugup untuk membalas senyumannya.
“Untuk saat ini saja aku bersikap egois aku ingin kita selalu bersama Mario” kataku dalam hati.
Dalam perjalanan pulang, aku cerita bahwa Edwin sudah pulang dan aku bakal kesepian.
" Makanya jangan galak-galak jadi kakak. Udah ditinggal aja, baru nyesel. Kalau ada Edwin, kerjaan kamu ngomel melulu sih," komentar Mario.
"Abis dia bandel sih. Aku kan jadi sebel. Kamu belain dia melulu," protesku.
"Ya iyalah. Aku juga kalau punya kakak kayak kamu bakal betah bikin ulah."
"Syukur deh, kamu bukan adikku. Jadi guruku aja udah nyebelin," balasku.
Di depan rumah, Mario menghentikan mobil. Dia turun, kemudian membukakan pintu untukku.
"Makasih ya, udah mengantarku pulang," ucapku.
"Mau kuantar ke dalam?" tawarnya.
"Nggak usah. Ayah dan Ibu pasti udah tidur," tolakku. "Selamat malam."
"Tunggu, Hedy," tahan Mario. Dia mendekat dan berdiri di depanku. Mendadak jantungku berdebar.
"Kamu lupa kalungnya." Mario mengeluarkan kotak dari saku kemejanya dan mengambil kalung itu.
"Aku minta tolong aku ingin kamu memakaikan kalung ini kepadaku." Aku mengangguk. Aku pun mengalungkan kalung perak ini ke leher Mario, mukaku memerah karena melihat muka Mario dekat.
“Sekarang Giliranmu, sini “
Perlahan Mario mengalungkan rantai perak itu di leherku. Detak jantungku makin kacau. Mataku menatap matanya. Setelah kalung dikaitkan, Mario nggak langsung menurunkan tangannya.
“Mario “ kataku sambil deg-degan karena Mario tidak melepaskan tangannya
“Kalung kita sama, Aku senang melihatnya” Kata Mario sambil tersenyum.
Mario pun terdiam, dia meremas lembut lenganku kemudian perlahan muka Mario mendekat dan mencium bibirku dengan lembut. Mario melumat bibirku
Aku terkejut. Otakku berhenti bekerja. Aku nggak bisa bergerak. Nafasku terhenti. Dan yang bisa kurasakan hanya kelembutan bibirnya di bibirku.
“Ummm....Ma ri o” Mario mengigit bibirku ketika mulutku terbuka Mario memasukkan lidahnya ke mulutku. Setelah berhenti Mario mulai mencium leherku.
“Hentikaaan “
Aku langsung mendorong Mario.
"Apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu melakukan ini kepadaku? Apa kamu sudah tahu kalau aku menyukaimu, padahal kamu sudah mempunyai Bu Sarah?!. Aku benci kamu!" teriakku sebelum membuka pintu pagar lalu lari ke rumah.
“Hedyyy, Tunggu !!!” teriak Mario.
Mataku mulai basah. Tak kupedulikan Mario yang masih berdiri di luar dan memanggil-manggil namaku. Setelah Ibu membukakan pintu, aku langsung naik ke kamar dan menjatuhkan diri di tempat tidur.
Aku memejamkan mata untuk menahan air mata dan gejolak perasaan dalam hatiku. Aku mulai terisak, dan dalam sekejap menangis sejadi-jadinya. Aku ingin melepaskan semuanya. Aku ingin melupakan semuanya. Aku ingin semuanya hilang. Aku nggak ingin mengingat apa pun yang terjadi malam ini. Tetapi yang nggak berhenti berputar di kepalaku malah ciuman Mario itu. Ciuman pertamaku.
Kenapa Mario menciumku? Apa dia nggak berpikir bahwa sewaktu dia menciumku dia sedang mengkhianati Bu Sarah?
Perasaanku campur aduk. Aku kacau. Air mataku mengalir, tapi dalam hatiku nggak cuma kesedihan yang kurasa.
Ada kehangatan di sana. Kehangatan yang ditinggalkan ciuman Mario kepadaku.
BERSAMBUNG
Sorrry ya bwt pembaca yang setia menunggu cerita ini aku jarang update krn hunting cowok hahahaha tidak2 sibuk kuliahlah wkwkwk...maaaf ya tdk bs balas komenan kalian satu persatu kayak biasanya soalnya ini q numpang2 internetan gak bebas kayak dulu tp q akan balas komenan kalian....cerita ini akan mau tamat tinggal beberapa chapter hehehe, saya melihat ada komenan bahas nanya cerita straight ya ?? ini cerita straight saya kan sdh blg sy bwt versi gaynya saya tidak memaksa kalian baca cerita ini klu tdk suka gak usah baca aja ....bwt @Daser utangku sdh lunas hahahhahaa
Kasih like dan komentar ya biar updatenya cepat
Di tunggu lo kelanjutannya...
Kangen edwin...