It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@doodledeedum @lulu_75 @Asu12345 @balaka @DoniPerdana @pokemon @MarioBros @cute_inuyasha @AgataDimas @3ll0 @Rika1006 @ularuskasurius @rama_andika @AbdulFoo @RenoF @rone @kyuuzero @Tsu_no_YanYan @muffle @VeneNara @4ndh0 @hendra_bastian @JimaeVian_Fujo @jimmy_tosca @Agova @Aurora_69 @Rayafitri @Daser @Adi_Suseno10
***
HEART PITCH
PART V – YOU’RE MY MIRROR
Allan’s POV
Menunggu adalah hal yang paling aku benci. Sekarang udah jam setengah sepuluh dan masih belum ada kabar dari Ryan. Sms aku juga gak dibales, jujur aku bingung dan juga takut, kalau-kalau terjadi apa-apa sama dia di jalan. Tapi di sisi lain juga aku adalah orang yang paling tight soal waktu, aku anti telat kalau janjian, dan aku seharusnya udah ada dikampus jam sepuluh, yang berarti kalau aku harus naik kendaraan umum maksimal 15 menit lagi aku udah harus pergi ke kampus, dan itu pun pasti telat lewat dari jam 10. Selagi menunggu aku gak berhenti berusaha nelponin Ryan, tapi gak ada respons.
Aku terkena serangan panik, keringat dingin mengalir dari kepala, aku berusaha mendinginka kepala. Bukan takut nantinya bakal telat ke kampus, tapi aku takut terjadi apa-apa sama Ryan. Ini kali pertama aku mencemaskan orang yang barely aku kenal, cuma dalem waktu semalem kenal dan langsung berhasil bikin aku panik. Huff, seharusnya aku juga gak sepanik ini gara-gara orang yang baru aku kenal. Tapi karena harapan aku yang mulai perlahan muncul akan sosok Ryan, dan khayalan akan masa depan, entah jadinya aku mulai memikirkan tentang dia.
Aku berusaha mikir positif dan logis, dan sekarang yang harus aku fikirin adalah kasih kabar ke Ryan biar dia gak usah repot jemput aku, kalau-kalau dia lagi ada urusan dadakan. Kenapa juga sih aku harus kecewa dan panik? Kan ini cuma sekedar kebaikan dia, gak lebih. Bukan perhatian khusus yang dia kasih. Aku juga baru kenalan sama dia kok, lagian belum tentu juga dia mau sama aku, siapa tahu dia straight, dan cuma pengen punya temen aja, kebetulan kita satu kampus.
Okay, logika udah mengambil alih otak aku sekarang.
Kemudian aku kirim sms ke Ryan ngabarin kalau aku langsung ke kampus, dan dia gak usah jemput.
“To: Ryan ‘Dodon’
Don..aku langsung ke kampus yah, kalau kamu ada urusan dadakan gak apa, aku ke kampus sendirian aja.
Makasih sebelumnya”
Dan dengan itu aku langsung buang semua pikiran jelek, dan fokus latihan persiapan pensi nanti di kampus.
***
SIAL!! Kampus masih sepi, katanya jam sepuluh! Selalu gini, gak ada yang tepat janji, jam karet kebiasaan Indonesia banget lah. Kesel!
Kita semua janjian buat kumpul di depan Aula jam 10, tapi gak satupun yang muncul. Tiba-tiba dari dalam aula aku denger suara orang nyanyi samar-samar. Justin Timberlake – Mirror.
“Aren't you somethin' to admire?
'Cause your shine is somethin' like a mirror
And I can't help but notice
You reflect in this heart of mine
If you ever feel alone and
The glare makes me hard to find
Just know that I'm always parallel on the other side”
Suara Alif! Ya aku kenal, aku lihat Alif berdiri diatas panggung, siluet badannya yang pake kaos hitam ketat keliatan berbentuk indah, lekukan badannya keliatan jelas tercetak di kaos yang dia pake. Ruangan memang masih gelap, tapi lampu belakang panggung yang menyinari bagian belakang badan Alif, malah membuat siluet tegas dari badannya. Alif masih belum sadar kalau aku sudah masuk dari tadi…atau dia sudah sadar tapi dia gak peduli sama aku yang nontonin dia.
“'Cause with your hand in my hand and a pocket full of soul
I can tell you there's no place we couldn't go
Just put your hand on the glass
I'll be tryin' to pull you through
You just gotta be strong…..
Hey, Ngapain ngeliatin aja?”
“Aku?” aku setengah teriak, karena jarak posisi berdiriku dari panggung lumayan jauh.
“Gue gak ngeliat ada orang lain disini. Ya lo yang gue maksud. Lo bakal diem aja, atau mau ikut latian?”
“Eh…kan masih sepi gak ada anggota lain”
“ini lagu kita nanti duet. Buruan lo naik ke atas panggung!”
WHAT? Siapa yang mutusin? Kok aku gak tau kalo aku disuruh duet sama Alif? Jujur, dengan suara Alif yang berkarakter kuat dan suara aku yang lembut, aku merasa terintimidasi. Tapi siapa sih yang nyuruh kita duet?
“Eh..iya iya bentar”
Sial, aku sama sekali gak prepare, sama lagunya juga aku gak terlalu familiar. Aku sering denger sih, cuma kan lagunya lumayan panjang, aku juga kurang hafal sama lirik nya. Kalau tahu sebelumnya kan aku bisa prepare dulu.
“Itu, mic nya ada di meja. Udah hafal kan lo?”
“Sebentar. Aku gak ada sama sekali dikasih tahu kalau aku harus duet sama kamu, dan nyanyi lagu ini. Aku sama sekali gak ada persiapan dong”
“Ya emang, gue niatnya mau ngasih tau lo hari ini. Gue yang mutusin buat kita duet”
“…..” aku cuma melongo, sejak kapan dia diskusiin hal ini sama aku. Dan emang ini udah terencana? Kan siapa tahu bagian acara gak setuju dia main tambah-tambah acara. Karena setahu aku, rencana buat duet ini gak ada di rundown acara terakhir kali aku di brief.
“Tenang. Gue udah minta sama bagian acara, mereka udah fix nambahin penampilan kita di opening”
“….”
OPENING??? Oh Tuhan! Aku cuma bisa nyembunyiin rasa kaget aku dan berusaha keliatan se-datar mungkin.
“Gue denger lo sering nampil di café daerah Kuningan. Lo juga kalo di latihan mingguan gue sering liat oke kok, dan keliatan emang lo udah sering tampil. Makanya gue pilih lo”
“Kok kamu bisa tahu aku sering nampil di café daerah Kuningan?”
“Gue sering ke café disana bareng temen-temen gue. Temen gue bilang ada penyanyi baru, dan gue sempet shock pas gue denger itu lo. Hebat ya lo, anak baru masuk udah bisa jadi penyanyi lokal"
Ada kesan sinisme yang aku tangkep dari nada bicara Alif, tapi terserahlah, aku gak peduli. Tapi aku beneran gak tahu sama lagunya! Sial! Dia sengaja kali yah mau ngetes. Oh iya, aku baru sadar, dia kan temennya Ryan, yang berarti kemungkinan dia udah dikasih tau Ryan, atau kemungkinan dia kenal sama pegawai café.
“Lo udah hafal kan?”
“Ehm…sebenernya sih nggak. Aku emang sering denger lagunya, cuma aku gak hafal banget”
“Gimana sih? Katanya penyanyi café, masa referensi lagunya sedikit”
“…..”
“Lo buruan cari lirik nya! Sambal dengerin gue nyanyi, biar lo bisa dapet ide improve di bagian mana dan lo mau ngambil bagian solo dimana”
“Okay”
Sambil searching nyari lirik lagunya di google, Alif ngelanjutin latiannya tadi. Pas banget, aku udah dapet liriknya, sambil denger sambil mikir-mikir bagian yang bisa di improve.
“'Cause I don't wanna lose you now
I'm lookin' right at the other half of me
The vacancy that sat in my heart
Is a space that now you hold
Show me how to fight for now
And I'll tell you, baby, it was easy
Comin' back here to you once I figured it out
You were right here all along….”
Lagu ini bercerita tentang seseorang yang menemukan sebagian dirinya di orang lain. Bagaimana orang tersebut begitu mencerminkan dirinya yang lain, bagaimana mereka berdua terasa begitu pas berdua, bagaimana dirinya tercermin di mata orang yang tersebut. Bahwa sisi hati nya yang kosong dulu, dimaksudkan untuk diisi oleh orang tersebut. Semua begitu terasa pas, terasa begitu indah dengannya, sehingga dia tak ingin kehilangan sosok tersebut.
Jleb!! Aku menelan ludah, merasakan lagu ini tepat menusuk ke ulu hati. Rasanya sekarang itu terjadi padaku. Ya Tuhan, ini kebetulan kah? Kenapa rasanya semua yang terjadi all about seseorang yang baru saja aku kenal kemarin malam?
“It's like you're my mirror
My mirror staring back at me
I couldn't get any bigger
With anyone else beside of me
And now it's clear as this promise
That we're making two reflections into one
'Cause it's like you're my mirror
My mirror staring back at me, staring back at me”
Ryan, kenapa bisa? Orang yang baru aku temui semalam. Dia seperti cermin, aku juga merasakan pantulan perasaanku di matanya. Bahkan dengan Senji, aku tidak merasakan apa yang aku rasakan dengannya. Bahkan pagi ini, emosiku naik turun hanya karena dia, entah kenapa kehilangan harapan untuk bertemu dengannya terasa begitu menyedihkan. Okay, ini crush terparah! Belum pernah aku suka sama seseorang separah ini, dan lebih parahnya dia baru aku kenal kemarin malam.
“Aren't you somethin', an original
'Cause it doesn't seem merely assembled
And I can't help but stare, 'cause
I see truth somewhere in your eyes
I can't ever change without you
You reflect me, I love that about you
And if I could, I would look at us all the time”
Aku inget malem minggu kemarin, aku gak bisa ngelepasin pandangan aku dari dia. Bahkan meskipun itu hanya flirts, tapi kamu pasti tahu kejujuran dari suatu perasaan hanya dari melihat dari mata seseorang, dan aku berasa menemukan sesuatu yang sama di mata Ryan. Aku merasakan ada getaran perasaan. The sparks.
“Yesterday is history
Tomorrow's a mystery
I can see you lookin' back at me
Keep your eyes on me
Baby, keep your eyes on me
……
'Cause I don't wanna lose you now
I'm lookin' right at the other half of me
The vacancy that sat in my heart
Is a space that now you hold
Show me how to fight for now (please show me, baby)
I'll tell you, baby, it was easy
Comin' back into you once I figured it out
You were right here all along
It's like you're my mirror
My mirror staring back at me
I couldn't get any bigger
With anyone else beside of me
And now it's clear as this promise
That we're making two reflections into one
'Cause it's like you're my mirror
My mirror staring back at me, staring back at me
You are, you are the love of my life
You are, you are the love of my life
Now you're the inspiration of this precious song
And I just wanna see your face light up since you put me on
So now I say goodbye to the old me, it's already gone
And I can't wait wait wait wait wait to get you home
Just to let you know, you are
You are, you are the love of my life
Girl you're my reflection, all I see is you
My reflection, in everything I do
You're my reflection and all I see is you
My reflection, in everything I do
You are, you are the love of my life ”
I am so lost in the song…
***
Selagi aku dan Alif latihan, teman-teman yang lain satu per satu datang. Aku memutuskan untuk mengambil bagian solo di bagian akhir lagu, yang menurutku pada bagian itu dengan intensitas musik yang menurun dan dengan suaraku yang berkarakter lembut itu pas, dan Alif juga setuju setelah mendengar penjelasanku. Selebihnya kita bergantian dan pada bagian reff kita saling mengimbangi.
Akhirnya kita lanjut ke latihan buat penampilan pensi nanti.
Aku sebenarnya masih kefikiran sama Ryan, kenapa sih dia. Tiba-tiba gak ada kabar. Berhubung latihan ini cukup menguras konsentrasi dan fikiran, jadinya aku gak terlalu banyak mikirin kekecewaan tadi pagi. Semoga aja Ryan gak ada apa-apa, yah meskipun aku lumayan kecewa, cuma aku berdoa dia gak kejadian apa-apa.
Setelah break latihan sekitar pukul 12 siang, aku baru liat kalau di hape ada sms, dan ternyata dari Ryan. Huh, syukurlah kalau dia masih ada kabar.
“From : Ryan ‘Dodon’
Lan, maaf aku tadi gak jadi jemput kamu. Ada urusan mendadak tadi. Maaf banget, gak bermaksud ingkar janji, cuma tadi itu urusannya dadakan dan penting. Sekali lagi maaf yah”
“To : Ryan ‘Dodon’
Hey, gak apa kok. Lagian kan emang awalnya aku niat ke kampus sendiri, dan gak mau ngerepotin kamu. Okay. Just chill ”
“From : Ryan ‘Dodon’
Kamu masih di kampus? Aku samperin yah? Masih latihan? Udah makan belom? Aku traktir makan yah sebagai permintaan maaf”
“To : Ryan ‘Dodon’
Satu satu lah, hehe. Iya masih di kampus, lagi break latihan. Aku gak maksa yah, aku juga gak nyalahin kamu kok. Tapi kalo mau ditraktir gak apa deh, maklum anak kos, hehe”
“From : Ryan ‘Dodon’
MELUNCUUR KAMPUS!”
Hah, akhirnya aku sedikit merasa legah. Ditambah ternyata dia masih ada niat baik mau nemuin. Aku bukannya egois sih, tapi entah kenapa hati kecil ini pengennya dia nemuin aku dan minta maaf, meskipun tadi aku bilangnya bukan dia yang salah, tapi entah ada sedikit rasa bahagia ngebayangin dia dateng minta maaf dan nraktir lagi sebagai penebus dosa. Hehe.
Aku terlalu banyak mikir bagaimana mungkin aku bisa sebegini berharapnya sama Ryan, kenapa gak aku biarin semua ini berjalan. Aku pengen ikut hanyut bersama arus perasaan dan gak berusaha menolaknya, mumpung aku masih diberkahi rasa ini. Karena dari yang aku lihat di dunia maya, banyak sekali orang-orang di luar sana yang sudah mati rasa, bahkan rela menjual harga diri dan tubuhnya sendiri hanya untuk memuaskan rasa yang sudah tumpul. Amit-amit! Jadi kenapa kita gak menikmati aja anugerah yang dikasih lewat kebahagiaan singkat, yang mungkin fana ini. Kalau pun aku harus sakit nanti, mungkin aku akan belajar lebih. Itulah resiko yang harus aku hadapi.
Aku duduk termenung di ruangan aula, melihat hape ku beberapa saat yang lalu yang dihiasi n ama seseorang yang tiba-tiba masuk di duniaku yang baru. Crush! Kenapa disebut crush? Hmmm, secara harfiah crush itu menekan, tekanan, mengalahkan, memukul. Pernah rasanya tiba-tiba kamu ngantuk dan dipukul? Nah, begitulah crush, dan reaksi yang ditimbulkan adalah kita menjadi berpusat pada rasa itu dan fokus terhadap subjek yang memukul itu. Hanya saja perasaan ini belum ke stadium, Deep In, rasa yang udah ketancep dalem, gak kebayang gimana susahnya ngilangin perasaan yang udah ketancep dalem. Nyabut pecahan kaca yang ketancep dalem aja sakit dan ninggalin bekas, apalagi perasaan.
Wait-wait, kenapa jadi ngelantur.
“Woy, lo gak laper apa?”
Alif lewat di sampingku tanpa menoleh sedikit pun.
“Eh, lagi nungguin temen. Nanti makan kok. Latihan lagi jam setengah dua kan?”
“Yup, jangan telat. Lo sekalian pelajarin lagi lagu tadi, gue mungkin jarang bisa latihan lagi karena lumayan hectic persiapan acara bentar lagi. Jadi gue harap, pas gladi nanti lo udah bagus”
“(WHAT? Gelok ni orang, baru sekali latihan bareng langsung ditinggal?)”
“Lo udah profesional juga, gue harap lo gak ngecewain”
“.....”
Dan dengan itu, Alif pun pergi meninggalkanku yang termenung. Sial! Dia kira kerjaan aku cuma buat opening duet sama dia aja? Arghhh... mood breaker! Dan acara juga sebentar lagi, kenapa juga baru dikasih tahu sekarang. Bener-bener bikin orang gak mood. Okay, menurut aku sih kalo aku latian sendiri udah bisa, tapi ini kan duet, bukan solo. Dan ini acara yang lumayan besar, meskipun aku udah sering nampil di cafe, tapi ini beda, yang nonton juga banyak, haduuuh, gimana kalo aku yang malah jadi gak bisa ngimbangin dia. Sial!
Sambil bergerutuh dalam hati, aku gak ngeh kalau ternyata ada orang yang masuk dalam aula.
“Hey...cakep. termenung aja”
“Eh, kamu udah dateng”
“Hehe, gak boleh banyak melamun, ini aula ada setannya loh”
“Iya, setannya di depan aku sekarang”
“Heh, enak aja. Kalo setan secakep aku nanti semua orang pada pengen kerasukan dong, hahahah”
“Ihhh parah kamu! Dasar!”
“Kamu udah makan belom? Ayok makan, nanti kamu pingsan aku repot dong, mau ngasih nafas buatan”
“Emangnya aku kelelep apa dikasih nafas buatan? Hahaha”
“Hahahaha.. yok keluar”
***
Akhirnya kita berdua makan di kantin, meskipun hari minggu, tapi masih ada beberapa kantin yang masih buka, kampus di akhir minggu masih ramai, apalagi anak UKM dan anak organisasi, hari sabtu minggu justru merupakan waktu bagi mereka untuk rapat atau bahkan hanya sekedar kumpul, karena itulah beberapa kantin masih buka karena ngeliat peluang ini.
Karena pilihan kantin gak terlalu banyak akhirnya kita milih kantin yang lumayan rame aja. Pas masuk aku liat ada rombongan anak-anak Padus dan salah satunya aku liat ada Alif.
“Hey, Lif! Apa kabar lu!” Ryan yang di sampingku langsung menghampiri Alif.
“Eh yan, apa kabar? Gue baik ni... wah udah lama nih gak kumpul bareng”
“Iya nih, lu sibuk mulu, gue juga sibuk ngerjain TA gue yang tambah gak jelas”
“Hahaha.. iya. Eh, kalian saling kenal?”
“....Ehm, eh iya, hehe”
“Lo kenal sama dia dari mana?”
“.....eh gak sengaja sih kenalnya”
“Dari mana?”
“Dia kemarin malem nemuin HP aku yang ketinggalan di halte pas mau ke cafe, lif” Akhirnya aku yang gak tahan jadi kambing congek membuka suara. Aku kok nangkep ekspresi gak seneng dari muka Alif.
“Iya, lif. Hehehe”
“Oh, okay. Kebetulan kalian berdua udah kenal, gue gak perlu kenalin lo berdua dong, Allan nanti jadi temen duet gue buat opening show nanti”
“Hah? Duet?”
“Iya, gak ada masalah kan?”
“Ehmm.. bagus kok, gue fikir lo berdua juga match kalo duet”
“Lan, dia nanti tampil waktu opening bareng kita, dia pegang melodi”
“......” aku cuma bisa ngangguk dan sedikit inget omongan Ryan tadi pagi yang bilang dia juga bakal manggung pas pensi. Tapi aku gak nyangka kalau nanti kita satu panggung.
“Eh yan, tumben lu ke kampus, gak jalan sama Intan lu?”
“....eh nggak lif, hehe”
“Gue denger dari Rama katanya lu lagi berantem sama Intan?”
“....eh iya lif. Udah laen kali aja dibahas, makan yok”
Makan siang yang semula aku pikir bakalan jadi sesuatu karena Ryan dateng, entah gimana jadi awkward, gara-gara omongan mereka tentang ‘Intan’ tadi, sejenak aku jadi kepikiran. Apa maksud Ryan? Apa maksud dari perhatian dan semua kedekatan, yang menurut aku itu bukan sekedar perhatian temen, apalagi kita kan sama-sama cowok, kalau kalau Ryan adalah straight. Tapi aku bingung, Intan itu siapa? Dari pembicaraan mereka aku dengan jelas bisa menangkap kalau Intan itu adalah pacarnya, tapi lantas aku ini apa di mata Ryan? Apa aku yang terlalu berharap dari perhatian Ryan, atau apa?
Mood ku yang awalnya bagus berubah jadi suram. Pantaskah kalau ini aku sebut patah hati, atau lebih mungkin sakit karena jatuh dari khayalan sendiri? Atau ini semua karena otak ku yang semula sudah membangun bayangan yang besar dan harapan yang sudah mulai melambung, mendadak sirna. Meskipun memang ini bukan patah hati karena putus cinta, tapi hilang harapan sudah cukup membuat mood siapa pun akan jadi berubah murung.
Ryan dan Alif mengobrol sesekali seperti biasa, tapi keadaan canggung masih terasa. Dari sudut mata, Ryan yang ada di depanku seperti sekali-kali melirik ke arahku. Hah, stop! Mungkin memang ini cuma perhatian biasa, tidak lebih. Mungkin memang Ryan adalah orang yang humble, dan mudah bergaul dengan siapa saja. Dan yang pagi tadi, mungkin Ryan cuma berbaik hati pengen nganterin. Aku berusaha meredam semua kekecewaan dini ini. Kecewa. Iya, kecewa karena terlalu berharap pada hal yang belum pasti. Bodoh!
Alif yang selesai makan duluan langsung meminta izin meninggalkan kita karena ada hal yang harus dia kerjakan. Suasana kembali hening.
Okay, cukup! Aku terlalu banyak mikir, jalanin dulu apa adanya, kalau pun memang Ryan straight, aku seharusnya biasa aja.
“Ada urusan apa tadi?” aku berusaha memecah keheningan.
“Eh...gak apa. Urusan dadakan aja”
“....”
“Kamu udah tahu lagu buat nampil opening show nanti?”
“Udah, tadi juga udah latihan sama Alif”
“Oh...”
“.....”
“....”
“Ryan... kamu....itu tadi Intan pacar kamu?”
“Ah...eh...itu...ehm iya”
“Oh....”
“.....kita udah putus”
“.....hah?”
“Tadi itu aku gak bisa anter kamu, karena dia minta aku nemuin dia. Kita memang sudah renggang akhir-akhir ini, dan puncaknya malam minggu kemarin. Kesalahan aku karena aku yang gak peka. Tapi dia juga masih terlalu kekanakan, gak bisa ngerti aku yang memang lagi sibuk semester akhir”
Malam minggu kemarin? Berarti kemarin seharusnya dia galau, tapi kenapa gak ada sama sekali tanda kalau dia galau kemarin malam?
“Tadi waktu aku nemuin dia, kita juga sempet terlibat pertengkaran, dan akhirnya aku ngucapin kata putus...”
“eh...kamu gak apa?”
“gak apa, hehe. Untung ada kamu yang nemenin”
“ oh jadi ceritanya aku jadi temen galau kamu nih”
“eh nggak temen galau apaan, haha, yang ada kamu malah jadi pengobat galau, hehe”
“emangnya aku apaan bisa ngobatin galau, hahaha”
Sisa siang itu, akhirnya suasana yang semula kaku jadi cair kembali. Paling gak aku tahu, Ryan cuma sekedar nganggep aku temen, dan dia juga sukanya sama cewek. Jadi aku juga harus bersikap se-normal mungkin, dan gak terlalu nanggepin semua perhatian dia. Karena dia itu straight.
***
Akhirnya latihan hari itu selesai, Ryan juga sudah pulang setelah makan siang tadi, dia bilang mau nerusin ngerjain tugas akhirnya. Aku juga gak mau dia males-malesan ngerjain kewajiban dia. Aku sudah siap-siap pulang, tapi tiba-tiba aku merasa ada yang berdiri di samping aku.
“Hey, lo pulang sama siapa?”
“Eh, lif. Belom pulang? Mungkin aku jalan aja lif, naik angkot, kosan aku juga gak jauh-jauh banget kok”
“Emm...gue bawa motor sih, bareng gue ajalah”
“Gak apa, lif. Aku jalan aja deh, hehe”
“Kenapa sih? Gak mau bareng gue pulangnya?”
“Eh...nggak bukan maksud gitu. Hmmm, ya udah ayo deh”
“gitu dong, diajakin jangan ditolak”
“....” Hell, ngajakin kok maksa sih.
“udah akrab banget ya sama Ryan?”
“Hah? Itu...emm..yah baru kenal lah, kebetulan dia mau ke kampus, jadinya makan bareng”
“Jadi yang lo tungguin tadi siang itu dia, so sweet banget sih lo”
“Eh...iya...hehe”
“Hmmmmmm...kosan lo dimana”
“gak jauh, nanti aku arahin aja”
“Oke. By the way lo mesti latihan sering, karena gue juga gak ada banyak waktu latihan, jadi kita meet nanti pas gladi. Lagunya juga mudah kok”
“Iya, lif. Siap”
***
Allan, hmmm... Cinderella...
Ryan? Shrek!!!
*Allan, yang kanan, dideskripsikan secara fisik seperti itu
*Ryan..yah meski gak terlalu mirip sama yang aku describe, tapi mendekati lah brewok nya hihi
@doodledeedum @lulu_75 @Asu12345 @balaka @DoniPerdana @pokemon @MarioBros @cute_inuyasha @AgataDimas @3ll0 @Rika1006 @ularuskasurius @rama_andika @AbdulFoo @RenoF @rone @kyuuzero @Tsu_no_YanYan @muffle @VeneNara @4ndh0 @hendra_bastian @JimaeVian_Fujo @jimmy_tosca @Agova @Aurora_69 @Rayafitri @Daser @Adi_Suseno10