It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Akhirnya saya kembali belajar menulis cerita. Semoga tidak mengecewakan dan menghibur.
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Cerita itu dimulai
Angin berhembus sangat dingin malam ini menambah dinginnya ruang tamu di rumah Deni. Sunyi dan sepi tidak ada lagi suara gurauan manja seorang wanita setelah wanita berusia 28 tahun - Tria biasa dipanggil oleh suaminya Deni - meninggalkan Deni dan kedua anaknya untuk selama-lamanya.
"Papaaaaa," jerit Sienna anak sulung Deni dan Tria
"iya nak, Sienna kenapa belum tidur?" Senyum Deni yang dipaksa berkembang diantara bibirnya.
"Papa, Sienna kangen ama bunda. Bunda kok belum pulang. Lama sekali bunda perginya."
"Sienna anak papa yang pintar. Bunda tidak pergi. Bunda ada kok di antara kita. Sienna masih ingatkan beberapa hari yang lali Sienna papa gendong saat bunda bertemu Tuhan"
"Iya pa, tapi kan bunda dikubur di dalam tanah. Bunda sendirian bertemu Tuhan. Sienna ingin nemani bunda ketemu Tuhan"
Nafas panjang terbuang dari dari mulut Deni seketika setelah Sienna mengutarakan hal itu.
"Kemari sayang, papa mau cerita."
Sienna segera mendekat dan mendekap papanya dengan erat. Merasakan kehangatan seorang ibu adalah hal yang pasti diinginkan oleh anak dimanapun berada. Namun semenjak kepergian ibu yang melahirkan, Sienna semakin dekat dengan papanya.
Denipun akhirnya bercerita dengan mendekap putrinya.
Saat itu ada sebuah keluarga yang sangat bahagia. Ada ayah, bunda, dan anaknya Leli. Mereka duduk bersama di kamar keluarga.
"Ayah bunda. Meninggal dunia itu apa?"
"Ayah sekarang gantian bertanya kamu mendengar meninggal dunia itu dari mana?"
"Tadi Leli dengar halo halo (pengumuman) di masjid gitu yah kalau bapak sairodji meninggal dunia dengan tenang. Habis itu banyak orang kumpul-kumpul di rumah bapak sairodji dan banyak yang nangis. Habis gitu yah ada orang yang ditidurkan tapi pakaiannya putih-putih. Takut Leli yah."
"Leli pernah lihat daun yang kering jatuh?"
Lelipun hanya mengangguk
"Oh ya Leli juga pernahkan liat kucing dirumah yang tiba-tiba tidak bisa bergerak dan setelah itu ditaruh didalam tanah?" Lelipun kembali mengangguk kepalanya.
"Daun dan kucing itu bertemu Tuhan karena Tuhan sangat sayang dengan daun dan kucing itu. Tuhan memanggil daun dan kucing itu karena ingin bertanya apakah daun dan kucing sudah berbuat baik? Begitu juga bapak sairodji harus bertemu Tuhan karena Tuhan ingin bertanya sudah berbuat baikkah atau berbuat tidak baik."
"Nah bapak sairodji pakai baju putih-putih agar bersih saat ketemu dengan Tuhan dan meninggalkan keluarganya, setelah menjawab pertanyaan Tuhan bapak sairodji tidak balik pulang ke rumahnya karena bapak sairodji ingin melihat keluarganya apakah keluarganya akan tetap berbuat baik jika tidak ada bapak sairodji di rumahnya.
"Berarti bunda itu juga ketemu Tuhan juga ya pah soalnya kan bunda waktu itu pakai baju putih putih."
"Benar sayang. Wah anak papa makin hebat"
"Bunda juga tidak kembali ke rumah sayang soalnya bunda ingin liat apakah Sienna tetap menjadi anak hebat meski bunda tidak ada di rumah?" Lanjut Deni.
"Tentu dong papa."
"Sekarang Sienna tidur. Adik saja sudah tidur dari tadi."
Tidak menunggu waktu yang lama, Sienna kembali terlelap tidur menerobos ruang mimpi. Semenjak sepeninggal Tria, Deni mengurus kedua anaknya sendiri. Dia hanya ingin mendidik anak-anaknya dengan tangannya sendiri.
Dengan sedikit usapan halus di kening anak sulungnya, Deni memberikan kasih sayangnya. Sedikit demi sedikit mata Sienna menutup dan menuju ke alam mimpi.
5 bulan sudah Deni melalui masa-masa sulit membesarkan kedua anaknya yang masih teramat kecil. Rasa syukur yang bisa diutarakan adalah mereka perlahan2 melupakan ketidakada bundanya. Deni berperan menjadi seorang ayah dan ibu sekaligus, menafkahi lahir dan batin untuk mereka berdua.
Sienna, 5 tahun. Seorang gadis cilik yang periang meski terkadang sering cemberut tiba-tiba. Deni, ayah sienna, merasa sudah saatnya menyekolahkan di sekolah fullday bersama adik laki-lakinya. Ia paham kedua anaknya butuh pendidikan, butuh lingkungan selain dirinya sendiri.
Akhirnya Deni memutuskan mencari sekolah yang direkomendasikan dari beberapa klien usahanya. PAUD cahaya bintang menjadi rekomendasi utama.
"Selamat pagi bapak," sapaan ramah kepala PAUD cahaya bintang
"Selamat pagi bu. Saya Deni Prayoga dengan 2 putra yang ingin saya titipkan untuk belajar bersosialisasi dengan kawan seusianya. Bisa dijelaskan seperti apa programnya?" Ujar Deni
Kepala sekolah itu menyampaikan panjang lebar tentang pembelajaran di tempat tersebut. Deni mengangguk dan mencoba memahami setiap perkataan perempuan paruh baya itu. Namun fokus dia tertuju kepada seseorang yang berada di dalam kelas tersebut.
"Siapa dia, sepertinya aku pernah melihatnya," ujar Deni dalam hati
Siapa dia... Jawabannya ada di chapter selanjutnya
Menerbangkannya ke setiap desiran rasa
Rasa yang terukir indah di setiap detail kehangatan
Membuncah dalam hembusan nafas yang tertarik
"Sepertinya aku tidak asing dengan wajah itu," ujar Deni di dalam lamunan.
"Maaf bu. Beliau guru di sini?" Tanya Deni
"Betul bapak, beliau salah satu guru yang difavoritkan oleh anak-anak di sini. Mari ikut saya."
Tanpa menjawab Deni mengikuti langkah ibu kepala sekolah itu. Langkah yang sepertinya memberikan harapan ke depan. Harapan untuk mencapai cinta yang lama.
"Selamat pagi kak Sofyan," sapa ibu kepala sekolah.
"Selamat pagi bu Diah. Ada yang bisa saya bantu?" Lontar Sofyan.
"Perkenalkan kak Sofyan beliau bapak Deni, kedua anaknya akan menjadi anak didik di sini."
"Deni Satria Wijaya, panggil saja Deni."
"Sofyan Wachid"
Jabatan tangan yang cukup erat bahkan ada energi yang menyalur diantara kedua. Energi yang pernah menyatukan mereka dalam satu frekuensi yang sama. Ada semacam pertemuan yang dirindukan selama ini dan itu cukup membuncah dalam dada mereka.
"Sepertinya aku pernah mengenal dia, aku tak pernah asing dengan wajah dan suaranya," bisikan hati Deni
Pertemuan ini membuat dada Deni sangat cepat berdetak. Seakan debaran ini adalah debaran rasa cinta pada pandangan pertama. Debaran yang mengingatkan pada getar pada cinta pertama beberapa tahun silam
Flash Back 15 tahun yang lalu
"Selamat Datang kami ucapkan kepada peserta Praktek Kerja Industri dari SMK Negeri 82 Malang. Kami PT Percetakan Kartasura dengan senang hati menerima peserta Praktek Kerja Industri di perusahaan kami. Silahkan ketua rombongan bisa memperkenalkan semua anggotanya," ujar sekretaris manajer HRD PT Percetakan Kartasura.
"Perkenalkan nama saya Ian, Nama Lengkap Sofyan Wachid Jurusan Manajemen Produksi Percetakan. Saya dipercaya oleh teman-teman menjadi ketua rombongan Praktek Kerja Industri di PT Percetakan Kartasura. Adapun jumlah peserta ada 11 orang dengan rincian 5 dari jurusan Manajemen Persiapan Produksi dan 6 dari jurusan Manajemen Produksi Percetakan." Kata Ian dalam perkenalannya.
"Baik mas Ian, terima kasih. Saya akan memperkenalkan beberapa jajaran manajemen yang akan berhubungan dengan kalian secara langsung. Paling ujung sebelah kanan pak Robert beliau adalah Supervisor Editing dan Montage, sebelah kiri pak Robert adalah pak Andrew beliau supervisor Produksi Cetak, selanjutnya adalah ibu Diana beliau supervisor Binding. Sedangkan di sebelah saya adalah Deni Satria Wijaya Manajer Produksi.
"Praktek Kerja Industri akan dimulai besok dengan pekerjaan yang akan dibahas kemudian, selain ketua rombongan boleh menunggu di ruang tunggu dan mempersiapkan untuk kelengkapan administrasi."
Sepeninggal peserta meninggalkan ruang rapat, manager HRD, manajer produksi dan beberapa supervisor mengadakan rapat untuk penempatan peserta. Setelah berunding kurang lebih 30 menit mereka memutuskan 5 siswa manajemen persiapan percetakan akan ditempatkan di bagian binding 2 siswa, produksi cetak 2 siswa dan pengeplatan 1 siswa sedangkan 6 siswa manajemen produksi percetakan akan ditempatkan di bagian editing 3 siswa dan montage 3 siswa.
Deni
Deni, 23 tahun namun sudah mendapatkan kepercayaan menjadi manajer produksi. Wajah yang khas jawa, berkulit kuning, bermata teduh dan sangat humble menjadi salah satu favorit dari jajaran manajemen. Bahkan tak jarang beberapa manajemen perempuan bersedia menjadi pasangan, namun hingga sekarang dia hanya diam tidak menanggapi rasa suka teman-teman kerjanya.
"Luar biasa, masih 16 tahun namun cara dia berbicara sangat percaya diri wajah saja dia jadi ketua rombongan," kagum Deni dalam hati.
Deni mengagumi Ian karena kemampuannya memperkenalkan diri dan teman-temannya. Dia percaya kemampuan Ian pasti akan dilirik oleh jajaran HRD untuk direkrut tanpa test selepas mereka meski harus menunggu waktu 1 tahun kedepan. Rasa kagum Deni semakin muncul saat jajaran manajemen beserta Ian berunding untuk menempatkan peserta Praktek Kerja Industri di beberapa bagian.
"Ian, keharusan bagi kami untuk mengenalkan seluk beluk pekerjaan yang ada di perusahaan kepada peserta prakerin, jadi kami akan menempatkan siswa sesuai dengan jurusannya." Ujar manajer HRD
"Baik bapak, namun apakah tidak sebaiknya mereka ditempatkan di bagian yang berbeda terlebih dahulu karena ketika kami di sekolah tetap mendapatkan pelajaran di luar jurusan kami."
"Bagaimana menurut pak Deni selaku mentor di lapangan nantinya?"
"Tidak salah jika mereka mengenal terlebih dahulu di luar area pekerjaannya nanti agar saat di bagian spesialisasi, mereka lebih matang dan mampu menyelesaikan pekerjaan."
"Baiklah, pak Deni akan membagi semua siswa dan Ian bisa mengambil buku laporan di ruang sekretaris saya kalian berkeliling ke semua bagian produksi."
30 menit sudah mereka membagi masing-masing bagian.
End Flashback
Beberapa saat Deni dan Sofyan terdiam, hatinya mengembara dalam hubungan masa lalu. Namun logika berhasil menguasai pikiran mereka berdua. Senyum terukir di antara bibir Sofyan dan terbalas dengan senyum yang tidak kalah menawan.
"Mohon bimbingan untuk putri saya Sienna pak Sofyan dan bisa sabar terhadap sifat manjanya," ungkap Deni.
"Teman-teman disini memanggil saya kak Sofyan, alangkah baiknya bapak bisa memanggil dengan hal yang sama."
Deni kembali seperti melihat senyum yang dulu pernah menemani. Teman disaat melalui perubahan hidup yang tidak pernah disangka.
Pertemuan Deni, Sofyan dan ibu kepala sekolah berakhir sewaktu Deni berpamitan undur diri terlebih dahulu. Deni memastikan ke lembaga pendidikan tersebut.
Pahit dan manis perjalanan kehidupan
Memberikan secarik pengalaman
Namun cerita itu tak mampu dituliskan
Dalam kalimat-kalimat cerita nostalgia yang bertuan
Deni kembali pulang menuju perusahaan yang dipercayakan kepada dia untuk dikomandai. Dengan sebuah motor yang setia menemani selepas istrinya meninggal.
Perjalanan menuju kantornya terasa sangat lambat dan ingatannya berpulang menuju masa lalu bersama seorang anak muda. Ian, wajah polos remaja yang menemani 4 tahun lamanya sekelebat memenuhi pikirannya.
4 tahun perjalanan cinta bersama seorang remaja ketika usia menjelang usia matang memberikan cerita pelangi dalam kehidupannya. Kehidupan penuh warna dengan segala cerita bahagia, sedih bercampur menjadi satu padu.
1 jam kemudian sampailah Deni di perusahaan dengan semangat berlipat ganda. Sapaan ramah yang menghilang sejak kematian istrinya sudah tak tampak lagi.
"Selamat pagi pak Defri, selamat berjaga." Sapa Deni.
"Selamat pagi juga pak Deni." Jawab salah satu security yang bertugas di pintu utama perusahaan.
Aura Deni dan senyum yang menghias di wajahnya telah muncul. Rasa rindu para karyawannya akan sambutan hangat telah muncul. Keinginan terpendam sehingga mereka berkeyakinan bahwa perusahaannya tidak seperti perusahaan mati.
"Pagi pak Deni. Ini jadwal presentasi dengan beberapa instansi pemerintah dan kampus dalam minggu ini."
"Oke nick. Untuk hari ini bagaimana?"
"Bapak harus menemui ibu Aria pada pukul 2 siang untuk membahas penerbitan panduan kota wisata."
"Baik siapkan filenya. Kita berangkat pukul 1." Jawab Deni dengan antusias
Antusias dan energi yang sudah tenggelam telah memancar kembali. Ruh perusahaannya kembali meletupkan kegarangannya.
Ditempat yang lain.....
Sofyan sejenak melupakan pertemuan dengan pria yang akan menjadi walimuridnya. Dia kembali beraktifitas bersama murid-muridnya yang hanya tinggal 30 menit.
"Baik anak-anak sekarang saat beres-beres. Sudah waktunya pulang."
"Horeeee. Beres-beres yang rapi yang rapi. Ayo beres-beres yang rapi," dengan serempak murid-muridnya bernyanyi.
Tidak lama kemudian semua muridnya pulang dan menyisakan guru-gurunya begitu juga sofyan. Aktifitas yang melelahkan bagi Sofyan hari itu.
"Sepertinya aku pernah melihat laki-laki tadi. Orang yang pernah tinggal di masa lalu," ujar Sofyan dalam hati.
Keping-keping masa lalu yang pernah pecah seakan menyatu kembali. Dunia yang pernah hitam dan putih didepannya muncul bagaikan slide foto.
"Mas deden (panggilan sayang utk Deni di masa lalu) bertahun-tahun kita tidak bertemu bagaimana denganmu. Masih adakah rasa sayang seperti dulu. Cinta dan sayangku masih tetap sama," getar jiwa Sofyan dalam lamunannya.
"Meski aku telah melewati dan mengenal beberapa pria ternyata rasa itu belum pernah hilang. Caramu memberikan perhatian, memanjakan aku yang sering muncul. Aku rindu bertemu denganmu. Ijin aku Tuhan untuk melihatnya."
Cinta pertama datang
Tak pernah menghilang
Meski ribuan detik telah berpisah
Namun jiwa tak pernah sedikitpun melangkah
Menarik beberapa sahabat dan teman
@erickhidayat
@lulu_75