It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Trus gimana tuh persahabatan alfa sama chae ? (Icha)
@lulu_75 ketangkep basah tuh :v
@Kim_Hae_Woo679 padahal mereka belum ngapa2in udah dituduh ada apa2 :v karna salah dan benar itu pilihan :v lol
@Aurora_69 mungkin maksudnya astaga si komo cakep banget *plak :v
@kikyo jimmy bukan dalang. Dia ngebedain wayang arjuna sama hanuman aja nggak bisa :v lol kalo masalah rokok dan minum2 komo cuma berusaha menyesuaikan dengan lingkungan disekitar komo yang kurang lebih sama. Hahaha dan salam bandel :v
@QudhelMars jangan main bedug sembarangan tar dimarahin pak ustad lol pantengin aja terus kelanjutannya :v
@rahmad1 makasi udah mau membaca. Untuk kelanjutannya pantengin aja update selanjutnya
@CouplingWith siap pasti kok. Makasi sudah membaca
Aku sering memikirkan ini. Saking seringnya aku sampai merasa tak habis pikir dengan diriku sendiri.
Apa aku sudah gila?
Aku sering bertanya tapi lebih aku dapati pertanyaanku menggantung begitu saja lalu melayang, menghilang tanpa mendapat jawaban apapun. Lalu setelah sekian menit pertanyaan itu akan kembali datang seolah menuntut jawaban padaku. Seolah - olah cuma aku satu - satunya orang yang tahu jawabannya! Apa orang lain juga berpikir sebegini kerasnya saat mereka menghadapi insiden yang tak bisa mereka hindari?
Kadang aku bertanya pada diriku sendiri. Tidakkah aku terlalu membesar - besarkan masalah? Maksudku itu hanya sebuah kecelakaan kecil. Malam itu Arsha mabuk dan aku hanya berusaha membantunya. Kemudian dia berusaha menciumku dan aku tidak berusaha menolaknya karna dua hal. Pertama, dia berusaha begitu keras menggodaku. Kedua karena aku sama sekali tidak dapat menahan diriku sendiri karena-jujur jauh di dalam lubuk hatiku aku menginginkannya. Tidak ada yang bisa menyalahkanmu jika itu memang keinginanmu sendiri kecuali dirimu sendiri!
Aku belajar dari pengalaman sendiri. Saat kau punya keinginan maka kau akan berusaha untuk bisa mewujudkan keinginanmu menjadi kenyataan. Entah bagaimana sulitnya kau pasti akan selalu berusaha menemukan cara agar keinginanmu itu terkabul. Begitu juga denganku. Dulu, dua tahun yang lalu, saat aku baru sebulan jadi anak kelas satu SMA aku dan Jimmy iseng melewati lapangan basket saat menuju kantin. Di lapangan sedang ramai anak - anak yang bermain basket dan salah satu diantaranya tampak paling menawan. Dengan seragam basket tanpa lengan yang memperlihatkan lengannya yang panjang dan kokoh dan posturnya yang tinggi membuat jantungku berdegup kencang. Dalam hati aku bertanya siapa cowok itu?
Kemudian keesokannya aku kembali menuju lapangan basket melihat apakah cowok itu bermain basket lagi. Tapi setengah jam lamanya aku menunggu disana tapi tak ada kulihat dia datang. Kemana perginya dia? Apa mungkin dia tidak datang? Kekecewaan memenuhi hatiku. Lalu saat bel pelajaran kelima dimulai aku bergegas menuju perpustakaan untuk meminjam modul kimia. Aku segera mencari modul yang kucari di rak kimia. Sedang sibuk mencari aku tidak sadar sudah menangkap tangan seseorang yang hendak mengambil modul yang sama. Aku berjengit dan menoleh kearah sampingku.
Dia? Kenapa ada disini?
Dalam kilatan waktu yang terasa mengalir begitu deras aku mendadak tersentak dan menarik tanganku yang masih menangkap tangannya. Karena gerakan menarik tangan yang tiba - tiba membuat salah satu modul terjatuh dan tepat mengenai kepalaku lalu jatuh ke lantai dengan suara berdebum.
"Aduh!" Geramku kesal. Modul itu cukup tebal dan lumayan sakit saat mengenai kepalaku. Belum hilang rasa sakit di kepalaku aku bahkan harus menelan bulat - bulat tingkah konyol dan memalukanku di depan cowok itu. Aku melirik cowok itu dari ujung mataku, penasaran pengen melihat reaksinya. Rupanya cowok itu tampak begitu santai dan tanpa merasa terusik dia mengambilkan modul yang terjatuh itu dan menyorongkannya padaku.
"Ini modulmu" begitu katanya. Aku menatapnya setengah tak percaya.
Selain ganteng cowok ini juga punya suara yang bagus. Aku mati - matian menenangkan diri sendiri. Aku mengambil modul itu dengan sengaja mendekatkan tanganku sehingga tanganku dan tangannya bertemu untuk yang kedua kalinya.
Astaga aku nggak percaya aku melakukan hal senista itu!
Dengan nada suara semenyenangkan mungkin aku berterimakasih dan tersenyum padanya. Lalu dengan langkah terburu - buru aku berusaha menghilang dari pandangan cowok itu. Kalo bisa aku kepengen masuk ke dalam perut bumi sekarang juga!
Sepulang dari sekolah aku tak bisa berhenti memikirkan cowok itu. Setiap mau ngapa - ngapain aku teringat cowok itu terus. Gila! Aku merasa udah mau gila rasanya. Keesokannya aku memulai aksi gilaku, yakni mengikuti kemana pun cowok incaranku itu pergi. Aku benar - benar pengen tahu dimana kelasnya, dimana rumahnya, apa hobinya, siapa temannya, dimana dia biasa nongkrong, dan sebagainya.
Aku sudah berusaha menahan diriku sendiri tapi sama sekali tak berhasil. Aku sering berpikir apa aku sudah mulai gila? Tapi sesuatu menyadarkanku.
Aku tidak gila.
Aku mencintai cowok itu.
Dan cinta itu memang gila!
Ingin sekali rasanya aku mentertawakan diriku sendiri kalau mengungkapkan ini. Hanya saja kalau aku tidak ceritakan ini maka tidak akan seru jadinya. Selama seminggu itu aku intens mencari tahu siapa cowok itu dan akhirnya aku mengetahui siapa cowok itu. Namanya Arsha dan dia anak IPS. Pantas saja aku tak pernah melihatnya nongol di gedung IPA.
Saat sedang di kantin aku sering memperhatikan bagaimana Arsha mengunyah makanannya. Aku sering memperhatikan dengan detail sekali bagaimana bibir tipis itu akan membuka dan mengunyah makan siangnya dengan gerakan perlahan dan lambat. Andaikan saja aku bisa berubah menjadi makan siang Arsha tentunya aku akan menjadi sangat bahagia bisa merasakan bagaimana tekstur bibirnya melumatku dalam gerakan perlahan dan lambat. Wah, pasti menyenangkan sekali!
Tapi kita sedang hidup di dunia nyata. Dimana nggak ada manusia yang bisa berubah jadi makan siang kecuali dia memang benar diniatkan untuk dimasak untuk jadi makan siang. Bukankah ini aneh? Dulu saat masih belum kenal Arsha seperti sekarang aku begitu inginnya merasakan bibirnya sampai berharap bisa menjadi makan siangnya, lantas saat aku sudah dekat dengannya dan faktanya sudah dua kali merasakan bibirnya aku malah tidak bahagia? Wah, wah, lihat betapa labilnya tingkahku itu? Si komo aja sampe gregetan saat menuliskan ini semua.
Eh?
Aku tahu. Bisa berciuman dengan Arsha meskipun cuma sekali saja sama artinya seperti mimpi yang jadi kenyataan. Lantas kalo sudah dua kali berciuman bukankah itu artinya sama seperti kepengen minum air malah dapat minum dua gelas limun? Alfa, Alfa nikmat yang mana lagi yang mau kau dustakan?
Kenapa kamu sibuk mikirin hal yang nggak seharusnya kamu pikirin? Memangnya kenapa kalo Icha melihatmu lagi ciuman sama Arsha? Apa itu salah? Nggak! Icha tahu betapa naksirnya kamu sama Arsha dan sebagai sahabat apa yang bakal Icha lakuin? Dia tentunya bakal mendukungmu kan? Bukannya dia sering menjailimu untuk mencium Arsha sekali - kali?
Aku masih tak percaya pada pemikiranku sendiri. Bagaimana mungkin ini terjadi? Tapi... kalau aku mau berpikir lebih tenang semuanya jadi kelihatan lebih terang. Ya, aku mengerti sekarang. Icha kaget waktu itu karena itu pertama kalinya dia melihat dua orang cowok berciuman di depan matanya. Meskipun Icha termasuk orang yang terbuka pada masalah orientasi seksual tapi tetap saja memorgi dua orang cowok sedang berciuman itu pasti sulit baginya. Apalagi yang dilihatnya berciuman adalah sahabatnya dan teman masa SDnya. Bisa dibayangkan, kan kedengarannya seperti skandal yang besar? Kemudian Arsha berusaha menjelaskan dan meluruskan segala sesuatunya pada Icha. Alasan terkuat yang bisa kupikirkan adalah Arsha nggak mau Icha berpikir yang tidak - tidak mengenai dirinya dan aku. Meskipun tanpa dia sadari sebenarnya Icha itu 'tahu'. Dan insiden ini tak lebih dari sebuah kesalahpahaman semata.
Aku menarik nafas lega. Aku merebahkan diri di kasur dan kudapati malam semakin larut saat Si Tiang Listrik masuk ke kamar untuk tidur. Aku memeluk gulingku pasrah saat sebuah ingatan mengusikku.
Aku ingat bagaimana ciuman pertamaku dengan Arsha terjadi karena dia kalah dalam permainan. Kemudian ciuman kedua terjadi saat dia mabuk. Lalu sebuah pertanyaan besar menggantung di kepalaku.
'Apa aku dan Arsha hanya berciuman diatas ketidaksengajaan semata?'
Aku menggeleng dan memilih enggan menjawab.