It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kayakny rasha ama arsha itu org yg sama dan kayaknya icha udh tau cm gak mau liat alfa down hahhaa
D tunggu update lanjutannya y @o_komo
Berharap alfa ama jimmy aj
Pov arsha n randy d hadirkan jg dong pas mreka 1 scene hahahhaa
Jadi, buat yang masih pengen baca tulisan komo yang alakadarnya ini, komo kasih kilasan ceritanya.
Alfa, naksir Arsha sejak dua tahun lamanya. Berkat bantuan sahabatnya, Jimmy dan Icha dan faktor hoki Alfa akhirnya bisa dekat sama Arsha. Selama pendekatan, masalah - masalah mulai bermunculan. Dimulai dari Randy, mantan Alfa yang pengen ngajak balikan, kemisteriusan Arsha, dan terakhir tragedi ciumannya dengan Jimmy.
Bagian #4
Sekarang aku sedang menunggu Jimmy selesai mandi di kamarnya. Sepulang dari main futsal kita langsung ngacir ke rumah Jimmy buat mandi dan ganti pakaian. Si Jimmy sudah hampir setengah jam lamanya di kamar mandi tapi belum keluar - keluar juga. Aku bergelung malas di atas ranjangnya. Lalu sedetik kemudian pintu kamar mandi terbuka dan Jimmy muncul dari kamar mandi. Dengan tampang tak bersalah dia melempar cengiran lebar padaku.
"Mukamu kenapa? Kusut banget" candanya padaku.
"Gimana nggak kusut? Gila setengah jam gue nungguin lu mandi" sungutku langsung duduk bersila.
"Lagian lu diajak mandi bareng nggak mau" balasnya sambil memilih baju di lemari pakaian.
"Ogah aku mandi bareng kamu. Nggak ada seru - serunya" cibirku.
"Terserahlah. Sana lu cepet mandi! Badan lu bau terasi" perintah Jimmy sambil menutup hidung. Dahiku langsung mengkerut.
"Enak aja! Badanku itu seharum susu hangat tau" kataku nggak mau kalah. Jimmy melempari wajahku dengan handuk. Dasar sialan orang itu.
"Banyak bacotlu. Mandi sana!" Katanya padaku. Aku langsung pasang muka jayus.
Aku belum pernah pergi ke rumah Tommy begitu juga Jimmy. Jadi kita pergi ke sana berpegangan pada sms yang dikirim Evan tadi sore.
"Jalan Patimura belok kiri, Jim" kataku memberi arahan. Jimmy menurut dan segera belok kiri. Motor terus melaju dijalanan. Aku memperhatikan lalu lintas malam itu yang terbilang padat. Lalu Jimmy berhenti saat lampu merah. Aku memandang langit yang gelap. Lalu kerlipan cahaya motor dan lampu jalan tampak seperti bintang - bintang mungil. Aku menengok sekilas ke sekelilingku dimana orang - orang juga sedang menunggu lampu merah. Semenit kemudian lampu berubah hijau dan Jimmy segera tancap gas. Kemudian handphoneku berdering pertanda ada sms masuk. Nama Arsha tertulis di layar handphoneku.
From : Arsha
Kmu dmn? Jdi dtg kn?
Aku langsung mengetikkan sms balasannya.
To : Arsha
Otw Sha. Bntr lg smpe
From : Arsha
Sip
Lima belas menit kemudian kita sampai juga di rumah Tommy. Jimmy langsung membariskan motornya di sebelah motor - motor lain yang terparkir rapi. Aku kagum dengan rumah Tommy yang didesain minimalis dengan halaman hijau luas. Dari sini aku bisa mendengar keriuhan pesta. Musik terdengar keras dari stereo dan beberapa orang tampak bergerombol dengan yang lain.
Aku berjalan disamping Jimmy yang tampak santai dan tenang sekali. Sementara aku, entah kenapa merasa kikuk dan tegang. Ckckck. Lalu Jimmy menyapa Evan yang sedang duduk bersama beberapa orang di teras.
"Gue kira kalian nggak bakal datang" canda Evan sambil nyengir.
"Datanglah. Gue kan udah janji dateng bareng Alfa" sahut Jimmy sambil merangkul bahuku. Evan cuma tertawa.
"Tommy dan kawan - kawan kemana?" Tanyaku kemudian.
"Paling lagi ngumpul di kebun belakang" begitu kata Evan sambil menghembuskan asap rokok.
"Yaudah kita kesana dulu, Van" kataku dan Evan mengangguk.
Suara musik terdengar makin keras saat aku sampai di kebun belakang. Rupanya disini sumber musiknya. Di kebun belakang jumlah orangnya lebih banyak. Ada sekitar dua puluh orang kira - kira.
"Alfa! Jimmy!" Tommy berseru sambil melambaikan tangannya. Kita segera menghampirinya yang sedang duduk di undagan bareng beberapa cowok yang merokok seperti lokomotif.
"Rame juga yang datang" kataku memulai obrolan.
"Kebanyakan temen adik gue. Dia kayaknya ngundang temen satu kelasnya kesini" balas Tommy terkekeh.
"Lu punya adik?" Jimmy bertanya. Tommy mengangguk.
"Cewek. Tapi nggak tahu pergi kemana. Mungkin ngerumpi sama temen ceweknya" sahut Tommy. Dia menawarkan rokok padaku dan Jimmy. Aku menolak sementara Jimmy mengambil satu. Jadilah cuma aku cowok yang nggak merokok disini. Lalu kulihat Arsha lewat menuju kesini. Malam ini dia memakai sweter biru gelap garis - garis dan celana denim panjang. Ditangannya dia membawa dua kaleng coca cola.
"Disini rupanya kalian. Sesajennya udah siap tuh. Cepetan serbu" kata Arsha.
"Ayo, semuanya kita makan" kata Tommy, si tuan rumah semangat.
"Yaaaa!!" Seruku dan yang lain kompak. Lalu kemudian tertawa melihat tingkah kita yang kekanakan.
Aku berjalan paling belakang dan kulihat Arsha masih berdiri di tempatnya. Dia menyodorkanku sekaleng coca cola. Aku mengambilnya dan tersenyum.
"Makasih" Dan Arsha mengangguk.
"Buat gue mana, Sha?" Tanya Jimmy kemudian.
"Gue cuma bawa dua. Kalo lu mau ambil sana. Masih banyak kok" sahut Arsha. Jimmy cuma mengangguk saja. Lalu dia mengambil coca colaku lalu meneguknya. Puas menghabiskan setengah isinya, tanpa perasaan bersalah Jimmy langsung mengembalikannya padaku. Aku langsung merengut menahan kesal.
"Sekalian aja lu habisin sampe ke kaleng - kalengnya!" Sungutku sebal. Jimmy dengan santainya cuma terkekeh saja. Aku melihat Arsha ikutan terkekeh. Aish, melihat Arsha terkekeh seperti itu membuatku ingin sekali memakannya. Gimana, sih caranya dia bisa jadi semanis itu?
Belum habis terpana sekonyong - konyong muncul Icha dengan kaus longgar, jaket dan celana selutut. Aku dan Jimmy sama - sama terkejut melihat Icha ada disini. Bagaimana dia bisa datang kemari?
"Icha? Kok lu ada disini?" Tanya Jimmy kemudian.
"Kenapa? Emang gue nggak boleh dateng kesini?" Sahut Icha balik bertanya.
"Emang gue ngelarang lu kesini? Gue cuma nanya, neng. Lagian lu kenapa nggak ngasih tau kita kalo lu bakal kesini?" Sahut Jimmy tak mau kalah.
"Gimana ngasih tau gue aja nggak tahu kalian bakal kesini. Lagian gue baru aja ditelpon sama Sandra sejam yang lalu"
"Sandra siapa?" Tanyaku.
"Adiknya si Tommy" Icha menjawab singkat. Jadi nama adiknya Tommy, Sandra. Aku mengangguk dan baru menyadari kalo sedari tadi Arsha masih berdiri di tempatnya tanpa bicara sepatah kata pun.
"Oh, iya Cha, kenalin ini te-temen gue Arsha. Arsha ini Icha" kataku berusaha mengenalkan mereka. Mereka tampak saling berpandangan. Dan entah kenapa saat menyebut Arsha sebagai seorang teman membuat perasaanku jadi semakin getir. Aku berusaha bersikap biasa saja. Icha tersenyum sportif padaku, tahu benar bagaimana perasaanku.
"Hahaha, aku sudah kenal dia kok" kata Icha sambil nyengir. Aku langsung cengo saat itu juga.
"Kapan kalian saling kenal?" Tanyaku.
"Kita kenal udah lama. Dia teman SDku dulu" sahut Arsha. Padahal aku bertanya pada Icha.
Kita berempat langsung menuju tempat makan sambil tetap melanjutkan obrolan yang kebanyakan di dominasi Icha dan Arsha tentang masa SD mereka dulu. Saat mengambil minum aku teringat pernah melihat sms Arsha dari teman SDnya yang bernama Icha. Jadi Icha itu, Icha sahabatku? Wah, sepertinya dunia cuma seluas daun kelor. Dan entah darimana perasaan cemburu ini menyusup dalam hatiku.
Sambil mati - matian menahan perasaanku sendiri aku memilih mengasingkan diri dari mereka. Kalau pun aku ikut bareng mereka, aku juga nggak bakal nyambung sama mereka. Lagipula mereka berdua, kan cuma temen masa dulu? Wajar aja kan kalo mereka jadi deket dn ngobrol banyak? Dan lagi Icha itu kan udah punya pacar. Nggak mungkinlah dia sama Arsha ada apa - apa.
Aku menoleh ke belakangku begitu seseorang menepuk bahuku. Jimmy tersenyum kecil padaku.
"Lu kelihatan kayak orang lagi banyak masalah" katanya padaku.
"Nggak kok" sahutku lemah. Jimmy menawariku rokok. Tanpa pikir panjang aku segera mengambilnya lalu menyulut rokokku. Aku menghisap rokokku dalam - dalam lalu menghembuskannya perlahan. Rasanya lebih menenangkan. Jimmy ikut menyalakan rokoknya kemudian dengan suara berbisik Jimmy berkata.
"Semua orang punya hak buat berteman". Dia bicara tanpa memandangku tapi aku tahu kata - kata itu untukku.
"Aku tahu. Tapi apa harus seperti itu? Apa harus sedekat itu?" Tanyaku memandang Jimmy.
"Memangnya tidak boleh?" Dia balik bertanya padaku. "Apa teman nggak boleh seperti itu? Kalau mereka jauh - jauhan bukan teman namanya. Tapi musuh"
"Iya aku tahu. Tapi bukan itu maksudku, Jim" aku mengerang.
"Lalu apa?" Jimmy menatapku dengan pandangan meremehkan.
"Ini soal perasaan. Aku.. aku nggak bisa melihat mereka bareng. Okelah, aku nggak perduli Icha jalan atau deket sama siapapun di dunia ini tapi tolong asal jangan sama Arsha" kataku lemah. Aku menghisap rokokku lalu menghembuskannya perlahan. Jimmy menatapku lalu terkekeh.
Dia mendekat kearahku, saking dekatnya mungkin kita hanya berjarak sesenti. Dia lalu berbisik ditelingaku.
"Tahu nggak kamu itu kelihatan egois banget?" Bisiknya lalu dengan kurang ajarnya dia menyembur mukaku dengan asap rokok.
"Kampret! Cari mati lu, Jim!" Sungutku bersiap mengejar Jimmy yang sudah kabur duluan.
Cocoknya alfa ama jimmy tuh..saling melengkapi
Ato jimmy nya ama aku aja deh
Lanjut & mention ya kak komo