It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Tsunami kurang apanya?
kurang puas? mau lagi? tenang nanti gue lanjut kok!
@gaybekasi168 thnx. btw lo bekasinya mna?
Author Pov#
Braakk......!!
"Kenapa Raz? Pulang-pulang kok langsung banting pintu dan marah-marah gitu?" omelan hangat Mom menyambut, begitu Razel masuk ke rumah.
"Mom tau nggak? Hari ini Razel sial banget, sepeda Razel ke serempet motor, terus jatuh ke selokan. Eh..... Udah gitu Razel terlambat masuk gerbang cuma berapa menit di kasih surat peringatan sama Kak Putri"
"Aduh! Mom bilang juga apa! Jangan bawa sepeda!"
"Tapi Razel senengnya pake sepeda, Mom!"
"Sekarang sepeda kamu mana?"
"Masih di selokan, mom" jawab Razel polos.
Mom memijit kening nya sendiri, ia mendadak pening kalo udah ngurusin anaknya yang satu ini. "Yaudah.... Kalo kartu peringatannya?"
"Nih!" ujar Razel seraya menyodorkan kartu peringatan. "Razel mandi dulu ya, Mom!"
Razel berlari ke kamarnya yang berada di lantai 3. Bisa di bilang rumahnya ini sangat besar dan luas. Ini adalah rumah barunya, soalnya rumah yang lama di gusur satpol pp. (Ngaco)
Sesampainya di kamar, Razel menanggalkan seluruh pakaiannya dan berjalan ke bawah shower. Tangannya meraba keran shower dan membukanya hingga maksimal.
"Aaaakkkhhhhh........!!!" jerit Razel sekuat tenaga begitu air shower mengguyur tubuhnya. 'Dingin banget! Pasti beli di kutub utara!' gerutunya dalam hati.
Jeritan tersebut sangat memekakan telinga, buktinya Mom cepat-cepat ke kamar Razel.
"Raz? Kamu kenapa?"
Razel dapat mendengar suara Mom dibalik pintu, tapi dia gak sanggup menjawab karena masih menggigil kedinginan.
"Oh iyaa... Mom lupa bilang water heater di kamar mandi kamu lagi rusak, jadi terpaksa siang ini kamu mandi air dingin! Lumayan, biar seger! Apa lagi habis panas-panasan"
"Huh! Seger apanya? Yang ada bikin Razel jadi es lilin sih iya! Mom kan tau, Razel nggak suka mandi pagi-siang-sore pake air dingin..."
"Yaudah! Mom minta maaf! Sebagai permintaan maaf Mom, kamu boleh minta apa yang kamu mau, tapi inget hanya satu!"
"Mom janji?"
"Ya Mom janji"
"Apapun itu yang Razel mau?"
"Ya!"
Razel tersenyum seperti iblis yang sedang bahagia mendapatkan hadiah.
"Mom! Razel pengen Lamborghini Veneno!"
"Ya ampun Razel! Itu kan mahal banget! Kira-kira dong!"
"Mom udah janji lo..... Kan Mom pernah bilang kalo manusia itu nggak boleh ingkar janji!"
Mom mati kuman karena termakan omongannya sendiri, lalu menghela napas pasrah.
"Iya deh! Nanti Mom bilang ke Dad"
"Yeay...! Tapi harus yang warna abu-abu"
"Iya-iya"
♣♦♥♠
Razel Pov#
Hmm.....
Gue pandangi diri gue di cermin. Hmm... Udah ganteng.
Setelah itu gue turun ke lantai satu, menuju ke ruang makan.
Sesampainya disana gue duduk di sebelah kak Putri.
"Pagi Dad, Mom, kak!"
"Pagi Razel!"
Kami sarapan dalam diam, begitulah keluarga gue, kalo makan gak boleh berisik.
Setelah selesai sarapan, gue meminum susu cokelat kesukaan gue.
"Jadi, kamu pengen mobil??" tanya Dad sambil mandang gue tajem.
"Yes! Kan Mom udah janji sama Razel, yaudah Razel minta mobil"
"Tapi, yang kamu pengen itu mahal banget!"
"Maaf Dad? Emangnya Razel minta mobil apa?" sela kak Putri.
"Lamborghini Veneno!"
"What?!! Are you serious?"
"Ya..."
"Tapi itu mahal banget Razel!" kak Putri natap gue dongkol.
"Salah siapa? Mom dong! Suruh siapa ngasih gue permintaan"
"Udah-udah jangan berantem, Razel nanti Dad akan belikan, tapi kamu harus janji, kalo kamu belajar di sekolah dengan giat"
"Oke bos!"
♣♦♥♠
Author Pov#
Di tempat lain dalam waktu yang sama.
"Revel!"
Refleks cowok tampan bertubuh tinggi dan atletis yang dipanggil 'Revel' itu menoleh kearah datangnya suara, membuat beberapa helai rambutnya bergoyang alami, makin mendukung ketampanannya.
"Apa lagi sih, Ma?" tanya Revel sambil nerengut kecil.
"Nanti pulang sekolah langsung pulang ke rumah ya.. Jangan keluyuran nggak jelas!" kata Mama Revel sambil merapikan kerah seragam putra kesayangannya itu.
"Revel kan nggak pernah keluyuran, Ma!" ujar Revel dengan wajah bete.
"Yaudah sana nanti telat!"
"Siap Ma!"
"Revel, ayo berangkat!" seru Papa dari dalam mobil.
"Iya, Pa!"
Dengan gesit, Revel mengambil tas dan menyampirkannya di bahu.
"Dah, Mama!" ujarnya sambil mencium kedua pipi Mamanya.
Setelah itu, dengan cepat Revel berlari masuk ke mobil, duduk di sebelah Papanya yang ada di kursi pengemudi.
"Lain kali, kalo begini lagi, Papa tinggal lho!" ancam Papanya sambil mulai melajukan mobilnya.
"Sorry deh, Pa! Yang bikin lama kan Mama!"
Revel membela diri sekenanya. Dengan gesit ia menyalakan tape mobil dan mengalunlah lagu My Immortal dari Evanescence. Suara merdu Amy Lee membuatnya semangat.
Tak ada yang berubah dari diri Revel selain fisik. Revel masih sama seperti Revel yang dulu, tapi Revel yang sekarang tidak sepolos Revel yang dulu. Andai ia dapat memutar waktu, ia tidak akan merasakan sakit dan menyesal saat ini.
♣♦♥♠
Razel Pov#
Saat ini gue dan Kevin sedang berada di kantin.
"Gue sebel sama hidup gue. Kok nggak ada seru-serunya sedikitpun!"
"Lo kenapa sih? Ada masalah? Masalah itu jangan di bikin pusing!"
"Gue pengen banget kayak Christian Grey. Hidupnya tuh seru banget!" gue masih aja ngomong, gak peduliin omongan Kevin.
Kevin bergidik ngeri. "Lo kira nyiksa orang tuh seru? Dasar lo freak!"
Gue tatap matanya Kevin. "Menurut gue itu seru!"
Kevin memutar bola matanya kesal. "Ya ampun Raz! Kenapa penyakit 'freak' lo kambuh sih? Lama-lama penyakit lo itu nggak bisa sembuh dan menular kayak HIV" seru Kevin.
"Masa ah? Emang kalo gue nge-sex sama orang, orang itu bakalan tertular ya??" ujar gue sambil menggaruk kepala gue yang nggak gatel.
"Freak lo!"
"Freak itu bukan penyakit, tapi kata. Yang ada juga lo kali yang aneh!"
"Terserah lo deh! By the way... Masalah lo apa sih?" tanyanya sambil mengaduk-aduk jus jeruknya dengan sedotan.
"Gue bingung!" jawab gue.
"Sebingung-bingungnya lo, baru kali ini gue liat lo kayak gini, lo kenapa sih Raz?" kata Kevin kesal.
"Gue bingung mau ikut X-School apa. Tapi, kayaknya sih basket"
"Astaga naga kegetok baja..!! Cuma masalah kayak gitu doang lo jadi aneh gini? Ya ampun Razel....." teriak Kevin heboh membuat seluruh penghuni kantin melihat kearah kami.
"Kok lo jadi dramatis gitu sih?" ujar gue sinis. Gue benci banget sama drama dan orang yang suka dramatis.
"Oke! Gue minta maaf"
"Fine, gue maafin. Tapi, jangan diulangin lagi"
"Oke! By the way.... Kalo lo ikut basket, gue titip salam ya buat yang nomor punggung sepuluh!"
"Sip!"
♣♦♥♠
Sorry ya Readers.....
Ceritanya nambah aneh...
Sorry klo bnyk typo dan kata-kata yng gk klian suka.
Please Saran, comment dan vote.
Salam AS.
But so far so good lah ...
Pesen ane ... kudu tamat yaahhh #maksaa
klo da posting jng lupa mention
semangat untuk author nya ka @Revel_AS
♣♦♥♠
Part Empat
Author Pov#
"Hei, tunggu!" teriak Razel. "Mau lari kemana lo?" teriak Razel agi sambil menahan tubuh cowok yang di panggilnya.
Cowok itu menatapnya bingung. "Lari? Lari kemana? Gue mau ke ruang guru!" ujar cowok itu heran.
"Tanggung jawab dulu dong!" emosi Razel meninggi menyadari cowok yang kemarin menyerempet sepedanya ini sedang mempermainkannya.
"Tanggung jawab apaan? Jangan sembarangan dong!" ujar cowok itu kalem. Ekspresi-nya datar dan tanpa emosi.
"Masalah kemarin pagi! Sepeda gue ancur tau!"
"Ancur? Sepeda lo? Apaan sih? Gue nggak ngerti deh!"
"Pura-pura amnesia lagi! Kemarin pagi kan lo naik motor terus nyerempet sepeda kesayangan gue!" suara Razel meninggi. Siswa-siswi lain memperhatikan mereka berdua. Razel gak peduli banyak yang ngeliatin dirinya yang sedang marah-marah kayak ibu-ibu PKK kalo lagi marah.
Cowok itu menahan tawanya. "Kayaknya lo salah orang deh!" ujarnya membuat Razel tambah emosi.
"Salah orang gimana? Jelas-jelas lo yang nyerempet gue kemarin pagi!"
"Itu bukan gue!" ujar cowok itu masih tampak kalem.
"Terus siapa? Setan? Tuyul? Jin? Iblis? Jelmaan Mama Berenuk? Udah deh jangan ngeles lagi!"
"Itu pasti......"
Belum sempat cowok itu melanjutkan kalimatnya, suara tawa meledak dari belakang punggung Razel. Razel berbalik penasaran. Seketika tubuhnya mati rasa. Terlihat sosok cowok yang kemarin menyerempet sepedanya. Razel mengerjab. "Kenapa jadi ada dua cowok-yang-kemarin-menyerempet-nya-itu?? Jangan-jangan mereka mahluk halus kiriman Mama Berenuk lagi? Hiii..... Semoga nggak deh!" pikirnya.
"Mungkin yang lo maksud itu Vino, dia saudara kembar gue!"
Razel mati kuman, mukanya udah merah banget kayak lipstick bencong. "Jadi yang dari tadi gue omelin itu saudara kembarnya Vino? Bukan Vino-nya?" gerutunya dalam hati.
Saudara kembarnya Vino mengulurkan tangan, mengajak Razel bersalaman. "Kenalin gue Vigo!" ujarnya.
Razel menerima uluran tangan Vigo yang terasa hangat di genggamannya. "Gue Razel!" ujar Razel kikuk, lalu melepaskan jabatan tangan mereka. "Sorry! Gue marah-marah!" ujar Razel sambil menunduk menyembunyikan muka-nya yang udah merah banget menahan malu, belum lagi siswa-siswi yang ada di sekitar situ menertawakannya.
"Haha...... Gapapa kok, biasa aja kali. By the way.... Gue duluan ya udah ditunggu guru soalnya"
Setelah Vigo pergi, Vino menarik tangan Razel dan membawanya ke taman belakang sekolah.
"Ngapain lo narik-narik tangan gue!" tanya Razel ketus sambil menghentakkan tangan Vino dengan kasar.
"Lucu banget sih, marah-marah gitu tapi salah orang!" ledek Vino masih terpingkal-pingkal menertawakan Razel.
Muka Razel tambah merah seperti sirup strawberry, sekuat tenaga dia menahan malunya yang gak bisa di bendung lagi. "Apaan sih lo?!" ujarnya sambil menginjak kaki Vino dengan kesal.
"Aaawwwww........!!!"
"Rasain lo! Makanya jangan suka ngeledek orang!"
"Galak banget sih lo?"
"Bodo!"
"By the way.... Muka merah lo lucu banget! Kayak gadis perawan pengen dicium, tapi masih malu-malu kucing!" kata Vino menggoda Razel yang mukanya tambah merah.
"Bodo!" ujar Razel ketus sambil mencubit tangan Vino dengan kencang. Bagi Razel seseorang yang mempermalukan dirinya harus di buat menderita. Begutulah salah satu motto hidupnya yang aneh.
"Aw..... Sakit tau! Dasar cowok gila!"
"Eh? Eh....! Lo ngomong apa barusan?!"
"Cowok gila!"
"Yang ada juga lo yang gila Vino!"
"Dari pada lo! Dasar aneh!"
"Bodo! Oh iya.... Lo harus tanggung jawab!" kata Razel serius.
Vino menatapnya usil. "Tanggung jawab apa? Lo hamil? Berapa bulan?!"
"Ish! Gue serius!"
"Gue juga serius!"
"Oke! Vino lo harus ganti rugi sepeda gue!"
"Loh? Kok gue? Kan lo bisa minta beli lagi ke orang tua lo?" kata Vino tanpa rasa bersalah.
Emosi Razel udah gak bisa ditahan lagi, dan meledaklah gunung emosinya. Mengeluarkan percikan-percikan amarah yang meluap dan berkobar.
Buugg......!!
Razel menonjok perut Vino dengan keras, membuat tubuh Vino terjungkal dan tergeletak di tanah. "Enak banget lo ngomong kayak gitu!"
Vino bangkit berdiri, lalu dengan santai berniat untuk pergi dari taman. Dengan gesit Razel menahan pergelangan tangan Vino. Entah mengapa ada rasa berdesir di hatinya ketika tangannya menyentuh tangan Vino.
"Mau kemana lo? Dasar cowok nggak bertanggung jawab!" kata Razel dengan nada rendah.
"Gue mau ke kelas! Lagi pula bukan sepenuhnya salah gue! Lo sendiri yang bawa sepedanya ngebut!" ujar Vino sambil menghentakkan genggaman tangan Razel. Lalu pergi meninggalkan taman tersebut. Ada perasaan gak rela di hati Razel melihat Vino pergi. Perasaan ini sama seperti saat Revel pergi, meninggalkan banyak kenangan dan dirinya.
♣♦♥♠
Author Pov#
Saat ini kelas yang dihuni Razel sedang belajar bahasa inggris. Bu Panu sedang menulis materi pelajaran di papan tulis.
Di sudut ruangan, tepatnya di meja paling pojok, Razel sibuk curhat dengan Kevin.
"Jadi gini, kemarin sepeda gue keserempet, terus orang yang nyerempet sepeda gue itu gue samperin, soalnya satu sekolah sama kita. Gue minta dia ganti rugi. Terus.... Bla..... Bla.... Bla..." celoteh Razel tak menyadari Bu panu dan teman sekelas sedang memperhatikannya bercerita.
"Razel! What are you talking about with Kevin?" Bu panu berseru geram.
"Haa!? Apa Bu?!" Razel memasang wajah blo'onnya, pasalnya dia sama sekali gak mengerti apa yang sedang di bicarakan oleh Bu Panu. Maklum, Razel kan anak yang termasuk cerdas dalam bahasa inggris, saking cerdasnya yang melebihi otak manusia dia jadi kayak gini. Rada Telmi!
Kevin menyikut Razel sambil membisikkan jawaban untuk pertanyaan Bu Panu.
"Oh, no! Oh, yes!" jawab Razel keras-keras.
Seisi kelas tertawa, Bu Panu hanya menggeleng pelan sambil mengelus dada. Bu Panu lupa bahwa orang tua Razel pernah bilang, kalau Razel itu terlalu cerdas dalam bahasa inggris, jadi jawabannya gak nalar di otak manusia.
♣♦♥♠
Author Pov#
"Mom, Razel pulang!" teriak Razel sambil membuka sepatunya.
"Dad?! Mom?!! Kak Putri!?"
Razel melangkahkan kakinya ke dapur. "Mom?" panggilnya. Tapi tak ada sesosok pun tubuh di dapur. "Mungkin Mom sedang pergi!" pikirnya.
Razel berlari ke kamarnya tapi tiba-tiba dia kepeleset menginjak kulit pisang.
Bruukkk...!
"Aduh...!!! Siapa sih yang makan pisang?! Jorok banget!"
Terdengar suara cekikikan anak kecil dari balik ruangan. Dengan sigap Razel mendekat ke ruangan itu. "Apa ada tuyul ya dirumh ini? Tapi, nggak mungkin tuyul doyan pisang! Pasti anak monyet nih!" pikir Razel. Setelah di depan pintu ruangan itu.
Lalu........
Bruk!!!
Di dobraknya pintu ruangan itu, menyebabkan sesosok anak kecil terjengkang.
"Aaww....!!"
♣♦♥♠
Sorry jelek dan bnyak typo.
Please comment, kritik dan saran.
Salam As.
♣♦♥♠
Part Empat
Author Pov#
"Hei, tunggu!" teriak Razel. "Mau lari kemana lo?" teriak Razel agi sambil menahan tubuh cowok yang di panggilnya.
Cowok itu menatapnya bingung. "Lari? Lari kemana? Gue mau ke ruang guru!" ujar cowok itu heran.
"Tanggung jawab dulu dong!" emosi Razel meninggi menyadari cowok yang kemarin menyerempet sepedanya ini sedang mempermainkannya.
"Tanggung jawab apaan? Jangan sembarangan dong!" ujar cowok itu kalem. Ekspresi-nya datar dan tanpa emosi.
"Masalah kemarin pagi! Sepeda gue ancur tau!"
"Ancur? Sepeda lo? Apaan sih? Gue nggak ngerti deh!"
"Pura-pura amnesia lagi! Kemarin pagi kan lo naik motor terus nyerempet sepeda kesayangan gue!" suara Razel meninggi. Siswa-siswi lain memperhatikan mereka berdua. Razel gak peduli banyak yang ngeliatin dirinya yang sedang marah-marah kayak ibu-ibu PKK kalo lagi marah.
Cowok itu menahan tawanya. "Kayaknya lo salah orang deh!" ujarnya membuat Razel tambah emosi.
"Salah orang gimana? Jelas-jelas lo yang nyerempet gue kemarin pagi!"
"Itu bukan gue!" ujar cowok itu masih tampak kalem.
"Terus siapa? Setan? Tuyul? Jin? Iblis? Jelmaan Mama Berenuk? Udah deh jangan ngeles lagi!"
"Itu pasti......"
Belum sempat cowok itu melanjutkan kalimatnya, suara tawa meledak dari belakang punggung Razel. Razel berbalik penasaran. Seketika tubuhnya mati rasa. Terlihat sosok cowok yang kemarin menyerempet sepedanya. Razel mengerjab. "Kenapa jadi ada dua cowok-yang-kemarin-menyerempet-nya-itu?? Jangan-jangan mereka mahluk halus kiriman Mama Berenuk lagi? Hiii..... Semoga nggak deh!" pikirnya.
"Mungkin yang lo maksud itu Vino, dia saudara kembar gue!"
Razel mati kuman, mukanya udah merah banget kayak lipstick bencong. "Jadi yang dari tadi gue omelin itu saudara kembarnya Vino? Bukan Vino-nya?" gerutunya dalam hati.
Saudara kembarnya Vino mengulurkan tangan, mengajak Razel bersalaman. "Kenalin gue Vigo!" ujarnya.
Razel menerima uluran tangan Vigo yang terasa hangat di genggamannya. "Gue Razel!" ujar Razel kikuk, lalu melepaskan jabatan tangan mereka. "Sorry! Gue marah-marah!" ujar Razel sambil menunduk menyembunyikan muka-nya yang udah merah banget menahan malu, belum lagi siswa-siswi yang ada di sekitar situ menertawakannya.
"Haha...... Gapapa kok, biasa aja kali. By the way.... Gue duluan ya udah ditunggu guru soalnya"
Setelah Vigo pergi, Vino menarik tangan Razel dan membawanya ke taman belakang sekolah.
"Ngapain lo narik-narik tangan gue!" tanya Razel ketus sambil menghentakkan tangan Vino dengan kasar.
"Lucu banget sih, marah-marah gitu tapi salah orang!" ledek Vino masih terpingkal-pingkal menertawakan Razel.
Muka Razel tambah merah seperti sirup strawberry, sekuat tenaga dia menahan malunya yang gak bisa di bendung lagi. "Apaan sih lo?!" ujarnya sambil menginjak kaki Vino dengan kesal.
"Aaawwwww........!!!"
"Rasain lo! Makanya jangan suka ngeledek orang!"
"Galak banget sih lo?"
"Bodo!"
"By the way.... Muka merah lo lucu banget! Kayak gadis perawan pengen dicium, tapi masih malu-malu kucing!" kata Vino menggoda Razel yang mukanya tambah merah.
"Bodo!" ujar Razel ketus sambil mencubit tangan Vino dengan kencang. Bagi Razel seseorang yang mempermalukan dirinya harus di buat menderita. Begutulah salah satu motto hidupnya yang aneh.
"Aw..... Sakit tau! Dasar cowok gila!"
"Eh? Eh....! Lo ngomong apa barusan?!"
"Cowok gila!"
"Yang ada juga lo yang gila Vino!"
"Dari pada lo! Dasar aneh!"
"Bodo! Oh iya.... Lo harus tanggung jawab!" kata Razel serius.
Vino menatapnya usil. "Tanggung jawab apa? Lo hamil? Berapa bulan?!"
"Ish! Gue serius!"
"Gue juga serius!"
"Oke! Vino lo harus ganti rugi sepeda gue!"
"Loh? Kok gue? Kan lo bisa minta beli lagi ke orang tua lo?" kata Vino tanpa rasa bersalah.
Emosi Razel udah gak bisa ditahan lagi, dan meledaklah gunung emosinya. Mengeluarkan percikan-percikan amarah yang meluap dan berkobar.
Buugg......!!
Razel menonjok perut Vino dengan keras, membuat tubuh Vino terjungkal dan tergeletak di tanah. "Enak banget lo ngomong kayak gitu!"
Vino bangkit berdiri, lalu dengan santai berniat untuk pergi dari taman. Dengan gesit Razel menahan pergelangan tangan Vino. Entah mengapa ada rasa berdesir di hatinya ketika tangannya menyentuh tangan Vino.
"Mau kemana lo? Dasar cowok nggak bertanggung jawab!" kata Razel dengan nada rendah.
"Gue mau ke kelas! Lagi pula bukan sepenuhnya salah gue! Lo sendiri yang bawa sepedanya ngebut!" ujar Vino sambil menghentakkan genggaman tangan Razel. Lalu pergi meninggalkan taman tersebut. Ada perasaan gak rela di hati Razel melihat Vino pergi. Perasaan ini sama seperti saat Revel pergi, meninggalkan banyak kenangan dan dirinya.
♣♦♥♠
Author Pov#
Saat ini kelas yang dihuni Razel sedang belajar bahasa inggris. Bu Panu sedang menulis materi pelajaran di papan tulis.
Di sudut ruangan, tepatnya di meja paling pojok, Razel sibuk curhat dengan Kevin.
"Jadi gini, kemarin sepeda gue keserempet, terus orang yang nyerempet sepeda gue itu gue samperin, soalnya satu sekolah sama kita. Gue minta dia ganti rugi. Terus.... Bla..... Bla.... Bla..." celoteh Razel tak menyadari Bu panu dan teman sekelas sedang memperhatikannya bercerita.
"Razel! What are you talking about with Kevin?" Bu panu berseru geram.
"Haa!? Apa Bu?!" Razel memasang wajah blo'onnya, pasalnya dia sama sekali gak mengerti apa yang sedang di bicarakan oleh Bu Panu. Maklum, Razel kan anak yang termasuk cerdas dalam bahasa inggris, saking cerdasnya yang melebihi otak manusia dia jadi kayak gini. Rada Telmi!
Kevin menyikut Razel sambil membisikkan jawaban untuk pertanyaan Bu Panu.
"Oh, no! Oh, yes!" jawab Razel keras-keras.
Seisi kelas tertawa, Bu Panu hanya menggeleng pelan sambil mengelus dada. Bu Panu lupa bahwa orang tua Razel pernah bilang, kalau Razel itu terlalu cerdas dalam bahasa inggris, jadi jawabannya gak nalar di otak manusia.
♣♦♥♠
Author Pov#
"Mom, Razel pulang!" teriak Razel sambil membuka sepatunya.
"Dad?! Mom?!! Kak Putri!?"
Razel melangkahkan kakinya ke dapur. "Mom?" panggilnya. Tapi tak ada sesosok pun tubuh di dapur. "Mungkin Mom sedang pergi!" pikirnya.
Razel berlari ke kamarnya tapi tiba-tiba dia kepeleset menginjak kulit pisang.
Bruukkk...!
"Aduh...!!! Siapa sih yang makan pisang?! Jorok banget!"
Terdengar suara cekikikan anak kecil dari balik ruangan. Dengan sigap Razel mendekat ke ruangan itu. "Apa ada tuyul ya dirumh ini? Tapi, nggak mungkin tuyul doyan pisang! Pasti anak monyet nih!" pikir Razel. Setelah di depan pintu ruangan itu.
Lalu........
Bruk!!!
Di dobraknya pintu ruangan itu, menyebabkan sesosok anak kecil terjengkang.
"Aaww....!!"
♣♦♥♠
Sorry jelek dan bnyak typo.
Please comment, kritik dan saran.
Salam As.
yg pnting smangt buat storynya dn klo up date jngn kelamaan.. slam buat vino, <peluk vino dr jauh>
mention aku