It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Author Pov#
Sore harinya di rumah Razel tampaknya sedang ada perang mulut. Perang antara saudara.
"Jidat aku berdarah Mom! Ini semua gara-gara Mas Razel! Bla... Bla..!" adu Rino kepada Mom dengan melebih-lebihkan kejadian yang sebenarnya.
Razel hanya dapat memutar bola matanya dan menatap dongkol kearah bocah berumur 6 tahun yang memiliki nama Rino itu. Bocah itu adalah sepupunya yang paling menyebalkan, paling usil dan jahil. Membuat Razel ingin sekali mencekik leher bocah itu. Sekarang lihat! Bocah itu cari perhatian ke Mom! Demi BH-nya Mama Berenuk. Ia tak rela Mom-nya di bodohi oleh akal busuk bocah itu. 'Dasar anak monyet penjilat!' teriak Razel dalam hati dengan memasang wajah super duper double dongkol.
"Razel kan nggak salah Mom! Yang salah itu anak monyet penjilat itu! Salah siapa dia ngumpet di belakang pintu?" Razel membela diri sebisanya. Sekuat tenaga ia harus memenangkan perang ini! Kalau ia kalah hidupnya tak akan senyaman dulu! Apalagi dengan kehadiran monyet penjilat.
"Aku bukan anak monyet! Huhuhu........!!" dan meledaklah suara tangis bocah bernama Rino itu.
"Cup... Cup... Udah jangan nangis!" ujar Mom sambil berusaha meredakan tangis Rino, lalu menatap tajam ke arah Razel yang sedang memasang senyum kemenangan.
"Razel!" tegur Mom.
"Iya Mom?!"
"Jangan ngeledekin sepupumu yang imut ini ah...!"
"Iya-iya! Imut kayak anak monyet kan Mom!''
"Razel!" bentak Mom.
"Iya Mom? Udah kan? Kalo gitu Razel mau ke kamar dulu!" Razel bangkit berdiri dari ruang santai, lalu menuju kamarnya. Tapi sebelum melangkah, langkahnya terhenti oleh panggilan.
"Razel!"
Razel memalikan badannya dengan bete menatap Mom. "Apalagi sih Mom?" tanyanya sambil merengut kecil.
"Satu lagi! Karena kamu merusak pintu gudang! Mom nggak jadi beliin mobil buat kamu!"
Mata Razel langsung melotot tak percaya dan wajah kemenangannya langsung runtuh tak berbekas. "Nggak bisa gitu dong, Mom!" protes Razel.
"Pokoknya itu udah jadi keputusan final Mom!"
Dengan segala kekecewaannya Razel berlari ke kamarnya. Sesampainya di kamar ia langsung melompat ke kasur dan menutup wajahnya dengan bantal.
Ia tak terima dengan keputusan Mom, tapi ia tak bisa membantah. Kalo membantah, yang ada uang jajannya dipotong! Terus kalo uang jajannya di potong ia jajan apa di kantin?
Tak lama ia pun tertidur dengan segala pikiran yang berkecamuk.
♣♦♥♠
Author Pov#
Di sebuah rumah, tepatnya di balkon kamar, seorang cowok sedang memandang gugusan bintang dengan mata menerawang. Dengan tenang cowok itu duduk di kursi yang ada di situ. Pikirannya melayang-layang, menyebar ke angkasa raya. Memikirkan soal cintanya. Tapi pastaskah ia mencintai orang itu? Walaupun saudaranya sendiri mencintai orang itu.
Cowok itu selalu berharap pada bintang untuk mempertemukannya di bawah sinar purnama. Ia tetap berharap, walaupun tak akan pernah terkabulkan. Tapi setidaknya ia pernah berharap dan masih mengharapkan orang itu. Ia berharap suatu hari nanti orang itu akan membuka hati untuknya, untuk ia singgahi. Walau hanya sebatas mimpi. Itu akan menjadi mimpi terindah dalam sisa-sisa hidupnya.
Di bawah sinar bintang yang berkerlip dan ketinggian balkon yang menghadap ke arah taman yang ada di rumah tersebut, menambah kesan romantis suasana itu. Padahal itu sama sekali tak romantis, malah menyedihkan. Tapi cowok itu tetap menikmati malamnya dengan duduk di kursi yang ada di balkon kamarnya. Angin malam membuatnya tampak segar dan dingin, apalagi matanya dihidangkan pemandangan indah yang sangat dikenalnya.
Suara-suara hewan malam menemani cowok itu dalam kesendiriannya bergalau, menambah kesan hidup di sekitar balkon kamarnya.
Cowok itu menikmati setiap menit bukan setiap detik hidupnya dengan antusias. Ia tak berani berpikir jauh. Ia tak berani menerawang perjalanan hidupnya. Ia tak berani memiliki cita-cita. Ia hidup dengan topeng-nya. Topeng seribu ekspresi. Perlahan tapi pasti ia akan terlepas dari topeng-topeng karya-nya itu. Entah itu terlepas dengan baik-baik atau di hancurkan oleh seseorang.
Dengan gusar cowok itu memperhatikan sebuah foto yang sangat amat berharga di I-Phone-nya. Di foto itu ada sebuah sosok yang sangat di kagumi, cintai, sayangi, sekaligus di benci. Karena dia-lah satu-satunya orang yang dapat melepas atau menghancurkan topeng-nya. Walau baru pertama kali mengobrol dengan orang itu, tapi ia sudah sangat bahagia. Bahkan sejak SMP, ia sudah sangat terobsesi dengan orang itu.
Tapi haruskah ia merebut cinta seseorang? Apalagi seseorang itu adalah saudaranya. Ironis memang, ia mencintai orang yang juga di cintai saudaranya. Haruskah ia melepas kembali cintanya? Tapi ia juga ingin bahagia! Persetan dengan seseorang itu! Ia tak peduli bahwa seseorang itu adalah saudaranya. Ia tak mau lagi mengalah dan membiarkan seseorang itu bahagia, sedangkan ia terpanggang cemburu.
Hanya satu keinginan cowok itu. Satu harapannya yang paling ingin di kabulkan Tuhan untuknya. Hanya satu! Tapi sungguh sulit untuk dikabulkan. Karena itu buta, hak seseorang yang tak bisa diganggu gugat. Cinta buta, karena tak dapat memilih, hanya dapat terpilih! Satu harapan terbesarnya adalah ia ingin bahwa orang yang dicintainya itu mencintainya bukan saudaranya maupun orang lain. Persetan dengan mereka yang memiliki kisah hubungan yang indah! Ia iri terhadap orang seperti mereka.
Memangnya apa salah dirinya? Ia selalu jadi anak baik, bahkan lebih baik dibandingkan saudaranya. Tapi? Kenapa hidupnya tak jauh lebih baik dari saudaranya? Bahkan lebih buruk! Memang ia lemah, tapi ia sama dengan saudaranya. Sama-sama tampan. Sama-sama kaya. Sama-sama dari ibu dan ayah yang sama. Sama-sama penuh kasih sayang. Tapi, ada yang beda! Walaupun ia di sayangi, tapi tetap itu semua bullshit! Semua hanya topeng yang di bangun orang tuanya. Tak ayal bahwa cowok itu juga membangun sebuah topeng! Itulah kelebihan keluarganya pintar membuat topeng emosi dan pintar berakting. Tapi satu kelemahan yang dimiliki keluarganya, akting mereka tak lebih ekspresi yang dibuat-buat. Mereka membuat topeng yang tak sempurna dibanding topeng milik dirinya, ia tahu betul dengan itu.
Jika ia bisa memilih, ia pasti akan memilih sesuatu yang sederhana, ia tak memerlukan kemewahan. Yang ia butuhkan hanya cintanya. Cinta yang melanda hatinya. Mengisi penuh ke dalam rongga dadanya. Rasa itu seperti menari-nari di hatinya. Membuat jantungnya berdegub kencang.
Salah satu harapan yang ingin cowok itu wujudkan adalah membuat cintanya berada di dekapannya. Setelah itu mengendalikan emosinya dengan sekuat tenaga agar cintanya tak mengetahui bahwa ia memakai topeng. Agar topengnya tak dihancurkan oleh cintanya.
Itulah harapannya. Harapan seorang cowok yang sedang galau. Galau memikirkan kisah cintanya yang rumit. Sebenarnya bukan rumit, tapi sedikit aneh.
Andai.......
Cintanya ada disini. Disampingnya. Menemaninya. Pasti akan terasa menyenangkan. Ya! Pasti menyenangkan. Ta-tapi, itu semua hanya khayalannya. Khayalan bodoh yang sedang bermain-main di otaknya. Cintanya tak akan pernah kesini. Tak akan pernah berada di dekapannya. Tapi-
"Akhhhhh......!!" cowok itu mengerang tertahan, menahan rasa sakit dan pening di kepalanya. Ia berjalan perlahan mencari obatnya. Obat yang menjadi teman hidupnya. Sahabatnya satu-satunya. Penunjang hidupnya.
♣♦♥♠
Author Pov#
Di tempat berbeda dalam waktu yang sama. Seorang cowok sedang memandang langit-langit kamarnya yang penuh dengan foto bahkan poster orang yang dicintainya. Dulu orang-orang mengatakan bahwa itu cinta monyet, tapi baginya itu adalah cinta sejatinya. Jangan tanya dia mendapatkan poster orang yang dicintainya itu dari mana, karena Author-nya juga gak tau!
Cowok itu sangat merindukan cintanya yang belum ia temui lagi, tapi ia yakin akan bertemu lagi dengan cintanya. Entah dalam waktu dekat atau lama.
Cowok itu berjanji, ia pasti akan menemukan kembali cintanya yang dulu ia tinggal pergi dan membawanya kembali kedalam pelukannya. Tak akan membiarkan seorang pun menyentuh cintanya. Egois memang, tapi ia tak peduli. Biarkanlah mereka mengatakannya Possessive atau egois, ia tak peduli asalkan cintanya telah berada di genggamannya.
"Aku janji! Aku akan menemuimu di waktu yang tepat! Aku yakin kamu akan mengikuti lomba itu! Please! tunggu aku Razel!"
♣♦♥♠
Sorry tambah aneh.
Sorry klo bnyk typo.
Salam AS.
seceptnya..
titip mentionnya
Siapakah keduanya?
Ciee.. razel sma vino :v
pensarn sma kedua tokohnya..
jng di gntung ya critanya...
nnti gw gntung authornya di pohon cabe
<cium kening>
Author Pov#
Razel berjalan dengan langkah gontai ke kantin, disampingnya Kevin tampak sangat bete. Berkali-kali Kevin memutar bola matanya.
Razel menatap Kevin keki. "Lo kenapa sih Kev? Muter bola mata terus? Ntar mata lo juling tau rasa!" ucap Razel, lalu mencari tempat duduk yang kosong. Setelah dapat mereka berdua duduk disana.
"Bodo! Lo mau pesen apa?" tanya Kevin.
"Bakso bi pelit 1 sama jus jeruk 1! Bilang sama bi pelit, bakso nya harus banyak! Kalo nggak dikasih bilang 'disuruh si Razel cowok ganteng yang kemarin itu' oke!" ujar Razel tak sadar diri, padahal dia sendiri pelit.
Lagi-lagi Kevin memutar bola matanya sebelum beranjak pergi. Setelah Kevin pergi, tak lama Tansa (pacar baru Razel) menghampiri meja Razel.
"Hai Sayang!" sapa Tansa, lalu duduk di kursi samping Razel.
"Hai juga Sayang!" balas Razel sambil merangkul pinggang Tansa, lalu mencium pipi Tansa sekilas.
Tansa merona malu, lalu mencubit pinggang Razel.
"Awwww!" pekik Razel tertahan. Pinggang-nya di cubit keras banget, sampe sakit. Tansa orangnya memang kejam. "Sakit tau!" rajuk Razel.
"Biarin! Suruh siapa nakal!" kata Tansa ketus.
"Iya deh!"
"Eh? Sayang! Kakak kamu kok galak banget sih?" ujar Tansa sambil mengerutkan keningnya.
"Emangnya kenapa?" tanya Razel.
"Nggak! Cuma heran aja! Cewek kok galak banget!" kata Tansa.
"Ohh!!" ujar Razel. Dalam hatinya Razel berteriak. "Kayak kamu Tan, galak dan sadis!"
"Kamu mau ikut X-school apa, Sayang?" tanya Tansa.
"Apa aja boleh!"
"Kalo gitu ikut KIR aja yuk!" (KIR = karya ilmiah remaja).
"Hiii.....! Ogah banget!" ujar Razel sambil bergidik ngeri membayang kan dirinya ikut X-school kayak gitu. Bisa-bisa laboratorium nya ancur kalo Razel ikut X-school itu. Beneran kok! Razel itu kan kadang suka aneh, setres, atau semacamnya. Itu baru kadang lho! Apalagi kalo udah seringnya ya? Apa jangan-jangan sekolah bakalan hancur? Bisa jadi sih!
"Ihhh..! Kok Sayang gitu sih?" tanya Tansa sambil cemberut.
"Aku mau masuk basket aja deh Sayang!"
Tansa menatap Razel tanpa berkedip. "Serius?!" tanyanya.
"Seriuslah!" ujar Razel mantap.
"Tapikan-"
"Tapi kenapa? Sayang nggak mau aku masuk basket!" potong Razel cepat.
Tansa bergerak gelisah. "Bukan gitu! Basket kan tiga minggu ke depan mau ikut lomba Nasional antar SMA, jadi yang ikut basket sekarang bakalan di test." jelas Tansa.
"Ohh! Kirain ap-" ucapan Razel terpotong oleh seruan kesal Kevin.
"Ihhh. Lo malah enak-enakan berdua-an. Cepet bantuin gue!"
"Iye! Bawel lo!" dengan gesit Razel membantu Kevin membawa pesanan mereka ke meja yang tadi mereka duduki.
"Hai! Aku Tansa pacar-nya Razel, kamu Kevin ya?" sapa Tansa ramah.
"Iya! Emang kenapa? Nggak suka?!" bentak Kevin, membuat Razel dan Tansa terlonjak kaget.
"E...Eh?"
"Udah Sayang nggak usah di masukin ke hati. Kevin tuh lagi PMS!"
"Apa lo bilang Razel? PMS? Anjing lo!" teriak Kevin kayak orang kesurupan sambil menumpahkan air minum-nya ke baju seragam Razel.
Razel melotot tak percaya, begitu juga Tansa dan siswa-siswi yang lain. "Kevin lo kenapa!" teriak Razel heboh, bukannya marah, Razel malah memeriksa kening Kevin. "Astagnananana! Kening lo panas banget!" ujar Razel heboh. "Tolong! Kevin kesurupan!" jerit Razel heboh sambil membaca doa-doa yang dia hafal.
Tansa dan beberapa siswa-siswi yang ada di kantin melotot tak percaya. Karena reaksi Razel yang sangat heboh dan kocak itu.
"Siapa yang kesurupan hah?!" bentak Kevin sambil menepis tangan Razel yang berada di keningnya.
"Siapa lagi kalo bukan lo, Kev?"
"Dasar freak lo!"
Sepulang sekolah, Razel berjalan ke lapangan basket. Ia berniat untuk mengikuti X-school basket. Selain karena suka, ia juga ingin sekali mengikuti lomba basket tingkat Nasional dan menjadi tim inti. Dalam perjalanannya, ia memikirkan beberapa hal sambil tersenyum.
Pertama, jika ia mengikuti X-school basket, ia akan jadi populer.
Kedua, jika sudah populer, ia akan dengan mudah memacari cewek.
Ketiga, jika sudah berpacaran, ia akan memutuskan hubungannya dengan cewek tersebut.
Keempat, cewek tersebut akan sakit hati.
Kelima, ia akan mencari cewek baru.
Keenam, ia akan jadi playboy, seperti cita-citanya kelak.
Ketujuh, ia akan sangat bahagia.
Kedela-
Brukk!
Razel tersandung sesuatu, lalu terjatuh ke lantai. Kepalanya membentur lantai dengan sangat keras, sehingga bisa dipastikan kepalanya akan tumbuh benjolan.
"Ugh!" ringis Razel.
"Makanya kalo jalan itu jangan sambil bengong dan senyum-senyum sendiri kayak orang gila!" ledek Vino yang tak sengaja melintas di depan Razel.
"Heh! Pinokio! Emangnya kalo senyum itu harus berjamaah gitu? Dasar sarap!" balas Razel sambil bangkit berdiri.
"Lo yang sarap!"
"Idih! Orang sarap nggak mau ngaku malah bilang ke orang sarap!"
"Nah itu ngaku, kalo lo itu sarap!" ujar Vino sambil memasang senyum penuh kemenangan, lalu mengangkat I-Phone-nya. "Udah gue rekam kok! Sebagai barang bukti kalo lo nggak mau ngaku kalo lo sarap!"
Razel melotot geram. "Hapus nggak!" ujarnya.
"Nggak ah!" balas Vino sambil melarikan diri dari Razel yang udah marah besar.
"Vino!!!! Hapus nggak!" teriak Razel sambil mengejar Vino sampai lapangan basket.
"Vino!!!!!" teriak Razel heboh.
Membuat orang-orang yang ada di lapangan basket terlonjak kaget.
"Vino!!! Dasar! Kakak kelas nggak tau diri!!" teriak Razel ketika sudah berada di lapangan basket.
"Hei ada apa ini?!" bentak pak Cogan. (Dia itu pelatih basket)
"Nggak ada apa-apa kok pak!" ujar Vino sambil cengengesan.
Membuat teman-teman se-tim Vino hanya geleng-geleng kepala.
"Boho-"
Ditutupnya mulut Razel yang ember itu.
"Oh gitu! Oh iya! Adek ini siapa ya?" tanya pak Cogan pada Razel.
Razel menepis tangan Vino, sambil melotot kesal, lalu menatap pak Cogan. "Saya Razel pak, saya ingin ikut X-school basket!"
"Tapi, hari terakhir pendaftaran masuk X-school basket sudah kelewat!" kata pak Cogan.
"Bapak jangan bohong deh! Jelas-jelas hari terakhir itu sekarang. Saya kan di kasih tau Vino!" kata Razel.
"Vino, apa benar itu?"
Vino meringis pelan ketika ditanya pak Cogan. "Iya pak!" jawabnya tegas.
"Vino kenapa sekarang kamu jadi usil? Duh! Gimana ya Razel? Hari-nya kan udah lewat" ujar pak Cogan bingung.
"Nggak bisa gitu dong pak!" ujar Razel nyolot.
"Tapi, hari pendaftarannya udah lewat."
"Nggak bisa gitu dong! Gimana sih? X-school aja harus kayak gitu."
"Itu sudah dari prosedurnya."
"Prosedur apa? Prosedur kompleks pak? Yang bener aja."
"Yaudah-yaudah, tapi kamu harus bisa ngalahin Vigo ya?!"
"Vigo?"
"Iya Vigo!"
"Oke pak! Tapi saya nggak bawa apa-apa pak! Yah.... Gimana dong pak?"
"Ya jangan ikut basket kalo emang nggak niat!" celetuk Vino.
"Huh! Dasar cowok gila!"
"Dari pada lo! Cowok sarap!"
"Lo gila!"
"Dasar-"
"Sudah-sudah. Kalian ini...." bentak pak Cogan sambil memijit pelipisnya pelan. "Gini aja deh, sekarang kamu harus bisa masukin bola 5 kali berturut-turut." tambah pak Cogan.
"Oke pak!"
"Udah sana cepat!"
"Iya!"
Razel mengambil bola basket, lalu berjalan ke depan ring dalam jarak yang sudah diterapkan dalam basket. Ia mendribble bola, lalu me-shoot ke arah-
Duk!
°^°•^°•^°•^°•°^•^°•^•°^°•°^•°^°•°^°
Maaf baru post lagi.
Soalnya sibuk.
Hihihi! Yang lain lagi dengerin guru mtk. Gue malah posting cerita gay.
Hahaha.
Maaf kalo ada typo
Sepulang sekolah, Razel berjalan ke lapangan basket. Ia berniat untuk mengikuti X-school basket. Selain karena suka, ia juga ingin sekali mengikuti lomba basket tingkat Nasional dan menjadi tim inti. Dalam perjalanannya, ia memikirkan beberapa hal sambil tersenyum.
Pertama, jika ia mengikuti X-school basket, ia akan jadi populer.
Kedua, jika sudah populer, ia akan dengan mudah memacari cewek.
Ketiga, jika sudah berpacaran, ia akan memutuskan hubungannya dengan cewek tersebut.
Keempat, cewek tersebut akan sakit hati.
Kelima, ia akan mencari cewek baru.
Keenam, ia akan jadi playboy, seperti cita-citanya kelak.
Ketujuh, ia akan sangat bahagia.
Kedela-
Brukk!
Razel tersandung sesuatu, lalu terjatuh ke lantai. Kepalanya membentur lantai dengan sangat keras, sehingga bisa dipastikan kepalanya akan tumbuh benjolan.
"Ugh!" ringis Razel.
"Makanya kalo jalan itu jangan sambil bengong dan senyum-senyum sendiri kayak orang gila!" ledek Vino yang tak sengaja melintas di depan Razel.
"Heh! Pinokio! Emangnya kalo senyum itu harus berjamaah gitu? Dasar sarap!" balas Razel sambil bangkit berdiri.
"Lo yang sarap!"
"Idih! Orang sarap nggak mau ngaku malah bilang ke orang sarap!"
"Nah itu ngaku, kalo lo itu sarap!" ujar Vino sambil memasang senyum penuh kemenangan, lalu mengangkat I-Phone-nya. "Udah gue rekam kok! Sebagai barang bukti kalo lo nggak mau ngaku kalo lo sarap!"
Razel melotot geram. "Hapus nggak!" ujarnya.
"Nggak ah!" balas Vino sambil melarikan diri dari Razel yang udah marah besar.
"Vino!!!! Hapus nggak!" teriak Razel sambil mengejar Vino sampai lapangan basket.
"Vino!!!!!" teriak Razel heboh.
Membuat orang-orang yang ada di lapangan basket terlonjak kaget.
"Vino!!! Dasar! Kakak kelas nggak tau diri!!" teriak Razel ketika sudah berada di lapangan basket.
"Hei ada apa ini?!" bentak pak Cogan. (Dia itu pelatih basket)
"Nggak ada apa-apa kok pak!" ujar Vino sambil cengengesan.
Membuat teman-teman se-tim Vino hanya geleng-geleng kepala.
"Boho-"
Ditutupnya mulut Razel yang ember itu.
"Oh gitu! Oh iya! Adek ini siapa ya?" tanya pak Cogan pada Razel.
Razel menepis tangan Vino, sambil melotot kesal, lalu menatap pak Cogan. "Saya Razel pak, saya ingin ikut X-school basket!"
"Tapi, hari terakhir pendaftaran masuk X-school basket sudah kelewat!" kata pak Cogan.
"Bapak jangan bohong deh! Jelas-jelas hari terakhir itu sekarang. Saya kan di kasih tau Vino!" kata Razel.
"Vino, apa benar itu?"
Vino meringis pelan ketika ditanya pak Cogan. "Iya pak!" jawabnya tegas.
"Vino kenapa sekarang kamu jadi usil? Duh! Gimana ya Razel? Hari-nya kan udah lewat" ujar pak Cogan bingung.
"Nggak bisa gitu dong pak!" ujar Razel nyolot.
"Tapi, hari pendaftarannya udah lewat."
"Nggak bisa gitu dong! Gimana sih? X-school aja harus kayak gitu."
"Itu sudah dari prosedurnya."
"Prosedur apa? Prosedur kompleks pak? Yang bener aja."
"Yaudah-yaudah, tapi kamu harus bisa ngalahin Vigo ya?!"
"Vigo?"
"Iya Vigo!"
"Oke pak! Tapi saya nggak bawa apa-apa pak! Yah.... Gimana dong pak?"
"Ya jangan ikut basket kalo emang nggak niat!" celetuk Vino.
"Huh! Dasar cowok gila!"
"Dari pada lo! Cowok sarap!"
"Lo gila!"
"Dasar-"
"Sudah-sudah. Kalian ini...." bentak pak Cogan sambil memijit pelipisnya pelan. "Gini aja deh, sekarang kamu harus bisa masukin bola 5 kali berturut-turut." tambah pak Cogan.
"Oke pak!"
"Udah sana cepat!"
"Iya!"
Razel mengambil bola basket, lalu berjalan ke depan ring dalam jarak yang sudah diterapkan dalam basket. Ia mendribble bola, lalu me-shoot ke arah-
Duk!
°^°•^°•^°•^°•°^•^°•^•°^°•°^•°^°•°^°
Maaf baru post lagi.
Soalnya sibuk.
Hihihi! Yang lain lagi dengerin guru mtk. Gue malah posting cerita gay.
Hahaha.
Maaf kalo ada typo
@o_komo thank's
@Tsunami tunggu aja sampe jamuran juga gppa kok! klo jamurnya dah tumbuh nanti ksih gue ya buat praktek! hehe
@RifRafReis nanti aku mention kok!
lope uu <tepok jidat>