It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@okki okey nanti di mention, semoga suka ya pada part berikutnya nanti..
@o_komo sip kalau begitu
@monic makasih...pasti, mau di cek dulu typo-nya
@soratanz @andi_andee @LostFaro @aononote
ini, semoga suka dan tidak bosan...maklum masih amatiran hee
@asik_asikJos makasih, okey nanti di mention..
@xmoaningmex okey...semoga tambah suka part berikutnya..
@lulu_75 makasih ya...mungkin nanti malam di lanjut dan semoga tambah suka...
@denfauzan @3ll0 @Yirly @Sho_Lee @Aurora_69 @arieat @o_komo @okki
@monic @Adi_Suseno10 @soratanz @asik_asikJos @xmoaningmex @lulu_75
******
Part. 2
Aku menikmati baksoku dengan lahap. Karena hari ini aku bangun kesiangan jadi aku hanya sempat makan selembar roti tawar, jadinya sekarang aku lapar abisss. Sebenarnya Mama sudah membangunkanku namun entah mengapa aku ketiduran lagi dan berakhir dengan omelan Mamaku. Tak ku pedulikan tatapan aneh Doni yang dari tadi memperhatikanku makan. Yang aku pedulikan hanya mangkok berisi bakso yang sekarang lagi ku nikmati.
Setelah menghabiskan segelas jus alpukat kesukaanku dan semangkok bakso, aku me-lap bibirku dengan tisu kemudian beralih menatap Doni yang masih memperhatikanku. Aku melirik bakso yang ada di hadapannya, membuatku tergoda ingin menyantapnya. Ternyata Doni menyadari arti dari pandanganku, dia segera menarik mangkok baksonya lebih dekat dengannya kemudian langsung menyantap bakso tersebut sambil menatapku tajam, aku hanya bisa cengengesan sambil menggaruk-garuk tengkukku yang tak gatal. Aku terus menatapnya dengan tatapan memelas, hingga membuat Doni luluh lalu memesan satu mangkok lagi untukku.
“Lu kenapa sih, rakus amat hari ini?” tanyanya ketika kami berjalan menuju kelas.
“Hehehe..tadi gue telat bangun dan hanya sempat makan selembar roti tawar,” jawabku cengengesan. “By the way, thanks ya udah bayarin bakso gue tadi,” ucapku lagi sambil memperlihatkan senyuman termanisku.
“Iyee...tapi gue heran sama lu, makan lu itu boleh di bilang banyak, tapi badan segitu-gitu aja ckckck,” katanya sambil berdecak memperhatikan tubuhku dari atas ke bawah.
“Yeee mana gue tau! Tapi yang penting gue sehat.” Kataku sambil menaik turunkan kedua alisku. Dia terkekeh melihat gayaku, lalu mengacak-ngacak rambutku dan merangkulku.
Saat melewati perpustakaan, aku merasakan ada yang memperhatikanku. Ketika aku mengarahkan pandanganku ke perpustakaan, aku melihat Tora berdiri di depan pintu, dia menatapku begitu tajam seperti orang marah hingga membuatku sedikit takut dan membuat jantungku berdetak tak karuan. Aku segera mengalihkan pandanganku dan menarik nafas pelan mencoba untuk bersikap tenang.
**
Aku masih memikirkan kejadian di sekolah tadi. Tora. Nama itu selalu tersebut dalam hatiku dan wajahnya bermain-main di pikiranku. Sikapnya yang aneh selalu membuatku bertanya-tanya. Kenapa ada orang seperti itu, apa dia tidak bosan sendirian tanpa teman? Dan terkadang aku merasa gimanaaa gitu saat duduk di sampingnya. Kami duduk sebangku namun tanpa komunikasi sedikitpun, sekalinya bicara dia malah menyuruhku untuk tidak memperhatikan Andre, ck. Dan tindakan-tindakannya itu, apa benar yang di katakan Andre kalau dia menyukaiku? Dan mimpiku itu...ah itu hanya mimpi, aku nggak harus mikirkannya.
‘Drrrrttt drrrtt’
Aku di kagetkan oleh getar dari hp ku, segera ku buka dan melihatnya, ternyata ada sebuah undangan pertemanan di bbm. Setelah menerima pertemanannya, orang tersebut segera mengirim pesan padaku.
[Hi, makasih ya.]
[Iya, masama, tapi kamu tau darimana no. pin ku?] aku cukup heran darimana dia tahu nomor pin ku.
[Dari Doni, aku teman Doni yang berkenalan denganmu di restoran Jepang,] balasnya menjelaskan.
[Ah iya, kamu yang selalu memperhatikanku itu kan?] tanyaku to the point.
[Hahaha iya, ternyata kamu masih ingat.] balasnya yang di tambah emot senyum lebar yang memperlihatkan sederetan gigi itu.
[Kenapa kamu suka memperhatikanku? Apa ada yang salah dengan wajahku?]
[Iya, ada yang salah dengan wajahmu.] balasnya yang sukses membuatku mengerutkan keningku.
[Hah, kenapa memangnya dengan wajahku?] tanyaku lagi di tambah emot bertanya-tanya.
[Karena wajahmu imut, makanya aku selalu memperhatikanmu,] kali ini jawabannya sukses membuatku tersipu, untung dia tidak ada di dekatku.
[Ternyata kamu pandai menggombal juga ya.]
[Hahaha aku serius loh.]
[Oke deh, aku percaya.] balasku akhirnya di tambah emot senyum.
Kami ngobrol cukup lama hingga aku memutuskan untuk mengakhiri obrolan kami. Sebagai teman yang baru di kenal, dia anak yang cukup asyik dan membuatku selalu tertawa. Ku lihat lagi namanya. Revan. Hmmm nama yang bagus.
**
Hari ini aku datang berbarengan dengan Andre dan Resti, mereka terlihat mesra dan bahagia, aku jadi iri melihat kemesrasaan mereka. Kapan aku bisa seperti mereka, mendapatkan pasangan yang setia dan selalu perhatian. Aku tersenyum ke arah mereka yang datang menghampiriku, Resti langsung menggandeng tanganku di iringi Andre yang berjalan di sampingnya. Aku sangat senang memiliki sahabat seperti mereka dan teman-teman yang mau menerima keadaanku.
Sesampai di dalam kelas aku melihat Tora sudah duduk di bangkunya di temani sebuah buku yang ku pastikan sebuah novel, tumben dia datang cepat hari ini. Melihat dia yang fokus dengan novelnya aku jadi teringat lagi dengan mimpi-mimpiku, akhir-akhir ini dia selalu masuk ke dalam mimpiku, tatapannya, senyumannya. Ya, di dalam mimpiku kami seperti sepasang kekasih.
Pelajaran hari ini di mulai dengan Biologi. Kali ini Bu Lestari membahas tentang alat reproduksi yang membuat seisi kelas menjadi semangat belajar selama dua jam. Berbagai pertanyaan di lontarkan teman-teman kepada Guru kami yang cantik itu, termasuk aku. Namun ku lihat hanya satu orang yang bersikap tenang tanpa ekspresi apapun, siapa lagi kalau bukan Tora, dia terlihat serius memperhatikan gambar yang ada di depan papan tulis dan mencatat penjelasan-penjelasan yang di berikan Bu Lestari.
Setelah Bu Lestari mengajar kami selama dua jam. Sekarang kami mengikuti pelajaran matematika yang tidak ku sukai. Huufftt, jika sudah memasuki pelajaran ini aku akan selalu berdecak malas, di tambah lagi setelah memberikan catatan dan menerangkan Bu Nini selalu memberikan kami tugas yang harus segera di kumpulkan hari ini juga, minimal lima buah soal harus selesai di jawab. Aku hanya bisa menjawab tiga soal, ku lirik Andre ke belakang, dia juga sama denganku hanya terisi tiga jawaban di bukunya dan dia sekarang sibuk menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal menurutku. Saat aku terus berusaha menjawab pertanyaan ke empat yang selalu salah ku jawab, tiba-tiba sebuah buku di dorong ke arah mejaku. Aku menoleh ke samping, mata sayu itu menatapku tajam lalu mengalihkan pandangannya dan membereskan buku-bukunya dan memasukannya ke dalam tasnya. Segera saja aku menyalin jawaban nomor empat dan lima ke buku latihanku dan menyerahkan kembali bukunya, tentu tak lupa aku mengucapkan terima kasih padanya. Rupanya Andre mengetahui aku sudah selesai mengerjakan latihan yang di berikan Bu Nini karena saat ini aku merasakan dia mencolek-colek punggungku dengan ujung penanya. Lalu aku berbalik dan menyerahkan bukuku padanya.
“Makasih sayang.” Bisiknya sambil menyerahkan bukuku.
“Yank, yank, pala lu peyang,” kataku sambil menarik bukuku.
“Jangan marah-marah dong yank, tar tambah kiyut loh,” godanya sambil mencolek pipiku. Ku rasakan seseorang di sampingku menatap kami dengan pandangan menusuk.
“Hehehe...hai!” Andre melambaikan tangannya kepada Tora sambil membentuk huruf ‘V’ dan cengengesan kayak orang sinting, namun Tora tidak menggubrisnya. Sementara aku segera berdiri dari bangkuku mau menyerahkan tugas latihanku.
“Gue ke depan dulu,” sahutku buru-buru, dan Tora juga ikut berdiri dan berjalan di depanku. Ku lihat teman-teman yang lain juga sudah mulai mengumpulkan tugas mereka.
Akhirnya bel istirahat yang dinanti-nantipun berbunyi, semua temanku langsung berhamburan keluar kelas setelah Bu Nini keluar. Aku juga bergegas membereskan buku-bukuku.
“Ayo Dri buruan, tar kantinnya keburu penuh lagi.” Kata Andre yang sudah berdiri dari tempat duduknya.
“Iya, gue juga udah selesai nih.” Kataku yang segera bangkit dari dudukku, tapi tiba-tiba Tora memegang tanganku dan itu cukup membuatku kaget.
“Kamu jangan pergi, aku mau bicara,” ucapnya datar. Aku menoleh ke arah Andre namun dia hanya mengangkat bahunya. Aku menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan cepat.
“Kalau gitu, lu duluan aja Dre,” kataku akhirnya. Setelah Andre pergi aku melepaskan tanganku dan kembali duduk di kursiku.
“Mau bicara apa?” Kataku melihat ke arahnya. Dia memperhatikan ke sekeliling kelas, sepertinya mau memastikan tidak ada lagi orang lain di dalam kelas. Setelah yakin tidak ada orang lain, dia membalikan wajahnya menghadapku. Menatapku tajam. Aku mengalihkan pandanganku ke arah lain saat dia menatapku begitu lama. Aku menjadi kikuk dan jantungku berdetak tak beraturan.
“Aku suka kamu.”
Deg!
“Hah!” spontan aku menatap wajahnya, aku begitu kaget mendengar pernyataan sukanya barusan.
“Kamu mau jadi pacarku?” Katanya lagi yang membuatku bertambah kaget.
“Hah!”
Hanya itu yang keluar dari mulutku, aku tak menyangka cowok aneh ini mengungkapkan perasaannya padaku. Aku tahu aku menyukai cowok tapi kenapa harus aku, dan itu berarti dia juga menyukai cowok. Bodoh! Apa yang ku pikirkan, sudah jelas dia nembak aku ya pastilah dia juga menyukai cowok sama sepertiku tapi apakah aku harus menjadi pacarnya? Aduh aku harus jawab apa, ini mendadak sekali, kenapa tiba-tiba dia bilang suka padaku. Ini jantung juga nggak mau di ajak kompromi, dari tadi perang mulu membuat letupan-letupan yang tak menentu. Seketika aku teringat lagi dengan mimpi-mimpiku. Dia yang datang menghampiriku, menyatakan perasaannya dan aku yang menjawab ‘iya’, dan senyumannya....
“Andri... kamu mau?” Tora mengguncang bahuku dan membuatku sadar dari lamunanku.
“Iya!?”
Aku mengerjapkan mata yang dari tadi menatap wajahnya. Oh dia tersenyum, ini pertama kalinya dia tersenyum, walaupun cuma sedikit tapi begitu indah. Tapi kenapa dia tersenyum? Apa benar ini cuma mimpi? Ya, di dalam mimpiku dia tersenyum dan hanya di sana dia tersenyum dengan manisnya.
“Makasih, sudah mau jadi pacarku,” ucapnya kemudian.
Hah! kapan aku bilang mau jadi pacarnya? Aku mengerutkan keningku. Tiba-tiba aku jadi tersadar barusan aku bilang ‘iya’. Ternyata ini beneran dan jawabanku tadi, haduuhh bagaimana ini.. ‘Tapi baiklah, mulai sekarang aku terima kamu jadi pacarku’ kataku dalam hati. Loh, loh, loh, kenapa hatiku malah ikutan menerima dia, walaupun dia tak mendengarnya tapi hatiku sudah menerima. Ah sepertinya aku sudah gila, berpacaran dengan cowok aneh ini gimana jadinya coba, dan...
Cup..
Deg!
Dia mencium bibirku tanpa minta izin dulu dariku, aku merasakan wajahku memanas.
“TORAAA!!” Teriakku setelah beberapa detik bengong karena menerima ciuman mendadak darinya. Tapi dia malah seenaknya berjalan pergi meninggalkanku, sementara aku masih duduk terpaku sambil memegang bibirku dan dadaku. Jantungku berdetak tak karuan.
“Aku mau ke kantin, kamu mau ikut?” Katanya yang sudah berada di luar kelas. Aku bangkit dari dudukku dan berjalan pelan ke arahnya yang sudah berjalan duluan jauh di depanku.
Sesampainya di kantin aku melihat Andre melambaikan tangannya ke arahku, saat aku hendak berjalan menuju meja Andre, Tora sudah berada di depanku.
“Kamu duduk denganku.” katanya sambil menarik tanganku.
“Tapi, aku harus pesan makanan dulu.” kataku mencoba melepaskan tanganku.
“Aku sudah pesan, duduklah.”
Aku menoleh ke meja di sebelah kami berdiri, ternyata sudah terletak satu piring nasi goreng dan segelas jus alpukat. Darimana dia tahu makanan kesukaanku. Cowok ini benar-benar aneh, atau aku yang sudah aneh. Sejak kejadian tadi aku selalu menurutinya. Dan sekarang aku sudah duduk di sebelahnya. Ah sudahlah, aku sudah lapar.
Saat masuk ke dalam kelas Andre langsung mengirim pesan padaku via bbm, dia menanyakan tentang pembicaraanku dengan Tora tadi.
[Cowok aneh itu ngomong apa sama lu?]
‘Cowok aneh itu pacar gue sekarang Dre’ kataku dalam hati setelah membaca pesan dari Andre.
[Dia ngelarang gue berteman dengan lu.] ku kirim balasan padanya.
[Hah! Serius lu Dri? Kalo gitu kali ini gue ga mau diam aja, gue harus bikin perhitungan dengannya, enak aja dia mau ngejauhin gue dari Yayank gue.] aku tersenyum membaca balasannya yang panjang beserta emot marah.
[Hahaha...gue becanda kok, dia cuma mau berteman dengan gue.] aku belum mau memberitahukan tentang hubunganku dengan Tora kepada Andre. Tapi aku akan memberitahukannya nanti.
[Aish lu becandanya ga lucu ah, gue kira beneran si Tora ngomong gitu]
Aku mengirim emot memeletkan lidah padanya dan malah di balas emot cium ckckk. Aku menutup hp ku segera karena Guru B. Indonesia kami sudah datang.
*
Teet, teet, teet..
Bel pulang sudah berbunyi, seperti biasa kelasku sudah mulai gaduh oleh suara kursi yang di dorong agar si empunya leluasa lewat dan di iringi suara langkah kaki yang buru-buru keluar.
“Dri, hari ini lu di jemput?” Kata Andre dari belakangku.
“Nggak, barusan gue dapat sms kalau gue harus pulang sendiri.” Jawabku.
“Kalau gitu pulang bareng gue aja,” katanya lagi.
“Okey.” balasku sambil mengacungkan jempolku ke Andre.
“Kamu pulang denganku.” Kata Tora tiba-tiba yang membuatku menoleh padanya. Aku melihat ke arah Andre, dan lagi dia hanya mengangkat bahunya.
“Kalau gitu lain kali aja Dre,” kataku akhirnya. Andre mengacungkan jempolnya. Setelah pamit ke Andre, aku mengikuti Tora yang sudah jalan duluan.
*
Aku menyerahkan helm yang ku pakai ke tangan Tora. Dia terus saja menatapku dengan matanya yang sayu itu. Kalau sudah begini aku jadi salah tingkah di buatnya.
“K...kamu mau mampir dulu?” tanyaku sedikit gugup.
“Lain kali aja.” katanya yang masih terus menatapku.
“Baiklah,” kataku sedikit menunduk malu karena terus di tatap oleh Tora.
“Aku pergi,” ucapnya seraya membelai kepalaku lembut. Seketika aku mengangkat wajahku menatap wajahnya. Ah pasti wajahku sudah merona sekarang.
“I..i.iya, hati-hati.” kataku salah tingkah. Dia mengangguk dan menjalankan motornya. Ku pandangi punggung Tora sampai dia menghilang di bawa motornya. Ku pegang lagi dadaku yang berdetak hebat. Sejak Tora memintaku untuk jadi pacarnya saat jam istirahat tadi kenapa jantungku selalu deg-deg an. Apakah aku mulai menyukainya lagi setelah kami jadian tadi. Ah aku tidak mengerti.
Ku hempaskan tubuhku ke atas kasur empukku, memikirkan kejadian di sekolah tadi. Tora anak baru yang aneh yang boleh di bilang tidak pernah bicara denganku, bahkan dengan teman-teman yang lain juga. Saat aku bertanya dan mencoba bicara biar lebih akrab dengannya, dia hanya diam tidak mengacuhkan aku. Baru hari ini dia banyak mengeluarkan kata-kata. Tapi nanti kami kencannya seperti apa ya? Apakah dia romantis? Apakah aku bisa bertahan dengan dia yang seperti itu? Ah sudahlah, liat nanti aja deh. Lebih baik aku tidur, perlahan ku pejamkan mataku memasuki alam bawah sadarku.
***
Hari ini aku dan Kak Hendra nebeng mobilnya Kak Inka karena motor Kak Hendra lagi di rawat di bengkel. Baru dua langkah memasuki kelas Andre sudah mengagetkanku dengan memelukku dari belakang, dia selalu melakukan hal ini padaku, kadang teman-teman kelas meledek kami mengatakan kami adalah pasangan yang serasi atau mengatakan kalau aku adalah istri mudanya Andre setelah Resti pacarnya tentunya. Aku sempat kesal di ledekin begitu tapi Andre malah cuek saja nggak peduli dengan apa yang di katakan teman-teman, akhirnya aku jadi ikutan cuek juga, yah aku tahu mereka cuma bercanda. Dan hebatnya lagi Resti pacarnya Andre juga orang yang cuek, dia tidak menanggapi candaan tersebut dengan serius.
“Wah pasangan suami istri makin mesra aja nih.” celetuk Doni dari tempat duduknya.
“Iya donk, kami kan pasangan SAMAWA alias sakinah mawaddah warahmah, iya kan Say?” Balas Andre yang sekarang sudah menggandeng tanganku. “Awww..” aku menjitak kepalanya hingga membuat Doni dan yang lain tertawa melihat Andre mengaduh kesakitan.
“Samawa dari Hongkong.” kataku sambil meneruskan langkahku menuju tempat dudukku, tapi Andre masih terus menggandeng tanganku. Sedikit lagi menuju mejaku tiba-tiba aku merasakan seseorang menarik tanganku yang sedang di gandeng Andre dan mendorong bahu Andre agar jauh dariku. Aku cukup kaget dan ternyata orang tersebut adalah Tora, dia menatap tajam ke arah Andre.
“Jangan pernah menggandeng tangannya lagi,” ucapnya tegas dan menatap tajam kepada Andre.
“Wooo santai men, dia sahabat gue jadi wajar donk gue menggandeng tangannya,” ucap Andre dengan heran menatap Tora. Tapi Tora tak menghiraukan Andre lagi, dia menarik tanganku menuju tempat duduk kami, meninggalkan Andre yang heran dengan sikap Tora barusan.
Aku hanya diam dan mengikuti Tora untuk duduk, mencoba tidak peduli dengan pandangan teman-teman yang menatap kami.
Jam istirahat, Andre sudah di jemput oleh Resti, dia merangkul Resti dengan mesra. Aku memperhatikan mereka hingga mereka menghilang dari hadapanku, ‘seandainya Tora memperlakukan aku seperti itu pasti akan sangat menyenangkan’ batinku. Tapi sepertinya itu tidak mungkin, walaupun di sekolah ini sudah banyak yang tahu kalalu aku seorang gay tapi nggak mungkin aku bisa bergandeng mesra seperti itu di sekolah. Apalagi sikap Tora yang sangat kaku gitu, tambah nggak mungkin lagi.
“Kamu nggak ke kantin?” Pertanyaan Tora mengagetkanku.
“Ah gak, aku bawa bekal dari rumah, kamu mau?” Tora mengangguk membalas pertanyaanku. Aku memang suka membawa bekal ke sekolah, tapi tidak setiap hari. Kadang aku membaginya dengan Andre jika dia tahu aku membawa bekal. Dua buah burger yang cukup besar sudah berada di atas mejaku, ku berikan satu kepada Tora. Dia tersenyum menerima burger dariku. Ah jika dia terus tersenyum seperti itu dia tidak akan terlihat seperti vampir lagi. Aku sangat suka senyumannya.
“Kalau makan jangan berlepotan,” ucapnya yang tiba-tiba mengelap sudut bibirku dengan jempolnya, ternyata saos burgerku. Aku terpana saat dia menjilati saos yang di jempolnya tadi dengan santai.
“I..iya,” balasku dengan gugup, dan memakan lagi burgerku dengan jantung yang sudah berdetak tak karuan.
“Makasih kamu sudah mau berbagi denganku.” katanya setelah menghabiskan burgernya.
“Iya,” balasku sambil tersenyum kepadanya. “Kalau kamu mau, aku bisa membawakan bekal lagi besok”
“Apa itu tidak merepotkanmu?” Tanyanya memastikan.
“Tentu tidak,” balasku.
“Baiklah aku mau.” katanya sambil mengacak pelan rambutku.