It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@hananta cerita ini hanya fiktif belaka. jika ada kesamaan tempat, nama, karakter, atau...apa lagi ya...lupa lanjutannya makasih ya udah mau mampir ke lapak yang masih bau kencur ini...baca terus ya part berikutnya kalau update..
termasuk yg udh ngaku ke ortu..
@denfauzan waduh gimana jadinya tuh salah dikit bisa blub blub blub blub gak muncul2 lagi dah
@hananta kalau di sini, yang udah terbuka sama ortunya cuma tora,,,kalau andri belum berani, cuma teman2nya udah pada tahu keadaannya...okey coba liat part 4 nya nanti ya kalau update...
tora ini mirip adek kelas ku yg keturunan indo-belanda.. kulitnya putih pucet, aneh, udh ngaku ke ortu..
andri ini juga adek kelas ku, sekelas sama yg aku bilang tora.. beneran pacaran juga, sifatnya pun sama.. cuma andri adek kelasku ini agak sissy..
aku pun tau mereka pacaran pas udh lulus sekolah, pas aku satu kampus lg sama andri tp gak sama tora..
@Aurora_69 tak sanggup nolak tora? lol
@lulu_75 yah lumayan bikin andri tambah cinta dengan sikap romantisnya yang seperti itu hihihi...baca yerus ya kalau update, dan kasih masukannya...
@denfauzan @3ll0 @Yirly @Sho_Lee @Aurora_69 @arieat @o_komo @okki
@monic @Adi_Suseno10 @soratanz @asik_asikJos @xmoaningmex @lulu_75 @RifRafReis @LostFaro @gaybekasi168 @amostalee @Tsunami @andi_andee @hananta
*******
Part 4
Hari ini aku di antar lagi oleh Kak Hendra. Ku lihat kelasku masih sepi karena belum banyak anak-anak yang datang, bahkan Tora juga belum datang, biasanya dia datang sepuluh menit sebelum masuk. Saat asyik memainkan HP, ku lihat Andre dan Reno masuk menuju bangku mereka yang ada di belakangku. Setelah meletakkan tas, mereka mengajakku ke kantin.
Kantin juga masih terlihat sepi, hanya beberapa murid yang ada. Andre dan Reno langsung memesan makanan, sementara aku hanya memilih memesan minuman botol saja karena aku sudah sarapan.
Saat kami asyik dengan menu masing-masing, tiba-tiba Resti datang menyapa kami dan langsung duduk di sebelah Andre. Ku lihat pasangan ini selalu mesra, seakan hubungan mereka tak pernah di landa masalah. Selama satu tahun hubungan mereka, yang aku tahu cuma satu kali mereka memiliki masalah yang cukup besar. Saat aku dan Resti mencari Andre guna membicarakan tentang rencana kami jalan-jalan ke puncak setelah ujian semester tahun lalu. Kami tidak menemukan Andre, sampai akhirnya kami menemukan dan melihat seorang cewek mencium Andre di gudang belakang yang memang sepi. Resti marah besar, kecewa pada Andre. Aku juga kecewa saat itu karena nggak menyangka sahabatku mengkhianati pacarnya yang juga adalah sahabatku, namun Andre menjelaskan semuanya padaku kalau cewek tersebut menembak dia tapi dia sudah menolak, namun cewek itu tak peduli dengan status Andre yang sudah punya pacar, dia tetap ngotot buat jadi pacar Andre, lalu tiba-tiba dia mencium Andre, dan saat itulah aku dan Resti melihat kejadian tersebut. Andre memintaku untuk menjelaskannya kepada Resti. Susah payah aku membujuk gadis itu, namun akhirnya mereka baikan lagi.
Mengingat kejadian yang lalu dan melihat mereka yang begitu mesra saat ini, aku jadi senyum-senyum sendiri.
Orang pertama yang ku beritahu tentang orientasi seksualku adalah mereka. Saat itu mereka mau menjodohkan aku dengan salah seorang teman Resti. Biar nanti bisa double date, itu alasan mereka padaku, aku hanya geleng-geleng kepala mendengar alasan mereka. Beberapa kali Resti mencoba untuk mempertemukan aku dengan temannya, namun aku selalu menolak. Terakhir saat mereka memaksaku, aku langsung memberitahu mereka kalau aku berbeda. Aku memberitahu mereka kalau aku tidak menyukai perempuan, tapi pria. Mereka sempat syok mendengar pernyataanku, tapi mereka menerima keadaanku. Bahkan teman-teman satu kelas dan dari kelas lain juga sudah tahu tentangku kerena beberapa teman pernah melihat aku bergandengan dengan seorang cowok masuk bioskop dan aku bersyukur karena mereka juga menerima keadaanku, walau tak bisa di pungkiri sempat ada beberapa anak dari kelas lain yang mengolokku, tapi itu hanya sebentar.
“Dri, lu pacaran ya dengan Tora?” pertanyaan Reno yang tiba-tiba, membuatku kaget. Andre dan Resti melihat aku secara berbarengan seolah meminta jawaban atas pertanyaan Reno barusan. Aku sedikit gugup saat mereka melihat ke arahku, namun aku segera menguasai diriku agar tidak terlihat begitu gugup di depan mereka.
“Lu dapat berita dari siapa kalau gue pacaran sama Tora?” aku balik bertanya kepada Reno.
“Bukan dari siapa-siapa, tapi akhir-akhir ini gue sering lihat lu pulang bareng dengan Tora,” balasnya sambil menatapku tajam dan di iringi anggukan oleh Andre dan Resti.
“Lu cemburu ya?” aku bertanya sambil menaik turunkan kedua alisku ke arahnya.
“Najis! Gue bakal cemburu kalo lu pacaran dengan Tiara,” katanya sambil mendaratkan sebuah jitakan ke kepalaku. Saat bersamaan Tiara menolehkan pandangannya ke arah kami, rupanya dia sudah duduk di sebuah kursi yang tak jauh dari kami.
“Tuh dia orangnya,” kataku sambil mengusap kepalaku dan menunjuk kearah Tiara dengan daguku. Serempak Reno, Andre, dan Resti menoleh ke arah yang ku tunjuk tadi. Wajah Reno langsung berubah merah merona dan tertunduk malu saat mengetahui gadis yang selama ini di incarnya mendengar perkataannya. Tiara juga nampak malu-malu di kursinya. Kami bertiga kompak tertawa dan mulai menggoda Reno. Aku bersyukur pembicaraan kami beralih menjadi menggoda Reno.
Tiba-tiba aku di kagetkan oleh getar HP-ku. Saat ku buka ternyata ada pesan masuk dari Tora.Ternyata dia sudah datang.
“Kamu di kantin?”
“Iya, kamu mau nitip sesuatu.?” Ku kirim balasanku padanya.
“Ga usah, aku mau kamu aja.” Aku tersenyum membaca balasan darinya.
Segera aku berpamitan pada teman-temanku, meninggalkan mereka yang masih asyik bercanda. Membeli beberapa jajanan kecil untuk ku berikan nanti kepada Tora.
Sampai di kelas, kulihat sudah banyak teman-teman yang datang. Tora sangat serius membaca buku yang di pegangnya, sepertinya sebuah Novel lagi. Ku letakkan kantong kresek yang berisi jajanan tadi di depannya dan duduk di sebelahnya. Dia menutup bacaannya, mengambil satu buah jajanan dan memasukan kedalam mulutnya.
“Manis,” katanya setelah menggigit jajanan tersebut. “Sama seperti dirimu.” Lanjutnya lagi. Aku terkekeh mendengar ucapannya barusan. Sepertinya pacarku ini sudah pandai menggombal.
“Oh ya, nanti siang aku mau ke Toko Buku, kamu mau menemaniku?” aku bertanya padanya yang masih asyik mengunyah jajanan yang ku bawa tadi.
“Baiklah,” balasnya singkat sambil menoleh kepadaku.
Jajanan yang di makan Tora habis berbarengan dengan bel tanda masuk berbunyi. Ku lihat Andre dan Reno masih asyik bercanda sambil terus berjalan ke tempat duduk mereka. Tidak lama Bu Santi guru B. Inggris kami masuk, beliau langsung menyuruh kami megumpulkan pekerjaan rumah yang di berikannya kemaren. Seisi kelas menjadi sedikit gaduh saat kami semua berjalan ke depan menyerahkan tugas kami. Saat kembali ke tempat dudukku tiba-tiba kakiku menginjak tali sepatuku yang membuatku terjerembab ke arah Tora, dengan sigap dia langsung memegang tubuhku hingga terlihat seperti dia memelukku. Melihat kejadian itu sontak seisi kelasku tambah gaduh, teman-teman menyoraki kami, ada yang tertawa dan ada yang bersiul-siul menggoda kami. Mukaku langsung memerah karena malu, sementara Tora cuek saja tidak mempedulikan teman-teman yang usil, dia masih memegang tubuhku dan membantuku menuju tempat duduk. Bu Santi susah payah menenangkan kelas yang gaduh, lalu menoleh ke arahku.
“Kamu tidak apa-apa Andri?” beliau bertanya prihatin kepadaku.
“Saya tidak apa-apa Bu,” jawabku lirih, di tambah sedikit anggukkan. Setelah mendapat jawabanku, Bu Santi memulai pelajarannya.
Aku memperhatikan Bu Santi dengan serius karena aku memang menyukai pelajaran ini. Sementara Tora, seperti biasa dia memperhatikan aku. Sekarang aku tidak merasa kesal lagi jika dia terus menatapku lama, karena sekarang dia adalah kekasihku dan aku sangat senang jika dia hanya melihatku bukan cowok lain hehehe. Aku mencatat sesuatu di belakang bukuku lalu menggeserkannya ke meja Tora.
“Berhentilah menatapku, lihat ke depan! Apa kamu tidak bosan melihatku terus?”
“Aku tidak pernah bosan melihatmu,” aku tersenyum membaca balasan darinya.
“Apa kamu baru saja menggombaliku?” aku menggeser lagi bukuku padanya.
“Apa wajahku terlihat seperti tukang gombal bagimu?” aku tersenyum lagi membaca tulisan darinya lalu segera menulis balasanku.
“Iya.”
Ku lihat keningnya berkerut saat membaca balasanku kemudian menuliskan balasannya di bukuku dan menyerahkannya lagi padaku.
“Hey, aku serius, aku tidak pernah bosan melihatmu.”
Aku melihatnya sekilas dan tersenyum manis ke arahnya, kemudian menulis lagi di bukuku.
“Iya aku tau, i love u.”
Ku lihat dia tersenyum membaca tulisan yang barusan ku geser ke arahnya. “I love u more,” balasnya kemudian. Sebuah pernyataan yang sederhana namun sangat berarti bagiku karena yang menyatakannya adalah orang yang ku cintai.
Aku menutup bukuku mengakhiri percakapan kami lewat sebuah buku tadi lalu memperhatikan lagi Bu Santi yang ada di depan dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirku. Sepertinya aku telah menemukan seseorang yang benar-benar tulus padaku.
Saat aku menoleh ke belakang, kulihat Andre dan Reno begitu serius memperhatikan ke depan. Ya, mereka juga sangat menyukai pelajaran ini di tambah lagi karena Guru B. Inggris kami ini sangat cantik, membuat mereka jadi lupa daratan, eh maksudku, lupa sekitar mereka ckckck.
**
Aku berjalan ke rak yang bertulisan Humor. Melihat-lihat buku yang akan ku cari ‘Cado-Cado’, aku mau mencari yang bagian 3. Setelah mendapatkan yang aku inginkan, aku mencari Tora yang tidak ada di sampingku, ku edarkan pandanganku, rupanya dia berada di rak yang bertulisan Roman Dewasa. Pacarku itu sangat menyukai Novel, kalo dia ulang tahun nanti aku kasih Novel saja deh. Eh iya, aku baru ingat ulang tahunnya masih lama hehehe.
Aku segera mengalihkan pandanganku ke rak yang ada di depanku ini mencari satu buku lagi. Mataku masih mencari-cari judul yang menarik saat tiba-tiba ada tangan yang menepuk pelan pundakku. Aku menoleh ke arah orang yang menyapaku. Revan. Dia berdiri dengan tangan memegang beberapa buku.
“Hai, lagi cari apa?” tanyanya dengan senyum yang memperlihatkan satu buah gigi gingsul yang terletak di bagian sebelah kanan.
“Oh hai, lagi cari buku yang menarik nih,” jawabku membalas senyumannya.
Dia mengalihkan pandangannya pada rak buku lalu mengambil sebuah buku dan menyerahkannya padaku.
“Ini bagus, di jamin kamu bakal ngakak bacanya,” katanya, aku mengambil buku yang di serahkannya itu dan membaca synopsis di sampul belakangnya.
“Okey, aku akan ambil ini,” kataku setelah membaca synopsis di belakangnya.
“Emm kamu sendirian aja?” tanyanya kemudian.
“Nggak, aku ke sini berdua.” Ku edarkan pandanganku ke rak di mana Tora berada tadi, Revan ikut menolehkan pandangannya, tapi aku tidak menemukan Tora di tempat tadi.
“Dengan cowok itu?” Revan menunjuk seorang cowok berambut ikal di depan rak tersebut.
“Bukan...mungkin dia lagi di bagian buku lain.”
“Ohh....oh ya, kapan-kapan mau makan bareng?” pertanyaan Revan menghentikan gerakan tanganku saat mengambil sebuah buku lagi. Ku tatap wajahnya, terlihat senyumnya begitu cerah. Apa dia mau mengajakku kencan. Ah tidak mungkin, dia cowok normal dan kami berteman, jadi wajar saja dia mengajakku makan bareng. Bukankah aku juga sering makan berdua bareng Andre. Setelah ku tepis pikiran anehku, segera ku berikan jawaban atas pertanyaannya barusan.
“Boleh. Asalkan gratis mah aku mau aja,” kataku sedikit bercanda, walaupun candaanku garing sih, namun dia terkekeh mendengar jawabanku.
“Hahaha, baiklah, aku akan kasih kabar kapan waktunya.”
“Hehehe sipp.”
Aku agak tersentak saat Tora tiba-tiba sudah berada di sampingku, segera kuperkenalkan kepada Revan. Revan mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah pada Tora, namun Tora menyambut uluran tangan Revan dengan pandangan yang tak suka. Melihat perubahan wajah Tora itu aku segera mengambil buku yang tadi hendak ku ambil lalu berpamitan kepada Revan. Dia membalas lambaianku masih dengan senyuman yang merekah cerah, sepertinya dia adalah orang yang selalu bahagia. Tak terlihat ada beban sedikitpun di wajahnya.
Tora hendak membayar buku-buku yang ku ambil tadi, namun aku segera membayarnya setelah Kasir menyebutkan total biaya belanjaanku. Dia mengerutkan keningnya dan menatapku tajam, yang ku balas dengan senyuman termanisku. Dia menghembuskan nafasnya dengan keras, kemudian memasukan kembali dompetnya ke dalam saku celananya lalu mengambil kantong belanjaanku. Aku tersenyum melihat tingkahnya, di tambah saat dia menggemgam tanganku. Dia tak mempedulikan pandangan beberapa pengunjung yang memperhatikan kami. Sebenarnya aku sedikit gugup tapi langsung hilang, menguap entah kemana saat Tora mengeratkan genggaman tangannya. Aku mencintainya. Mencintai cowok yang sedang menggenggam tanganku ini. Aku benar-benar merasa nyaman saat bersamanya.
“Siapa cowok tadi?” tanya Tora ketika kami sudah sampai di dekat motornya. Dia menaiki motornya dan menyerahkan satu helm padaku.
“Oh, dia temannya Doni, kami bertemu saat aku dan yang lain makan bareng di Mall beberapa waktu lalu,” jelasku pada Tora.
“Dia menyukaimu.”
“Itu hanya perasaanmu saja, menurutku dia tidak seperti kita.”
“Semoga saja dan jangan pernah bertemu dia lagi.” Aku tidak melanjutkan percakapan kami lagi, hanya membalasnya dengan senyuman dan duduk di belakangnya. Dia mulai menjalankan motornya meninggalkan Toko Buku yang tadi kami masuki. Aku memeluk pinggangnya erat ketika dia mulai menambah kecepatan motornya.
Kami sempat singgah di sebuah Rumah Makan buat mengisi perut kami yang sudah lapar, dan sempat mutar-mutar juga menikmati kebersamaan kami. Hingga sore di gantikan oleh malam. Aku benar-benar lelah dan kangen dengan kasurku yang empuk.
“Ini.” Tora mengernyitkan keningnya saat aku menyerahkan sebuah buku kepadanya.
“Buku ini.....?” Tora tak meneruskan kata-katanya.
“Aku sengaja membelinya untukmu, aku ingin kamu membacanya. Masa kamu baca novel-novel serius itu mulu.” Aku sedikit mengerucutkan bibirku, menatap wajahnya berharap dia mau menerima buku dariku.
Dia terkekeh pelan melihatku dan mangacak rambutku. “Baiklah, aku akan membacanya demi kamu,” dia mengambil buku itu dari tanganku lalu memasukannya ke dalam tasnya.
Ku lihat kiri-kanan. Gelap. Sepi. Tora heran menatapku yang celingak-celinguk kayak orang maling yang takut ketahuan. Sebelum dia bertanya kenapa aku seperti ini, aku segera mendekatkan wajahku ke wajahnya dan...
Cup..
Aku mencium pipinya lalu menundukan wajahku karena malu. Mukaku pasti sudah memerah sekarang kayak tomat. Ini pertama kalinya aku menciumnya duluan dan di tempat terbuka pula. Ku rasakan tangan Tora memegang wajahku dan membelainya lembut dengan ibu jarinya. Ku dongakkan kepalaku menatap mata sayunya. Tatapannya begitu meneduhkan. Dia mengecup keningku dengan lembut lalu memakai kembali helmnya dan berpamitan.
Aku melangkahkan kakiku dengan perasaan yang bahagia, senyam-senyum sendiri mengingat kejadian barusan. Cowok aneh itu sudah membuatku tergila-gila padanya. Cowok aneh itu yang mencintaiku dengan tulus. Cowok aneh itu yang sekarang menjadi pacarku. Pacar yang membuat hari-hariku menjadi indah.
“Darimana saja Dek?” aku tersentak kaget melihat Kak Inka berdiri di ruang tamu. Dia menatapku dengan tatapan yang tak bisa ku artikan. Tiba-tiba rasa takut merasuki diriku. Aku takut Kak Inka melihat kejadian tadi. Aku takut Kak Inka marah padaku karena mengetahui Adik kesanyangannya adalah seorang gay. Segala pikiran-pikiran yang membuat parno bermain-main di otakku.
“Ta...tadi Andri main ke Toko Buku Kak, habis itu mutar-mutar bentar sama teman,” kataku terbata menjawab pertanyaan Kak Inka. Dia masih menatapku dengan tatapan yang sama. Aku gugup.
“Beneran sama teman?” tanyanya lagi yang membuatku semakin gugup.
“Be...benar Kak.” Aku menundukan wajahku tak berani menatap wajahnya.
Ku lihat kaki Kak Inka berjalan mendekatiku. Jantungku berdetak sangat kencang memperhatikan langkah kakinya yang kian dekat denganku. Aku tidak tahu apa yang akan di lakukannya nanti, hingga kaki itu berhenti tepat di hadapanku. Sebuah tangan membelai punggungku dengan lembut, dia juga membelai rambutku dengan penuh kasih sayang. Kak Inka memelukku.
“Kakak sayang kamu,” katanya pelan di dekat telingaku. Aku menganggukkan kepalaku dalam pelukannya. “Udah sana ganti bajunya,” lanjutnya setelah melepaskan pelukannya dan masih menatapku dengan tatapan yang tidak bisa ku mengerti.
Jantungku masih berdetak dengan kencang ketika menuju kamarku. Aku masih bertanya-tanya dalam hati apakah Kak Inka melihat kejadian ciuman tadi. Aku takut Kak Inka melihatnya. Aku takut Kak Inka memberitahu Mama dan Papa tentang orientasiku. Aku takut orangtuaku membenciku. Tapi aku bingung dengan sikap Kak Inka tadi, dan kata-katanya tadi, aku nggak mengerti apa maksudnya. Tiba-tiba dia bertanya seperti itu dan bilang sayang padaku. Biasanya jika aku pulang telat karena keasyikkan main dengan Andre dan yang lain, Kak Inka tidak pernah bertanya seperti itu. Dia hanya akan bertanya aku darimana, dan jika aku menjawab habis nonton bareng teman atau habis main ke rumah teman, dia hanya mengangguk-nganggukan kepalanya lalu menyuruhku mandi dan makan malam. Tapi tadi sikapnya nampak berbeda.
Saat melewati ruang tengah tadi aku tak melihat Mama dan Papa. Sepertinya mereka ada acara lagi di luar. Kak Hendra juga sepertinya belum pulang. Sebaiknya aku segera mandi dan istirahat. Aku benar-benar lelah. Padahal aku hanya ke Toko Buku dan muta-mutar sebentar bersama Tora.
Tora. Apa aku harus memberitahu dia mengenai sikap Kak Inka tadi? Atau sebaiknya aku diamin aja? Ah, lihat besok saja deh.