It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ga sabar ada tokoh andee-nya~
Kalo ada updetan baru, mensyen yak.
Tengkyu..
@okki pasti, kalau gak tar malam, mungkin besok..
@amostalee makasih ^^
@naraputra28 okey, thanku juga ya udah baca..
iyah, sami sami.
Beneran yak pake mesyen.. ojo lali yo.
#pembacaLaknat
@naraputra28 sippo..
@naraputra28 sippo..
@denfauzan @3ll0 @Yirly @Sho_Lee @Aurora_69 @arieat @o_komo @okki
@monic @Adi_Suseno10 @soratanz @asik_asikJos @xmoaningmex @lulu_75 @RifRafReis @LostFaro @gaybekasi168 @amostalee @Tsunami @andi_andee @hananta @Pratama_Robi_Putra @Sicilienne @LeoAprinata @liezfujoshi @josiii @freeefujoushi @RenataF @ricky_zega @ocep21mei1996_ @naraputra28
*******
Part 8
Aku menoleh ke samping melihat Kak Ridho berdiri di sebelahku. Tangannya masih terkepal hendak melangkah mendekati Kak Wisnu, tapi dengan cepat aku menahan tubuhnya. Ku alihkan pandanganku ke Kak Wisnu yang memegang sudut bibirnya yang sedikit berdarah. Wajahnya menyiratkan rasa bersalah dan menyesal atas apa yang telah di perbuatnya.
“Lepasin Kakak Dri! Si brengsek ini harus di beri pelajaran karena telah melecehkanmu,” Kak Ridho berusaha melepaskan diri dari rangkulan tanganku namun aku tetap menahannya.
“Dho, maafin gue. Gue akui, gue salah karena telah berbuat tidak baik kepada Andri. Gue cinta sama Andri,” katanya lirih.
“Cinta lu bilang!? Itu bukan cinta namanya Nu, tapi nafsu! Dan gue sebagai sahabat lu kecewa sama sikap lu itu,” kata Kak Ridho. Baru kali ini aku melihatnya begitu marah. Selama ini dia adalah sosok yang selalu sabar, ramah, dan supel. Makanya tak heran begitu banyak fans-nya di sekolah ini. Aku sangat menghormatinya yang selalu memberikan perhatian lebih padaku.
“Gue memang gak bisa menahan hasrat gue untuk memiliki Andri waktu itu. Itu semua karena cowok aneh brengsek itu. Dia mencoba menghalangi gue buat dekat dengan Andri. Makanya saat Andri meminta maaf, gue putuskan untuk segera menyatakan perasaan gue ke Andri. Agar cowok aneh itu tidak menghalangi gue lagi jika Andri menjadi pacar gue. Namun gue di butakan oleh nafsu. Gue khilaf. Yang ada di pikiran gue waktu itu, gue harus memiliki Andri. Kata-kata itu terus terngiang di pikiran gue saat itu,” katanya menundukkan kepala.
Aku mengepalkan tanganku dengan kuat mendengar kata-kata Kak Wisnu yang menyematkan kata brengsek untuk Tora. Ku coba menahan emosiku dan mengatur nafasku biar tenang.
“Kak...” dia mendongakkan kepalanya menatapku. “...cowok aneh itu pacarku,” kataku datar dan memandangnya tajam. Terlihat jelas dia kaget mendengar pernyataanku barusan, begitupun Kak Ridho yang heran menatapku. Mungkin dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Namun aku tak peduli dengan apa yang ada di pikiran mereka saat ini.
“Itu tidak benar kan Dri?” tanya Kak Wisnu mendesakku.
“Itu benar Kak. Aku sudah mau mengatakannya waktu itu, tapi Kakak selalu memotong kata-kataku hingga Kakak.....” aku tidak mau meneruskan kalimatku lagi. Kejadian waktu itu menari-nari di hadapanku. Ku putuskan untuk pergi meninggalkan ruangan ini. Tapi tangan Kak Wisnu menahan langkahku.
“Andri. Please, beri Kakak kesempatan memperbaiki kesalahan Kakak. Kakak akan buktikan kalau Kakak lebih pantas bersamamu daripada cowok aneh itu,” katanya berusaha meyakinkanku kalau dia adalah orang yang pantas untuk jadi pacarku, bukan Tora.
Aku mulai jengah mendengar kata-katanya. Pantas? Saat dia melecehkanku di ruangan ini, apa itu yang dinamakan pantas. Saat aku berontak dan menangis tapi dia mengabaikan air mataku, apa itu yang dinamakan pantas? Dan sekarang setelah dia tahu kalau Tora adalah pacarku. Dengan gampangnya dia berkata kalau dia lebih pantas jadi pacarku di banding Tora yang selalu dia bilang cowok aneh. Aku memang pernah mengatakan kalau Tora orang aneh, tapi itu dulu sebelum aku mengenal baik siapa dirinya. Bahkan aku sudah mengerti mengapa dia bersikap seperti itu, karena dia hanya ingin menjagaku. Walaupun dia terlalu over protektif terhadapku, namun aku selalu berusaha untuk mengerti dan berpikir positif atas sikapnya itu. Aku hanya perlu memberikan perngertian secara baik-baik padanya. Tentang teman-temanku yang memang suka menggodaku, mereka semua hanya bercanda. Dan dia cukup mengerti setelah aku menjelaskan padanya.
Aku mengatur nafasku perlahan sebelum aku bicara lagi padanya. “Maaf Kak, aku tidak bisa. Aku mencintai Tora. Hanya dia. Maaf...permisi.” Aku melepaskan tanganku dari genggaman tangan Kak Wisnu, lalu berjalan menuju pintu. Sesampainya di depan pintu aku membalikkan badanku. “Dan dia bukan cowok yang brengsek,” lanjutku. Dia hanya diam mematung mendengar ucapanku. Sekilas ku alihkan pandanganku ke Kak Ridho yang dari tadi hanya diam. Ku tarik sudut bibirku sedikit hingga membentuk sebuah senyuman kecil. Kemudian melanjutkan langkahku meninggalkan ruangan OSIS.
Sampai di depan kelas, teman-teman sudah banyak yang berdatangan. Ku lihat Tora sudah duduk manis di bangkunya sambil membaca sebuah novel. Aku tersenyum melihat wajahnya yang begitu serius dengan buku bacaannya itu. Segera ku ambil buku yang sedang dia baca, menutupnya setelah memasukan pembatas buku ke dalamnya. Supaya nanti dia lebih mudah mencari halaman yang belum selesai dia baca. Aku memasang senyuman termanisku saat dia memperhatikanku yang mulai duduk di sebelahnya dan masih memegang bukunya. Dia membalas senyumku lalu mengambil kembali bukunya dan memasukan buku tersebut ke dalam tasnya. Terkadang aku memang suka melakukan hal itu. Mengambil buku yang sedang dia baca, menutupnya, kemudian meletakkannya di atas meja, atau menyimpannya. Dan dia tidak pernah marah setiap kali aku melakukannya, karena dia tahu itu artinya aku ingin dia hanya melihatku, bukan novel-novel itu. Ah, sepertinya aku sudah kecanduan sama tatapan matanya itu.
“Aku ingin jalan-jalan nanti malam,” kataku, mencoba memasang wajah seimut mungkin. Tora memang jarang mengajakku keluar malam. Kami lebih sering jalan setelah pulang sekolah. Namun setiap kali aku menginginkannya, biasanya Tora tidak pernah menolak.
“Baiklah, aku akan menjemputmu,” balasnya sambil membelai rambutku pelan. Aku langsung sumbringah mendengar kata-katanya.
**
Minggu pagi aku hanya malas-malasan di atas tempat tidur. Mama, Papa, Kak Inka dan Kak Rio, sedang asyik berkumpul di ruang keluarga. Sementara Kak Hendra belum pulang dari rumah temannya sejak kemaren. Dan aku sendiri, setelah tadi sempat berbincang-bincang sebentar dengan keluargaku dan Kak Rio di bawah, aku memilih kabur ke kamar daripada mendengarkan obrolan para orang dewasa itu. Yang mereka bicarakan tidak lain adalah bisnis, keluarga, dan pernikahan Kak Inka. Aku membuka akun Facebook-ku yang sudah beberapa hari tidak ku buka. Ada beberapa pemberitahuan komentar pada status yang ku buat. Ternyata isinya komentar-komentar gaje dari teman-teman yang rada alay. Segera saja aku membalas komentar-komentar tersebut.
‘Hai Dri, apa kabar?’ sebuah pesan masuk dari Revan tepat setelah aku selesai membalas semua komentar-komentar tadi.
‘Hai, aku baik nih. Kamu?’
‘Sama, aku juga. Tumben nih baru online. Jadi kangen hehehe,’ aku sedikit mengernyitkan kening membaca pesan yang baru saja ku baca. ‘Kangen’?. Apa aku nggak salah baca, Revan bilang kangen padaku. Apa jangan-jangan dia beneran suka aku kali ya. Ah, mungkin aku hanya ke ge-er-an saja. Siapa tahu dia hanya bercanda.
‘Iya nih, kemaren-kemaren banyak tugas, makanya aku jarang online. Ah, kamu bisa aja. Tapi aku memang pantas untuk di kangenin sih xixixi.’
‘Dan juga pantas untuk di cinta.’ Aku menatap layar HP-ku tanpa berkedip. Entah mengapa aku jadi merasa yakin kalau Revan benaran suka padaku.
‘Hehehe bisa aja kamu. Oh ya, hari minggu nggak keluar?’ kataku mencoba mengalihkan pembicaraan.
‘Nggak. Keluarga besarku lagi ngumpul, jadi kami nggak di bolehin keluar rumah.’
‘Wah pasti seru ya ngumpul bareng keluarga besar gitu.’
‘Haha kamu benar, kami kalau sudah ngumpul semua jadi kayak pasar. Rame... Oh ya, aku tutup dulu ya Dri. Tanteku udah manggil-manggil nih minta tolong.’
‘Sip. Selamat bersenang-senang ya,’ tak lupa aku memberikan emot senyum pada pesan terakhirku.
‘Padahal aku pengen ngelepas kangen sama kamu.’ Lagi, kata-katanya membuatku heran.
‘Kapan-kapan kita bisa ngobrol lagi,’ kataku akhirnya.
Kemudian aku melihat ada pesan masuk lagi. Ternyata dari Andee.
‘Dri, apa kabar? Aku kangen nih, pengen cerita-cerita lagi hehehe.’
‘Aku baik. Kamu? Sama aku juga kangen, dan pengen cerita banyak hehe.’
‘Aku juga baik. Pengen cerita kalau kamu udah punya cowok baru?’
‘Hah, kok kamu tahu? Padahal aku belum kasih tahu.’
‘Aduh Andri...dari status-statusmu akhir-akhir ini semua orang udah pasti tahu, termasuk aku.’
‘Hehehe, iya juga ya... Jadi kapan kita ketemu lagi? Kamu masih sibukkah?’
‘Masih nih. Kamu tahu sendiri kan, ujian akhir bentar lagi, jadiiii yah....bergitulahlah. Tapi nanti aku kasih kabar.’
‘Sippo...! Aku bisa ngerti keadaanmu saat ini, semoga lulus dengan nilai yang terbaik ya.’
‘Aamiin.’
Baru saja aku mengakhiri percakapan dengan Andee dan hendak menutup akunku, sebuah pesan masuk datang lagi. Kali ini dari teman Facebook-ku Radit. Anak Surabaya yang selalu menceritakan tentang malam pertamanya dengan pacar-pacarnya. Cowok kecil, imut, bekulit putih, keturunan Jepang dan seorang Otaku. Dia seorang anak yang menyenangkan, tapi yang ada dalam pikirannya selalu selangkangan. Dan pesannya kali ini juga tidak lepas dari yang namanya selangkangan.
‘Hei Dri. Gimana hubungan lu dengan cowok lu? Kalian udah ml blum? Berapa ronde? Dia romantis nggak? Jangan bilang kalau kalian belum ngapa-ngapain.’
Aku membaca pesannya dengan malas. Tiap kali dia melihatku online, selalu pertanyaan yang sama yang ku dapat darinya, ck.
‘Belum. Kami ml-nya setelah nikah nanti.... Pacar gue romantis, dia sayang banget sama gue.’
‘What!! Hari gini belum pernah ml. Hellooo!! Jangan-jangan punya doi gak berfungsi lagi ckckck... Eh, emangnya dia mau nikahin lu? Serius itu?’
Mataku langsung melotot membaca balasan darinya. Kurang ajar nih anak, seenak jidatnya aja bilang punya Tora nggak berfungsi. Apa salah jika kami tidak melakukan ml. Apa setiap pacaran itu harus di selingi dengan ml gitu. Dasar uke mesum.
‘Heh kamvret lu! Enak aja lu bilang punya pacar gue gak berfungsi. Kalau deket udah gue bikin perkedel lu uke mesum!... Iya dia mau nikahin gue kalau kita udah cukup umur buat nikah nanti.’
‘Hahahaha piss Bro. Habisnya kalian sudah lama pacaran masih belum ngapa-ngapain. Kalau gue jadi lu, gue gak bakal tahan di anggurin lama-lama xixixi.... Wah hebat kalian udah punya komitmen buat nikah, semoga kalian langgeng deh dan bisa nikah seperti yang kalian inginkan. Eh, emangnya kalian udah coming out sama ortu masing-masing?’
‘Yee, itu kan elu.... Tora udah coming out sama ortunya. Gue belum, yang tahu tentang gue baru Kak Inka. Gue belum siap ngasih tahu ortu gue.’
‘Hehehe.. Nggak usah takut Bro. Kakak lu kan udah tahu, dan dia bisa nerima lu. Gue yakin ortu lu juga bakal nerima keadaan lu. Percaya sama gue. Tetap semangat oke!’
‘Gue harap juga begitu. Thanks ya Bro atas support lu.’
Kami ngobrol sampai siang. Saat ku lihat jam di HP-ku sudah menunjukkan pukul 12. Setelah menutup akun facebook, aku segera bangkit dari tempat tidur kemudian turun menuju lantai bawah. Sepertinya cacing dalam perutku sudah demo minta di kasih makan.
**
Andre menyuapkan sebuah bakso ke mulutku yang aku terima dengan senang hati. Namun Tora yang duduk di sampingku langsung memberikan tatapan membunuh kepada Andre. Andre membalasnya dengan senyuman lebar lalu menaikan jari telunjuk dan jari tengahnya membentuk huruf ‘V’. Ketika dia menoleh menatapku, aku memasang wajah seimut mungkin dan mengusap-ngusap bahunya agar dia tidak marah. Sementara Resti hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah kami hehehe.
Saat Andre hendak menyuapiku lagi, gerakan tangannya berhenti di udara karena Tora kembali memberikan tatapan membunuhnya. Dengan cepat dia mengalihkan bakso tersebut ke mulut Resti. Setelah melahap bakso tersebut Resti melayangkan cubitan mautnya ke lengan Andre yang spontan membuat Andre menjerit kesakitan. Aku dan yang lain tertawa melihat adegan di depan kami kecuali Tora.
“Andri sudah punya pacar, kamu masih saja godain dia ckckck,” kata Resti geleng-geleng kepala. “Kamu juga, mau aja di suapin!” omelnya padaku. Aku hanya cengengesan membalasnya sambil garuk-garuk kepala nggak jelas.
“Aku hanya menunjukkan perhatian seorang Kakak kepada adiknya Beb,” aku yang mendengar penjelasan Andre langsung protes.
“Adik lu bilang? Tua’an gue enam hari dari lu tau gak!”
“Tapi badan lu lebih kecil dari gue Yank, jadi lu itu lebih pantas jadi Adik,” katanya, yang membuatku tambah keki. Ku keluarkan sebuah tusuk gigi dari botolnya, kemudian melemparkannya ke Andre dan masuk ke dalam bajunya. Dia mengeluarkan tusuk gigi tersebut lalu membersihkan sela-sela giginya dengan tusuk gigi tadi, ckck.
“Sejak kapan Andri lu jadiin Adik Dre? Biasanya lu jadiin istri kedua,” kata Doni menimpali.
“Sejak gue tahu dia pacaran dengan Tora,” kata Andre sambil menunjuk Tora dengan dagunya.
Aku memasang wajah cemberut, Tora membelai rambutku kemudian meneruskan makannya. Sementara Andre sudah menyuapi Resti lagi tanpa merespon perubahan wajahku tadi. Doni juga sibuk dengan baksonya.
*
Hari ini Tora mengajakku ke rumahnya lagi. Sepertinya mamanya masih belum pulang dari Bandung. Asisten rumah tangganya juga tidak kelihatan. Tora mengajakku ke kamarnya. Kami mengerjakan tugas kimia yang harus di kumpulkan besok. Setelah mengerjakan tugas kami nonton DVD yang di pinjam Tora sebelum kami pulang ke rumahnya. Aku duduk di depan Tora dan menyandakarkan punggungku ke dadanya. Dia melingkarkan tangannya ke pinggangku. Kami sama-sama menyukai film romantis atau komedi romantis. Sesekali dia mencium pipiku dan menyuapkan camilan ke mulutku. Saat ada adegan ciuman di film tersebut aku menolehkan wajahku padanya, menggigit dagunya pelan dan tersenyum manis padanya. Seolah mengerti dia menyatukan bibir kami berdua dan melakukan hal yang sama dengan yang ada dalam film yang kami nonton.
Setelah menonton film kami turun ke bawah, tepatnya kami menuju dapur karena saat film mendekati ending, perutku dengan tidak sopannya mengeluarkan bunyi yang cukup keras. Aku hanya bisa tersenyum canggung manahan malu, sementara Tora terkekeh mendengar bunyi perutku sambil mengacak-ngacak rambutku gemas. Setelah mengecup bibirku singkat kemudian dia menarik tanganku keluar dari kamarnya. Kali ini dia mau memasak sop ayam untuk kami berdua. Aku yang tidak mau tinggal diam memutuskan ikut membantunya mengupas wortel dan kentang, tapi yang ada malah aku membuat dapurnya jadi berantakan.
“Kamu duduk saja di sana, biar aku yang menyelesaikannya,” katanya sambil menunjuk meja makan. Aku memasang tampang manyun yang di balasnya dengan kekehan pelan melihat ekspresiku. Aku berjalan menuju meja makan, lalu memperhatikannya dari tempatku duduk.
Aku makan dengan lahap sop ayam buatan Tora, ku lihat dia makan dengan tenang sambil sesekali membersihkan sudut bibirku dengan tisu.
Kami berbaring di atas tempat tidur. Aku memain-mainkan jemarinya yang sesekali ku gigit pelan. Oh ya, hari ini aku menginap di rumah Tora, sebelumnya aku sudah minta izin pada Mama dan beliau mengizinkan. Aku teringat lagi dengan percakapanku bersama Radit dan link video yang di kirimkannya kemaren. Video dua orang cowok yang melakukan hubungan intim. Kemudian aku menolehkan kepalaku menatap wajah Tora yang di balasnya dengan sebuah kecupan di keningku. Tanganku bermain-main di atas dadanya dan menatapnya cukup lama. Dengan ragu-ragu aku memulai percakapan dengannya.
“Tora...aku...aku....” Tora hanya diam sambil menatapku balik. “Aku mau melakukannya...” kataku lirih.
“Mau melakukan apa?” tanyanya dengan kedua alis bertautan.
“Melakukan....” aku menaikan dua buah jariku membentuk tanda kutip.
Tora bangkit dari tidurannya, lalu duduk bersandar pada kepala ranjang. “Aku sudah janji pada kakakmu sayang, jadi kita harus bersabar ya hingga saatnya tiba,” katanya membujukku. Aku memasang wajah murung mendengar perkataannya.
“Tapi aku ingin sekarang. Lagian kalaupun kita melakukannya, Kak Inka gak bakal tahu kalau kita tidak memberitahukannya,” kataku merajuk.
“Sayang kita tidak.....”
Aku langsung membungkam mulut Tora dengan bibirku. Awalnya dia hanya diam, hingga akhirnya saat aku masih menciumnya dia membalas ciumanku. Aku tambah berani melakukan aksiku begitupun dengan Tora. Namun saat kami sudah mencapai puncak dan tidak mengenakan apa-apa lagi, Tora berhenti. Dia duduk dan meremas rambutnya gusar. Aku ikut bangkit dan duduk di sebelahnya yang masih memegang kepalanya.
“Maaf sayang aku tidak bisa melanjutkannya. Aku sudah janji sama Kak Inka dan aku tidak ingin menyakitimu, belum saatnya kita melakukannya,” katanya sambil menolehkan wajahnya menatapku. “Aku harap kamu mengerti ya,” katanya lagi, aku hanya menundukkan wajahku. Dia membelai pipiku sebentar kemudian meninggalkanku yang terpaku di atas tempat tidur dan melihatnya menuju kamar mandi. Mungkin dia ingin menuntaskannya di kamar mandi karena ku lihat punyanya masih tegak.
Aku bangkit dan menghampirinya ke kamar mandi. Dia sedikit kaget melihat aku yang sudah berdiri di ambang pintu. Ku langkahkan kakiku mendekatinya lalu duduk di atas kloset dengan dia yang berdiri di depanku.
“Jika kita belum boleh menyatu.....tapi kalau begini boleh kan?” kataku menatapnya lalu melepaskan tangannya yang masih memegang Tora junior dan menggantikannya dengan tanganku. “Karena ini tak akan menyakitiku....” dia hanya diam sambil terus menatapku yang sudah mulai membungkukkan sedikit punggungku hingga membuat wajahku berada tepat di depan Tora junior.
jadi beraninya cuma sampe segitu hehe..
Makasih kaka