It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Belon di next y bangg
Hehehe
Kasih nickname amost y di part selajutnya
#ngikut momy @andi_andee n dedi @McGerronimo
Gua kan brondong!!!
lol
Hoooooo
Btw pacar ente apa kabar??
Kapan momy sama dedi main faak ?
Aku mau video in
@denfauzan @3ll0 @Yirly @Sho_Lee @Aurora_69 @arieat @o_komo @okki
@monic @Adi_Suseno10 @soratanz @asik_asikJos @xmoaningmex @lulu_75 @RifRafReis @LostFaro @gaybekasi168 @amostalee @Tsunami @andi_andee @hananta @Pratama_Robi_Putra @Sicilienne @LeoAprinata @liezfujoshi @josiii @freeefujoushi @RenataF @ricky_zega @ocep21mei1996_ @naraputra28 @McGerronimo @AvoCadoBoy @chandisch @RinoDimaPutra
*******
Part 9
Kak Inka menatapku dengan tatapan yang aneh saat aku sampai di rumah. Aku berusaha bersikap biasa saja ketika melewati ruang keluarga.
“Kamu nginap di rumah Tora semalam?” tanya Kak Inka saat aku hendak melewatinya.
“I..iya Kak,” jawabku sambil menghentikan langkah. Dia menepuk kursi mengisyaratkan agar aku duduk di sebelahnya. Aku duduk hati-hati dengan jantung yang berdetak tak karuan. Aku yakin Kak Inka pasti mau mengintrogasi aku.
“Kalian ngelakuin apa aja semalam?” tanyanya penuh selidik.
“Nggak ngapa-ngapain kok Kak.”
“Kakak nggak percaya.”
“Iya Kak.” Kataku mencoba meyakinkan Kak Inka. “Kami..kami cuma..cuma berciuman,” kataku pelan nyaris tak terdengar. Namun ku lihat di sampingku Kak Inka seperti menghembuskan nafas lega. Aku menautkan kedua alisku.
“Syukurlah kalau hanya berciuman,” katanya sambil menyandarkan punggungnya ke sofa. “Tapi beneran kan cuma ciuman?” dia kembali memberikan tatapan menyelidiknya.
“Ck, beneran Kakak!” kataku gemas. “Kakak tenang aja, Tora menepati janjinya kok,” kataku lagi.
Aku teringat lagi dengan apa yang kami lakukan semalam. Tapi tidak kuberitahukan kepada Kak Inka, bisa-bisa dia ngamuk jika aku menceritakannya. Walaupun kami hanya melakukan oral, tapi aku takut itu termasuk hal yang tidak diperbolehkan oleh Kak Inka dengan alasan kami masih belum cukup umur, ckckck.
“Baguslah jika dia menepati janjinya. Kakak tidak ingin kamu kenapa-kenapa sayang, karena Kakak tahu, begitu banyak kaum gay yang suka melakukan seks bebas. Apalagi anal seks itu pasti sakit sekali. Bahkan ada yang meninggalkan pacarnya setelah mereka mendapatkan keperjakaan si pacar tersebut. Kakak hanya takut kamu mengalami hal seperti itu, dan kalian juga masih terlalu dini untuk melakukan hal itu.” Aku mengangguk mengerti setelah mendengarkan alasan Kak Inka melarang kami.
Yang dikatakan Kak Inka benar adanya karena memang banyak kaum seperti kami yang melakukan seks bebas, seperti suka gonta-ganti pasangan, bahkan ada yang sudah terikat pacaran namun masih suka tergoda dengan cowok lain dan melakukan cinta satu malam tanpa sepengetahuan pacarnya. Teman facebook-ku ‘Radit’ aja suka banget gonta-ganti pasangan. Jika dia tidak puas dengan pacarnya, maka dia akan memutuskannya dengan alasan tidak cocok, lalu mencari pacar lain. Dan Andee, salah satu teman facbook-ku juga yang pernah beberapa kali bertemu denganku, diputusin oleh pacarnya setelah dia menyerahkan tubuhnya. Dia menceritakan kisah sedihnya itu ketika kami memutuskan untuk bertemu karena kami memang tinggal di kota yang sama. Dan sekarang dia menutup diri, padahal banyak cowok cakep yang mengharapkannya untuk dijadiin pacar. Semoga dia mendapatkan cowok yang benar-benar tulus mencintainya.
“Kakak tenang saja, Tora bukan cowok yang seperti itu kok. Dia sangat menjaga Andri,” kataku menenangkannya sambil tersenyum. Kak Inka membalas senyumku sambil membelai kepalaku penuh kasih sayang.
Aku senyum-senyum sendiri membayangkan kembali kejadian semalam. Membayangkan bagaimana ekspresi Tora saat aku memberikan servis padanya dan saat dia melakukan hal yang sama padaku setelah dia keluar. Itu adalah pengalaman pertamaku, namun tidak bagi Tora karena dia mengakui kalau dia pernah melakukannya dengan pacarnya yang dulu.
Sebenarnya aku hampir pernah melakukannya dengan mantanku dulu. Awan. Awalnya kami hanya berciuman, lalu tanganya mulai menelusup ke dalam seragam sekolahku. Jujur aku sangat menikmatinya, namun saat tangannya masuk ke dalam celanaku, bayangan rasa sakit akan di tusuk berkeliaran di otakku. Dengan cepat aku menghentikan aksinya, dia sempat kaget saat aku menghentikan aksinya waktu itu. Aku hanya bisa minta maaf dan berkata belum siap. Setelahnya aku merasa ada yang berubah pada dirinya, perhatiannya mulai berkurang padaku. Hingga aku menyaksikan kejadian itu. Saat aku datang ke rumahnya, pembantunya yang sudah kenal denganku langsung menyuruhku menuju kamarnya. Namun saat sampai di depan pintu kamarnya, aku melihat Awan sedang berada di atas tubuh seorang cowok dalam keadaan tanpa busana sama sekali. Aku berdiri mematung melihat mereka yang tengah asyik memadu kasih tanpa menyadari kehadiranku. Dia melihatku ketika mereka hendak mengganti posisi. Mereka sama-sama kaget setelah melihatku, seketika itu juga dengan cepat aku meninggalkan rumahnya.
Beberapa kali Awan mencoba menghubungiku lewat telpon tapi tak pernah ku pedulikan, bahkan dia sampai datang ke sekolahku. Andre yang saat itu pulang bersamaku langsung melayangkan bogem mentah ke wajahnya, membuatku sedikit kewalahan melerainya. Untung saat itu Doni melihat kejadian tersebut dan dia berhasil menenangkan Andre. Dan saat itu juga aku mengakhiri hubunganku dengannya. Mungkin itu yang terbaik buat kami berdua.Dan sekarang aku menemukan seseorang yang sangat peduli dan tulus mencintaiku. Tora.
Sebenarnya alasanku ingin ML dengan Tora semalam adalah karena Radit selalu memanas-manasiku dan mengirimkan video bokep gay padaku, dan juga karena aku takut kejadian yang sama terulang lagi padaku. Aku takut Tora bercinta dengan orang lain karena tidak bisa melakukannya denganku. Aku takut kehilangannya karena aku sudah sangat mencintainya.
Aku sudah menceritakan semuanya kepada Tora mengenai alasanku dan mantanku. Dan dia meyakinkan aku kalau dia tidak akan pernah menduakanku seperti yang di lakukan Awan padaku. Aku harap dia benar-benar memegang kata-katanya. Aku ingin hubunganku seperti hubungan seseorang yang kisahnya pernah ku baca disebuah Website. Walaupun tanpa ML mereka tetap saling setia. Tapi aku tidak ingin Tora menikah dengan cewek, aku hanya ingin dia menikah denganku. Semoga saja kami benar-benar bisa menikah seperti pasangan-pasangan gay lainnya.
*
Aku merasakan tubuhku begitu berat dan susah bernafas. Sepertinya ada yang menindih tubuhku. Perlahan aku membuka mata yang masih terasa berat untuk dibuka. Setelah mataku terbuka sepenuhnya, aku melihat sebuah senyuman yang sangat ku kenal. Aku mencoba mendorong tubuhnya tapi dia malah memelukku dengan erat. Aku menggembungkan pipiku dan mengerucutkan bibirku pura-pura kesal padanya, tapi dia malah tersenyum makin lebar memperlihatkan lesung pipinya, kemudian dia mengecup keningku sebentar lalu tersenyum lagi. Aku membalas dengan mencium pipinya.
“Kebo, baru bangun,” katanya yang masih berada di atas tubuhku.
“Ish, orang cuma tidur bentar juga,” kataku kembali cemberut.
“Tidur bentar apaan.! Nih lihat udah pukul berapa sekarang!?” katanya sambil memperlihatkan jam yang tertera di hp-nya. Mataku langsung melotot melihat waktu yang tertera di layar hp tersebut. Dia menjitakku menggunakan hp-nya yang berhasil membuatku sedikit meringis walaupun tidak sakit sih hehehe. “Udah mandi sana, Mama dan Papa udah nunggu di bawah untuk makan malam!” katanya yang segera beranjak dari atas tubuhku dan menarik tanganku agar bangun.
“Tapi gendong ya Kak,” kataku sambil memasang wajah seimut mungkin padanya.
“Ck, kamu udah gede masih aja manja.” Aku pura-pura memasang wajah sedih setelah mendengar ucapannya. Kak Hendra geleng-geleng kepala kemudian duduk di pinggir ranjang membelakangiku. Segera saja aku melingkarkan tanganku pada lehernya dan melingkarkan kedua kakiku ke pinggangnya. Dia menahan pahaku dengan tangannya kemudian membawaku menuju kamar mandi.
**
Minggu pagi aku buru-buru bangun dan langsung menuju dapur. Di sana sudah berada Mamaku yang sedang asyik mengaduk-ngaduk nasi goreng. Aku memeluknya dari belakang kemudian mencium pipi kirinya. Mama tersenyum sambil mnegacak-ngacak rambutku.
Hari ini aku akan belajar masak bersama Mama setelah sarapan pagi. Semua bahan-bahannya sudah kubeli kemarin malam bersama Kak Inka. Mama sempat heran saat aku mengatakan kalau aku ingin belajar masak, tapi beliau dengan senang hati mau mengajarkanku memasak. Jadinya hari minggu ini kami memutuskan untuk masak bareng. Kami akan membuat sayur sop, karena itu salah satu masakan kesukaan Tora. Aku mulai mnegeluarkan bahan-bahannya dari dalam kulkas, mulai dari wortel, kembang kol, ayam, kentang, dll. Awalnya Mama mempraktekan cara memotong ayam, lalu aku melanjutkan tapi hasil potonganku malah tidak bagus, kata Mama tidak apa-apa. Lalu Mama mempraktekan cara memotong bahan-bahan yang lain, lalu aku mengikuti sampai Mama mengarahkanku bagaimana cara membuatnya.
Aku harap-harap cemas ketika Papa, Kak Inka, Kak Hendra, bahkan Kak Rio akan mencoba masakan yang kubuat. Rasanya seperti berada disebuah kompetisi memasak, ckckck.
“Hmm gimana masakan Andri?” tanyaku sambil melihat ke arah mereka satu-persatu meminta jawaban. Dan komentar yang ku dapatkan dari mereka adalah ‘lumayan’. Aku sedikit lesu mendengar komentar dari mereka, tapi mereka memberikan semangat agar aku terus belajar supaya masakanku menjadi enak.
“Kakak yakin kamu pasti bisa membuat masakan yang jauh lebih baik dari ini nantinya, asalkan kamu terus berusaha ya sayang!?” Aku mengangguk mantap mendengar ucapan Kak Inka.
“Iya, Kakak dukung kamu, kamu pasti bisa. Semangat!” kata Kak Rio yang membuat kami semua tertawa. Kak Hendra mengacak-ngacak rambutku pelan dan Papa mengacungkan jempolnya ke arahku. Semangat baru muncul dalam diriku, mungkin aku gagal hari ini tapi aku akan buktikan kalau aku bisa membuat masakan yang enak.
*
Aku mengeluarkan dua box makanan dari dalam tas-ku. Satu box isinya biskuit coklat berbentuk bola-bola dan satu box lagi isinya nasi goreng spesial. Keduanya aku yang membuat, hasil dari belajarku selama ini. Aku ingin Tora mencicipi makanan yang aku buat ini. Kemudian aku memberikan sebuah sendok padanya dan mengatakan padanya kalau dia harus memberikan komentar tentang masakanku.
Aku menunggu reaksi Tora setelah dia menyuap sesendok nasi goreng, namun dia tidak berkata apapun, malah meneruskan makannya. Akhirnya aku bertanya karena sudah tidak sabar mendengar pendapatnya tentang masakan yang kubuat tersebut.
“Bagaimana?” tanyaku penasaran. Tora menghentikan makannya setelah mendengar pertanyaanku.
“Apa?” katanya singkat.
“Toraaa...! Aku kan ingin tahu pendapatmu tentang nasi goreng itu,” kataku mendengus kesal.
“Ohh..” katanya singkat sambil tertawa pelan. “Habisnya nasi goreng buatanmu enak, aku jadi lupa kasih komentar,” katanya, yang sukses membuat pipiku merona karena pujiannya itu.
“Kamu serius? Kamu nggak bohong kan?” tanyaku masih tidak percaya mendapat pujian darinya.
“Iya sayang...nih kamu coba aja,” katanya sambil menyuapiku. Sebenarnya aku sudah mencicipi nasi goreng itu di rumah dan aku sangat suka, tapi aku takut kalau Tora tidak menyukainya, makanya aku sangat ingin tahu reaksinya terhadap makanan tersebut. Dan sekarang aku sangat senang karena dia menyukai masakanku.
“Wuiihh...ada yang lagi mesra-mesraan nih,” tiba-tiba Doni muncul diikuti yang lain.
“Asiiikk...Ayank Andri bawa coklat nih,” kata Andre yang langsung duduk di kursi depan dan langsung mencomot satu buah biskuit coklat yang ada di atas mejaku tanpa permisi. “Buatan tante memang enak tenan dah,” katanya lagi sambil mencomot satu biskuit lagi, Doni juga ikut nimbrung dan mencomot biskuit tersebut. Aku hanya bengong menyaksikan mereka yang asyik makan. Padahal aku membuatnya untuk pacarku, tapi mereka seenaknya memakan biskuitku. Bikin geram.
“Itu Andri yang buat,” kata Tora dingin. Andre dan Doni menghentikan gerakan mereka yang hendak mengambil satu biskuit lagi. “Dan itu untuk aku, bukan untuk kalian,” lanjutnya lagi, masih dingin.
“Seriusan lu Yank? Sejak kapan lu belajar memasak? Sumpah ini enak banget Yank,” kata Andre dengan ekspresi lebay. “Gue kira ini tante yang bikin,” katanya lagi sambil mencomot satu biskuit lagi. Doni yang duduk di sampingnya mengangguk-ngangguk sambil mengacungkan jempol membenarkan ucapan Andre.
Aku menggerutu dalam hati melihat tingkah dua orang gila di depanku ini, sedang Tora masih menatap mereka dingin, tapi mereka tidak mempedulikan kami. Bahkan Reno yang baru saja datang juga ikut mencomot bola-bola biskuitku. Dengan geram aku mengambil sebuah buku dari dalam tas-ku, lalu memukul bahu mereka satu-satu, cukup membuat mereka meringis kesakitan.
“Dasar kampret kalian! Tanpa izin dari gue, main comot aja. Ini tuh gue bikin buat Tora, bukan buat kalian!” kataku kesal. Mereka cuma cengengesan tanpa dosa sambil mengusap-ngusap bahu yang aku pukul tadi.
“Habis enak sih Dri,” Doni membela diri. Diikuti anggukan dari Andre dan Reno. Aku hanya bisa berdecak kesal melihat mereka. Tapi ada rasa senang juga sih karena mendapat pujian dari mereka, hehehe.
“Yaudah, bagi dua saja,” kata Tora yang kemudian mengambil box berisikan bola-bola coklat tersebut, lalu membaginya dan meletakkannya pada tutup box nasi gorengku. Dengan semangat 45 mereka mengambil tutup box itu dan membawanya ke belakang setelah mengucapkan terimakasih.
**
Hari ini Tora mengajakku ke rumahnya lagi, karena mamanya sudah pulang dan ingin bertemu denganku. Aku belum memberitahu kalian nama mamanya Tora bukan? Tante Alya namanya. Setelah berpamitan dengan orangtuaku, kami langsung berangkat ke rumah Tora. Setelah berada di luar perumahanku, aku langsung memeluk pinggang Tora yang melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
Aku tersenyum bahagia saat turun dari motor Tora. Setelah mematikan motornya Tora menggenggam tanganku lalu mengajakku masuk ke dalam rumahnya. Di ruang tengah, kulihat Mbak Nur tengah asyik membolak-balik sebuah pakaian batik dan menerima dua buah kantong plastik putih yang diberikan Tante Alya. Mungkin itu oleh-oleh dari Bandung untuk Mbak Nur dan keluarganya. Melihat aku dan Tora sudah mendekat ke tempat mereka, Tante Alya tersenyum senang kepada kami, aku membalas senyumnya, lalu mencium tangannya yang masih belum kelihatan keriput.
“Apa kabar sayang?” tanya Tante Alya. Kurasakan kepalaku dibelai dengan lembut.
“Kabar Andri baik Tante. Tante sendiri bagaimana kabarnya?” jawabku sambil duduk di sebelahnya.
“Tante juga baik, Tante kangen banget sama kamu,” balasnya. “Oh ya, anak Tante menjaga kamu dengan baik nggak?” tanya Tante Alya sambil melihat ke arah Tora yang duduk di sampingku. Aku mengangguk dengan cepat menjawab pertanyaannya.
“Tora sangat menjaga Andri dengan baik Tante,” kataku sambil melirik Tora.
“Apa Tora terlalu posesif sama kamu?”
Aku tersenyum, lalu membisikan sesuatu ke telinga Tante Alya. “Beberapa waktu lalu Tora memukul salah seorang Kakak kelas kami,” kataku. Tante Alya nampak kaget mendengar ucapanku, sementara Tora mengernyitkan keningnya penasaran dengan apa yang aku bisikan kepada mamanya itu.
“Tora apa benar yang dikatakan Andri barusan?” tanya Tante Alya kepada anaknya dengan pandangan menusuk.
“Tentang apa?” tanya Tora balik dengan tenang.
“Andri bilang kamu memukul Kakak kelasmu?”
“Dia pantas mendapatkannya,” jawabnya masih dengan tenang tanpa ekspresi.
“Maksud kamu?” Tante Alya bertanya bingung dengan jawaban anaknya itu.
“Dia sudah melecehkan Andri di ruangan OSIS. Untung Tora datang dan menyelamatkan Andri dan menghajarnya babak belur,” kataku menjelaskan. Kemudian tersenyum menatap Tora, dia menggenggam tanganku dan mengusapnya.
Aku menjelaskan kenapa Kak Wisnu bisa sampai melecehkanku. Setelah mendengarkan semua ceritaku Tante Alya mengusap-ngusap kepalaku dengan penuh kasih sayang. Aku merasa benar-benar beruntung diterima dan disayangi oleh mamanya Tora yang sudah ku anggap seperti mamaku sendiri. “Itulah sebabnya Andri bilang kalau Tora sangat menjaga Andri dengan baik Tante. Dan walaupun Tora sangat posesif ataupun over protective, Andri tidak masalah dengan itu,” kataku mengakhiri penjelasanku.
Aku mengobrol banyak dengan Tante Alya. Dia menceritakan tentang keponakan Tora yang baru lahir bulan lalu, juga tentang Tora kecil yang memang mempunyai sifat posesif itu sejak dia masih kecil. Beliau juga memberikan beberapa oleh-oleh buatku, termasuk dua buah baju kaos, satu dari Tante Alya dan satu lagi dari Kakaknya Tora. Tora bilang mamanya memang suka seperti itu, setiap kali pulang dari Bandung atau rumah Kakaknya yang satu lagi, Mamanya selalu membawa banyak oleh-oleh. Tapi tunggu. Kalau Kakaknya memberiku hadiah, berarti Tante Alya sudah menceritakan tentang hubunganku dengan Tora ke Kakaknya itu. Dan itu berarti juga semua keluarga Tora sudah tahu mengenai keadaannya yang berbeda. Pacarku ini memang beruntung memiliki keluarga yang mau menerima keadaannya. Dan aku jadi ikutan beruntung karena mereka mau menerimaku masuk ke dalam keluarga mereka. Sedangkan keluargaku? Sampai saat ini baru Kak Inka yang tahu dan mau menerima keadaanku. Aku belum berani memberitahu Mama, Papa, dan Kak Hendra. Aku takut...takut mereka tidak mau menerima keadaanku. Karena belum tentu orangtuaku memiliki pandangan yang sama dengan keluarga Tora.
lanjuts gan!