It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@yogan28 makasih ya udah baca cerita sederhana aku...makasih juga atas pujiannya
pantengin terus ya...
yippiieeee...
#Norak
@Pratama_Robi_Putra maap ya, kali ini agak lambat updatenya coz sempat ada kendala beberapa hari yang lewat...mungkin besok atau jumat mungkin updatenya, aku mau edit dulu...
@Rars_Di okey
Dan aku harap part ini gak mengecewakan....semoga kalian suka...
Jika ada typo atau lainnya, tolong kasih tau ya..
Selamat membaca.
@denfauzan @3ll0 @Yirly @Sho_Lee @Aurora_69 @arieat @o_komo @okki
@monic @Adi_Suseno10 @soratanz @asik_asikJos @xmoaningmex @lulu_75 @RifRafReis @LostFaro @gaybekasi168 @amostalee @andi_andee @hananta @Pratama_Robi_Putra @Sicilienne @LeoAprinata @liezfujoshi @josiii @freeefujoushi @RenataF @ricky_zega @ocep21mei1996_ @naraputra28 @AvoCadoBoy @chandisch @RinoDimaPutra @Derbi @JosephanMartin @Viumarvines @akumisteri1 @Obipopobo @babehnero @vane @kunnnee @Rars_Di
*******
Part 13
Hari ini Tora ulang tahun, dan kado yang akan kuberikan nanti sudah terbungkus rapi di dalam sebuah kotak berwarna hitam dan berpita silver. Aku memasukan kotak tersebut kedalam tas dengan hati-hati, lalu menuruni anak tangga menuju ruang makan. Di sana sudah berkumpul Papa, Kak Inka, dan Mama yang sedang menyerahkan sepiring nasi goreng ke Papa, Kak Inka tengah sibuk mengunyah sarapannya. Sementara Kak Hendra belum menampakkan batang hidungnya.
Aku ikut bergabung dengan mereka dan duduk di sebelah kanan Papa dan mulai mengisi piringku. Tidak banyak yang kami bahas hari ini, Papa hanya menanyakan mengenai ujianku kemarin dan kegiatan apa saja yang diadakan di sekolahku selama class meeting. Ya, hari ini hari pertama kami class meeting, dan ada beberapa lomba yang akan diadakan. Seperti basket putra dan putri, futsal, lomba bikin manga lucu, dan tak lupa lomba kebersihan kelas. Sebenarnya masih ada beberapa lomba lagi, tapi aku sudah malas menyebutkannya, hehe.
Selesai sarapan aku segera menarik tangan Kak Hendra yang baru saja selesai menghabiskan minumannya. Tentu saja setelah pamitan dengan orangtuaku dan Kak Inka. Kak Hendra sempat protes karena acara minumnya jadi terganggu, tapi aku tak peduli, karena aku sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Tora.
Setelah memberikan helm dan berpamitan kepada Kak Hendra, aku segera saja berlari menuju gerbang sekolah. Sampai di depan kelas, kuperhatikan kelasku sudah seperti pasar malam yang baru buka, ramai. Aku berjalan menuju bangkuku dan membalas sapaan teman-teman yang menyapaku. Baru saja aku mendudukan pantatku, Doni dan Reno sudah bersorak padaku. Padahal mereka duduk tidak jauh dariku.
“Woi Dri, besok lu liat kita-kita tanding ya!” seru mereka serempak diikuti dengan anggukan beberapa teman-teman yang duduk disekitar mereka.
“Iye, iye...besok pun tandingnya.” Lomba basket memang akan dimulai besok, dan tim mereka juga ikut dalam lomba tersebut. Mereka semua mengacungkan jempol ke arahku, lalu mulai lagi membahas.... entah apa itu aku tidak tahu.
Terdengar suara di luar sana begitu riuh, suara hiruk pikuk supporter dari berbagai kelas sangat jelas terdengar walaupun aku sudah menyumpal telingaku dengan headset. Aku tidak keluar kelas, karena mau menunggu Tora yang belum juga menampakkan tubuhnya di sini. Kuedarkan pandanganku, hanya ada aku di dalam kelas. Akhirnya dia muncul juga dihadapanku, dia berjalan mendekat ke arahku sambil tersenyum yang tentu akupun membalas senyumannya. Lalu duduk di kursi sebelahku.
“Kamu tidak ikut bergabung dengan mereka?”
“Nggak, aku nungguin kamu datang.”
“Sekarang aku di sini,” katanya sambil membelai pipiku dengan lembut. Aku mengangguk.
“Ah ya, aku ada sesuatu untukmu.” Aku tersesnyum lebar padanya dan segera membuka resleting tasku. Mengambil sesuatu di dalamnya lalu memberikannya pada Tora. “Selamat ulang tahun,” kataku seraya menyerahkan kotak yang kupegang.
“Makasih sayang,” ucapnya setelah menerima kotak tersebut. “Boleh aku buka sekarang?”
Aku mengangguk dengan cepat mempersilahkannya membuka kotak itu. Tora melepaskan ikatan pita yang melingkar di kotak tersebut, kemudian terpaku menatap isi di dalamnya. Dia mengalihkan pandangannya padaku yang kubalas dengan senyumanku.
“Kamu suka?”
“Ini pasti mahal,” katanya yang masih menatapku.
Dengan masih tersenyum aku meraih tangannya. “Sebentar lagi kamu akan kerja, jadi aku memberikan jam tangan ini. Dan supaya kamu ingat aku setiap waktunya, hehehe.”
Dia terseyum dan mencubit hidungku. “Aku akan selalu memakainya saat kerja nanti. Dan kamu tentu tahu, walau tanpa jam inipun, aku selalu mengingatmu.” Aku melebarkan senyumanku setelah mendengar ucapannya. “Makasih sayang,” katanya, lalu mencium bibirku singkat.
“Ehmm..ehmm..ada yang lagi mesra-mesraan nih,” deheman Andre mengagetkanku. Sepertinya dia melihat Tora menciumku tadi, membuatku jadi salah tingkah. Tidak lama muncul Doni dan Resti, mereka tersenyum penuh arti.
“Kami melihat kalian.....” Doni tidak meneruskan kata-katanya, tapi malah membentuk tanda kutip di kedua jari telunjuk dan tengahnya. Aku menunduk malu berusaha menyembunyikan rona merah di pipiku.
“Jadi ulang tahun lu hari ini Tor?” tanya Resti melihat ke arah kotak hitam yang dipegang Tora.
“Iya,” jawab Tora singkat.
“Wah, mendadak perut gue jadi lapar nih,” sahut Andre dan mendapat sebuah jitakan dari Resti.
“Selamat ultah ya, semoga lu jadi orang sukses dan hubungan kalian langgeng,” ucap Resti sambil menjulurkan tangannya ke Tora. Tora membalas uluran tangan Resti sambil mengucapkan terimakasih. Andre dan Doni juga ikut mengucapkan selamat ulang tahun dan setelahnya meminta traktiran berbarengan.
*
Aku memandang langit-langit kamarku sambil menunggu balasan dari Radit. Setelah mendapatkan traktiran dari Tora tadi pagi, kami memutuskan untuk pulang. Tora langsung mengantarkankanku ke rumah, karena nanti malam dia akan menjemputku untuk makan malam bareng keluarganya. Sementara Andre dan yang lainnya memutuskan untuk pergi nonton. Dan sekarang aku menghabiskan waktu luangku dengan membuka facebook dan berbalas pesan dengan teman-teman facebook, termasuk dengan Radit yang saat ini lagi berbunga-bunga. Dia begitu bersemangat menceritakan tentang seme barunya yang katanya begitu hot. Seorang bule asal Norwegia yang saat ini lagi bekerja di Indonesia. Mereka berkenalan di rumah teman Radit, si bule teman dari Kakak temannya. Radit yang saat itu pergi belajar kelompok ke rumah temannya bertemu dengan si bule yang saat itu tengah asyik ngobrol dengan Kakak temannya tersebut, dan si bule langsung kepincut saat melihat Radit. Mereka berkenalan dan saling bertukar nomer telpon. Tiga hari yang lalu mereka jadian, karena itulah Radit begitu bahagia saat ini.
[Ini fotonya. Bagaimana menurut lu?]
[Wow...bodynya kekar bener,] aku benar-benar takjub dengan selera otaku yang satu ini. Dia memiliki mantan yang cakep-cakep serta memiliki body yang oke, tapi si bule ini berbeda, bodynya lebih oke dari manta-mantan Radit sebelumnya.
[Hehehe...gue mau setia sekarang. Dia begitu dewasa dan sangat pengertian terhadap gue.] aku memandang lama balasan dari Radit dan membaca ulang pesan yang baru saja dia kirim.
Seorang Radit Purnama tiba-tiba memutuskan untuk setia pada cowok bule yang baru dikenalnya dua minggu lalu, bahkan mereka baru jadian selama tiga hari.
[Lu serius dengan keputusan lu? Apa karena permainannya lebih oke dari para mantan lu yang terdahulu?] tanyaku memastikan keseriusannya.
[Gue serius, dan ini bukan karena permainannya yang lebih oke, tapi karena dia tahu bagaimana gue, dan pandai mengimbanginya. Kami belum pernah ml.]
Aku menatap layar hp-ku tak berkedip selama beberapa detik. Tak menyangka Radit bisa tahan selama tiga hari tanpa ml dengan pasangan barunya. Biasanya setelah jadian dia akan langsung ml dengan pacarnya, bahkan jika dia tidak merasa puas atas permainan pacarnya, dia akan segera memutuskan si pacar tersebut. Tapi sekarang.....hmm sepertinya si bule ini bakal bisa merubah Radit menjadi uke yang lebih baik dari sebelumnya.
[Lu seriusan belum ml dengan si bule?]
[Ahhhh lu nanya serius-serius mulu. Gak percaya banget sama gue. Lebih baik lu nikmati aja nih foto dan video, gue jamin lu pasti bakal suka,] balasnya sambil mengirimkan sebuah foto.
Aku langsung melotot melihat foto yang baru saja dikirimkannya. Foto seorang pria bule tanpa busana.
[Woi uke gila, lu kasih gue foto beginian lagi,] balasku. Dia hanya membalas pesanku dengan tawa sekalian emotnya.
Tak lama kemudian dia mengirimkan video. Video porn. Temanku yang satu ini benar-benar edan, dia memiliki koleksi foto dan video yang banyak, dan dia suka sekali mengirimkannya padaku. Dan video tersebut cukup membuatku kepo. Sambil berjalan ke arah pintu untuk mengunci pintu kamar, aku memasang headset pada hp-ku. Setelahnya aku memutar video tersebut. Dua orang pria bule yang sedang berciuman di atas ranjang sambil bekerja sama membuka pakaian pasangannya. Pria yang satu melumat dan memainkan puting pria yang satunya lagi membuat pria tersebut mendesah nikmat. Erangan demi erangan keluar dari mulut mereka disela-sela permainan yang mereka lakukan sampai permainan itu selesai.
Video yang berdurasi 20 menit itu sukses membuatku turn on dan membuat celanaku basah. Tanpa pikir panjang aku segera melepas semua pakaianku dan berjalan menuju kamar mandi. Tak kupedulikan lagi pesan yang dikirimkan Radit padaku, yang kupedulikan hanyalah aku harus menuntaskan hasratku saat ini.
**
Aku baru saja selesai mandi dan sekarang sedang sibuk mencari-cari pakaian yang pas untuk dikenakan saat makam malam nanti. Kulirik jam yang ada di atas meja samping tempat tidur, sudah menunjukan pukul 18:55. Sebentar lagi Tora akan datang menjemputku, tapi aku belum menemukan baju yang pas. Aku mencoba beberapa baju, namun kemudian melemparkannya ke atas tempat tidur.
Kulihat Kak Inka bersandar di daun pintu kamarku sambil geleng-geleng kepala. Aku memandangnya dengan lesu.
“Tolongin aku dong Kak,” kataku meminta pertolongannya. Dia berjalan mendekat ke arahku dan memperhatikan pakaian-pakaian yang ada di dalam lemariku.
“Pakai ini,” katanya sambil menyerahkan satu stel pakaian padaku. “Cepetan pakai, Tora udah datang tuh,” lanjutnya, lalu berlalu pergi meninggalkan kamarku.
Dengan cepat aku memakai pakaian yang diberikan Kak Inka tadi. Setelah merasa keren, aku segera keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan buru-buru. Mendekati ruang tamu samar-samar aku mendengar suara orang bicara.
“.....sekalian saya meminta izin dari Tante untuk mengizinkan Andri menginap di rumah saya,” ucapan Tora membuatku berhenti melangkah, ingin mendengarkan jawaban yang akan diberikan Mama.
“Baiklah, Tante mengizinkan. Kamu tolong jaga anak Tante dengan baik ya dan nanti tidak ada minuman keras kan?”
“Tidak, saya jamin tidak akan ada yang namanya minuman keras. Tante jangan khawatir, saya akan menjaga Andri dengan baik.” Aku mulai mendekat ke arah mereka, dan kulihat Mama mengangguk-nganggukkan kepalanya, dan Kak Inka yang teryata juga sudah ada di sana hanya diam mendengarkan percakapan antara Mama dan Tora.
“Aku sudah siap,” kataku sambil berjalan mendekati kursi yang Mama duduki.
Semuanya menoleh padaku, Tora menatapku lama, membuatku jadi tersipu.
Kalau begitu, boleh saya bawa Andrinya sekarang Tante?” pertanyaan Tora terasa lucu dipendengaranku. Mama tersenyum ramah dan mengangguk kepada Tora sebagai jawaban atas pertanyaannya.
“Andri pamit ya Ma,” kataku sambil mencium kedua pipi Mama.
“Hati-hati sayang.” Aku mengangguk mantap.
Tora bangkit dari duduknya dan menyalami Mama dan Kak Inka sebelum melangkahkan kakinya mengikutiku. Sampai di teras rumah, Kak Inka yang mengantarkan kami keluar, memberikan peringatan kepada kami berdua agar jangan melakukan hubungan intim. Aku hanya memutar bola mata mendengar peringatan kakakku itu, sementara Tora mengangguk serius. Tora tidak akan menusukku sekarang.
**
Aku memperhatikan rumah yang sudah beberapa kali kumasuki, bahkan aku pernah menginap di rumah ini, dan sekarang aku akan menginap lagi di rumah ini. Besok dia akan mulai bekerja, aku akan memanfaatkan kebersamaan kami sebaik mungkin malam ini.
Aku mengikuti Tora memasuki rumahnya. Dia menggenggam tanganku hingga ke ruang tengah rumah ini. Terlihat Tante Alya sedang sibuk menyusun beberapa makanan ke atas meja makan yang dibantu oleh Mbak Nur, sepertinya Mbak Nur tidak pulang ke rumahnya hari ini, atau mungkin dia pulang malam. Kami menghampiri Tante Alya yang belum menyadari keberadaan kami.
“Malam Tante,” sapaku ketika sudah sampai di dekat meja makan. Tante Alya sempat terlonjak kaget sebentar, setelahnya dia tersenyum senang saat melihatku yang sudah ada di sampingnya.
“Andri, apa kabar kamu sayang?!” Tante Alya memelukku sambil mencium pipiku.
“Andri baik Tante. Tante sendiri gimana?” tanyaku balik.
“Tante juga baik, seperti yang kamu lihat sekarang,” katanya dengan senyuman yang tak pernah lepas dari wajah anggunnya.
“Banyak sekali makanannya Tante?” tanyaku sambil memandangi makanan-makanan yang terletak di atas meja makan.
“Iya, kita akan makan malam bersama Om dan Tantenya Tora juga.” Mendengar jawaban Tante Alya aku langsung gugup. Makan malam dengan keluarganya yang lain? Aku kira hanya kami bertiga, tapi ternyata aku salah.
Tora sepertinya melihat kegugupanku. Dia segera memeluk pundakku dan mengusapnya perlahan. “Jangan takut, mereka akan menyukaimu,” katanya menenangkanku. Aku menoleh padanya dan tersenyum kaku.
*
Kami ngobrol-ngobrol di ruang keluarga sambil menunggu Om dan tantenya datang. Mbak Nur sudah pulang setelah selesai menyusun hidangan di meja makan tadi. Jadi sekarang hanya tinggal kami bertiga. Mamanya memintaku untuk menginap di rumahnya, padahal Tora sudah meminta izin ke mamaku sebelum berangkat tadi. Tapi aku tetap mengangguk mengiyakan permintaan mamanya Tora.
Saat sedang asyik bercengkrama, bel di depan berbunyi, Mama Tora segera keluar membukakan pintu. Aku bisa mendengar suara beberapa orang dari ruang tamu dan langkah kaki mereka yang berjalan mendekat ke arah ruang keluarga. Saat aku menolehkan kepala terlihat seorang wanita cantik berambut coklat panjang bergelombang, sepertinya dia bukan asli Indonesia karena wajahnya yang terlihat seperti orang luar. Dia berjalan dengan anggun di samping seorang pria yang terlihat berwibawa. Bersama mereka juga ada seorang gadis yang kelihatan lebih muda dariku, mungkin masih SMP.
Tatapan gadis itu bertemu denganku, dia mengernyitkan keningnya heran, namun kemudian dia tersenyum riang saat pandangannya beralih ke arah Tora yang duduk di sebelahku.
“Kakaakk...!!” serunya seraya berlari kecil ke tempat Tora duduk dan langsung memeluknya. “Selamat ulang tahun. Ini untuk Kakak.” Dia melepaskan pelukannya dan menyerahkan sebuah kotak kecil kepada Tora.
“Makasih sayang,” Tora mengacak-ngacak rambut gadis tersebut. Lalu dia meminta izin kepada gadis itu untuk membuka kado yang diberikannya barusan. Setelah gadis itu mengangguk, Tora membuka kotak tersebut yang ternyata isinya sebuah dasi berwarna hitam.
Gadis itu mengalihkan pandangan matanya padaku, menatapku intens. “Kakak, ini pacar Kak Tora?” tanyanya kepada Tora, tapi matanya tetap menatapku dengan intens, membuatku jadi salah tingkah.
“Iya, namanya Andri,” jawab Tora sambil mencubit pipi gadis itu. Yang dicubit langsung saja berbinar-binar melihatku setelah tadi dia menatapku dengan intens.
“Kawaaii...!!” teriaknya sambil mencubit pipiku gemas, lalu mengambil tanganku dan menjabatnya dengan erat. “Hai Kak Andri, kenalkan namaku Elisa. Senang bertemu denganmu,” sapanya, lalu mengedipkan sebelah matanya padaku.
“Oh..h..hai Elisa, senang bertemu denganmu juga,” balasku kikuk. Matanya masih berbinar-binar menatapku.
“Aku mau foto bareng kalian berdua,” katanya tiba-tiba. Lalu meletakkan hp-nya yang sudah diberi penyangga ke atas meja. Setelah yakin gambar kami bisa diambil dengan pas, dia segera duduk di antara aku dan Tora, lalu mengapit tangan kami berdua.
“Aku akan memperlihatkannya ke teman-temanku nanti. Pasti mereka bakal iri,” katanya setelah kami selesai berfoto. Dia menerawang dan senyam-senyum sendiri. Aku jadi heran melihat ekspresinya. Gadis ini gadis yang aneh.
“Dia seorang fujoshi.” Tora menjawab keherananku. Aku melebarkan mataku menatap tak percaya padanya kalau
sepupunya seorang fujoshi.
“Ehm...”
Sebuah deheman mengalihkan pandangan kami bertiga. Rupanya Om dan Tante Tora sudah berdiri didekat kursi kami. Tora bangkit dari duduknya lalu memeluk Om dan tantenya yang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Setelahnya Tora memperkenalkanku kepada mereka yang juga sudah ikut berdiri dibelakangnya. Mereka, Om Heri dan Tante Sofia, menyambutku dengan hangat.
*
Setelah makan malam bersama Om, Tante, dan sepupunya. Sekarang aku dan Tora lagi duduk berhadapan dengan Omnya di ruang tamu. Sementara mamanya dan Tante Sofia tengah sibuk di belakang membereskan piring-piring kotor bekas kami makan tadi. Sedangkan Elisa, dia sibuk main game di ruang keluarga. Tadi kami sempat bercengkrama setelah makan malam selesai. Namun sekarang hanya ada kami bertiga di ruang tamu.
“Kalian menjalin hubungan yang serius atau hanya sekedar cinta monyet?” tanya Om Heri to the point.
“Iya, kami serius,” jawab Tora dengan tenang. Om Heri mengangguk-nganggukkan kepalanya setelah mendengar jawaban Tora.
“Om senang kalau kalian menjalin hubungan yang serius. Biasanya remaja seperti kalian kebanyakan hanya ingin coba-coba. Dan kamu tahu kan Tora apa keinginan mamamu dan Om? Walaupun kami tidak mempermasalahkan orientasi seksualmu, tapi mamamu dan Om sebagai pengganti papamu tidak ingin kamu mangangkat anak sebagai penerus hotel wiyaksa nantinya. Kami ingin kamu memberikan anak dari darah dagingmu sendiri. Kamu mengerti kan!?” Om Heri berkata dengan tegas, dan sukses membuatku syok tidak percaya dengan apa yang kudengar.
Anak dari Tora sendiri. Apa mereka tidak benar-benar menerima hubungan kami? Apa mereka punya rencana ingin menikahkan Tora dengan seorang perempuan yang sudah pasti bisa memberikan keturunan untuk mereka. Sedangkan aku? Aku seorang pria yang tidak punya rahim dan tidak bisa memberikan keturunan untuk Tora.
Aku menundukan wajahku dan meremas jemari tanganku sendiri dengan kuat, mencoba menahan airmata yang tiba-tiba saja ingin keluar. Aku tidak ingin menangis di depan mereka. Tora menggenggam tanganku dengan lembut. Sepertinya dia menyadari keadaanku yang sedang merasa ketakutan dan sedih mendengar perkataan Omnya.
“Om jangan khawatir. Tora tidak akan mengecewakan kalian,” katanya yang tambah membuat dadaku menjadi sesak. Rasanya aku ingin pergi saja dari sini, tidak ingin mendengarkan lagi percakapan mereka.
“Oke, Om pegang kata-katamu....Dan satu lagi, kamu tidak lupa kan dengan apa yang tertulis di surat warisan papamu? Kamu akan mendapatkan hakmu pada usia 17 tahun dan kamu harus segera menjalankan tugasmu sebagai pemilik Hotel Wiyaksa. Dan Om juga sudah mau istirahat. Jadi mulai besok semua tanggung jawab mengenai Hotel Wiyaksa akan Om serahkan padamu.” Suara Om Heri masih terdengar tegas dan berwibawa.
“Iya Om, Tora akan bekerja dan menjalankan amanat Papa dengan sebaik mungkin.” Tora menjawab dengan yakin.
“Bagus, itu yang Om harapkan. Penuh keyakinan. Nanti Pak Arif akan membantumu di Hotel.”
Selanjutnya mereka membahas masalah Hotel dan bisnis lainnya. Aku hanya mendengarkan percakapan mereka yang tak kumengerti, sambil menenangkan perasaanku dalam diam.
*
Sebelum pulang tadi Om Heri meminta Tora untuk menjelaskan maksud dari perkataannya mengenai anak tadi padaku. Aku jadi malu mendengar pesan Om Heri tadi, karena dia mengetahui perubahan ekspresiku setelah dia membahas tentang anak kandung yang mereka harapkan dari Tora.
Tora baru saja keluar dari kamar mandi dan berjalan mendekat ke arahku yang sedang duduk diam di atas tempat tidurnya.
“Masih kepikiran dengan perkataan Om Heri tadi, hmm?” tanyanya sambil mengelus rambutku dengan lembut.
“Apa keluargamu sebenarnya tidak merestui hubungan kita?” aku balik bertanya kepadanya. Sekarang dia mengacak rambutku dengan gemas.
“Siapa bilang? Mama sangat menyukaimu, begitupun Om Heri dan keluarganya. Bahkan kakak-kakaku yang belum bertemu denganmupun juga menyukaimu. Jadi kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?”
“Tapi perkataan Om Heri tadi.....” aku tak sanggup lagi melanjutkan ucapanku.
Airmata yang dari tadi kutahan akhirnya keluar juga. Dia meraih tubuhku kepelukannya, membuat airmataku tambah lancar keluar.
“Sshhtt... maksud Om Heri bukan seperti itu.....”
“Keluargamu ingin kamu menikah dengan seorang perempuan,” kataku memotong ucapannya.
“Bukan begitu....”
“Hanya perempuan yang bisa memberikanmu anak. Sedangkan aku...aku...aku tidak bisa....” ucapku terbata-bata dalam pelukannya. “A..aku tidak bisa melahirkan seorang anak untukmu. Hanya perem.....”
Tora menangkupkan kedua telapak tangannya pada wajahku yang sudah basah oleh airmata. Dia menatapku yang masih terisak.
“Benar, hanya perempuan yang bisa memberikanku keturunan dan aku akan memberikan apa yang keluargaku inginkan...” aku jadi semakin terisak mendengar ucapannya barusan. Dia menghapus airmataku yang mengalir dengan ibu jarinya, yang tetap saja mengalir.
“Tapi aku tidak akan menikahi perempuan manapun. Aku akan memakai jasa surrogate mother untuk memperoleh keturunan,” katanya yang masih saja menghapus airmataku.
“Maksudmu?”
“Sayang...kita bisa menggunakan jasa ibu pengganti atau sewa rahim seperti yang dilakukan Elton John dan pasangannya. Itu yang dimaksud Om Heri tadi. Jadi kamu tidak perlu khawatir mengenai aku yang akan menikah dengan perempuan, karena orang yang akan kunikahi adalah kamu. Kamu hanya perlu menjadi pasangan yang baik, dan selalu setia disisiku. Kamu mengerti?!” mulutku jadi menganga mendengarkan penjelasan panjang Tora.
Aku tak menyangka dia sudah memikirkan sejauh itu mengenai hubungan kami. Menjadi pasangan yang baik, tentu aku akan melakukannya. Dia begitu mencintaiku dan keluarganya juga merestui hubungan kami. Apalagi yang kuharapkan selain terus tetap bersama dengannya. Dan jika nanti orangtuaku menentang hubungan kami, aku siap menanggung resikonya asalkan tetap bersamanya.
“Andri!?”
Aku mengerjapkan mataku berkali-kali mendengar panggilannya. Aku sudah berhenti menangis, tangannya masih menangkup wajahku. Aku masih diam menatap wajahnya yang cukup dekat dengan wajahku. Seketika kurasakan sebuah benda lembut menyentuh bibirku, dan sesuatu yang basah memasuki rongga mulutku. Aku baru sadar kalau mulutku masih menganga menatapnya.
Setelah beberapa detik Tora menciumku, barulah aku bereaksi membalas ciumannya. Dia memutuskan ciuman kami, kemudian dia mencium kedua belah mataku yang masih ada sisa-sia airmata di sana, dia menciumnya secara bergantian dan kurasakan sebuah jilatan lembut di sana.
“Kamu mengerti?” tanyanya disaat sudah menghentikan ciumannya pada mataku. Aku mengangguk sebagai jawaban, kemudian menggigit gemas puncak hidungnya.
“Kamu benar-benar nakal ya?” katanya yang langsung meraih pinggangku merapat padanya. Aku hanya tersenyum membalas aksinya.
Dia mulai menciumku lagi, ciuman yang lebih dalam dari sebelumnya. Setelah puas dengan mulutku dia beralih pada leherku, memberikan ruang untukku agar bisa mengambil napas setelah ciuman tadi. Dia mengecup dan menjilati leherku, memberikan sensasi geli. Aku mengeluarkan desahan pelan saat dia menggigit kecil leherku.
Tora menghentikan aksinya setelah puas mencumbuku. Aku menatapnya dengan tatapan sayu, dia merapikan rambut dan melap keringat di keningku.
“Tora! Gimana kalau sekarang aja kita melakukannya?”
“Sayang, kamu akan kesakitan, dan aku tahu kamu sebenarnya belum siap.”
“Sepertinya hanya akan sakit sedikit, karena kemaren aku melihat.....” dengan cepat aku menutup mulutku yang keceplosan, takut Tora mengetahui kalau aku menonton video porn gay yang diberikan Radit. Tapi sayangnya dia sudah mengernyitkan dahinya menatapku curiga.
“Jangan bilang kalau temanmu itu mengirimi video porn lagi!?” katanya serius. Mulutku bungkam tidak berani membuka suara.
“Berikan hp-mu!” perintahnya seraya mengulurkan tangannya padaku. Aku masih diam, dan sekarang sudah menundukkan wajahku. Aku takut jika dia membuka hp-ku, dia akan menemukan video tersebut, aku kan belum menghapusnya. Oh ya, Tora sudah tahu katasandi hp-ku.
Melihatku yang hanya diam di tempat tanpa mengambil hp-ku, Tora berinisiatif sendiri mencari keberadaan hp-ku. Setelah menemukan hp-ku terletak di atas meja kecil di samping tempat tidurnya, segera saja dia mengambil dan membukanya. Sekarang jantungku sudah berdetak tak karuan karena dia akan menemukan video itu. Aku memang bodoh, sudah tahu Tora mengetahui katasandiku, harusnya aku segera menghapusnya. Aku mengutuki diriku sendiri sambil menatapnya dengan cemas.
“Tiga?!” dia menatapku tak percaya, aku kembali menundukan wajahku dan meminta maaf dengan suara pelan. “Andri, aku tahu kamu belum siap. Kamu hanya penasaran karena melihat video-video yang dikirimkan temanmu itu,” katanya sambil mengelus rambutku lembut. Aku masih menunduk diam. Dia menangkup wajahku dengan kedua telapak tangannya dan menatapku lembut.
“Aku akan memberikan yang lain, tapi jangan pernah menonton atau menyimpan video seperti ini lagi,” katanya tersenyum. Kemudian melumat bibirku lagi.
Aku bertanya-tanya dalam hati maksud dari perkataannya barusan. Saat ciuman kami semakin intens, dia memasukan tangannya kedalam bajuku membelai punggungku dengan lembut. Aku deg-deg-an saat tangannya mulai turun dan meremas pantatku perlahan. Kemudian dia mengangkat tubuhku ke atas pangkuannya tanpa melepas ciuman panas kami. Aku masih bertanya-tanya mengenai maksud dari perkataan Tora. 'Apa dia akan melakukannya sekarang juga? Apa benar akan sangat sakit nantinya? Bagaimana jika benar ditusuk itu sangat sakit? Tapi kenapa para bottom yang ada di video itu terlihat keenakan saat ditusuk?' pertanyaan-pertanyaan itu sukses membuat jantungku berdetak tak karuan, tapi tak menghentikan aksiku membalas cumbuan-cumbuan yang diberikan Tora.
Aku tidak tahu sejak kapan kami sudah tak berpakaian lagi. Dia menindihku, memainkan putingku dengan perlahan dengan tangan kirinya sementara mulutnya bermain-main dengan yang satunya lagi. Tubuhnya bergerak dengan liat di atas tubuhku membuat junior kami bergesekan. Rasa geli dan nikmat kurasakan secara bersamaan membuatku tak bisa berhenti untuk tidak mendesah dan menyebut namanya.
Tora menyelimuti tubuh kami hingga sedada. Setelah membersihkan diri kami hanya mengenakan celana dalam saja, bisa kurasakan rasa hangat dari kulit kami yang bersentuhan. Aku menyandarkan kepalaku ke dadanya dan melingkarkan tanganku ke pinggangnya, sementara dia memeluk tubuhku posesif sambil mengelus-ngelus pipiku dengan lembut. Oh ya, tidak ada tusuk menusuk seperti yang kubayangkan. Kami hanya.......tentu kalian tahu apa yang kumaksud. Ah bukan, tapi maksud dari perkataan Tora dengan sesuatu yang lain. Dan dia benar. Aku belum siap untuk menerima dirinya di dalamku. Maksudku, belum siap di tusuk. Ah rasanya aku malu mengatakan hal ini.
Aku mendongakkan kepalaku menatap wajahnya, lalu kemudian mencium dagunya sekilas.
“Tora!”
“Hmmm.”
“Ceritakan tentang Diah.” Entah kenapa tiba-tiba aku teringat akan janjinya menceritakan tentang Diah.
“Baiklah.” Dia menarik napas perlahan. Aku semakin merapatkan tubuhku dan bersiap mendengarkan ceritanya.
@Hajji_Muhiddin thanks
Maap ya aku mau ngasih saran dikit nih...hehehehe kayaknya ada kata yg kurang sesuai deh kak tapi maap kalo salah
Sebelum :
Aku ikut bergabung dengan mereka dengan
duduk di sebelah kanan Papa dan mulai
mengisi piringku.
Harusnya :
Aku ikut bergabung dengan mereka dan
duduk di sebelah kanan Papa dan mulai
mengisi piringku.
aku senang kok jika ada yang mau memberitahukan kesalahan atau typo dalam tulisanku...udah diedit tuh...makasih ya udah mau kasih tau
pengen di tambah bagian yang hot nya
kalo gw yang jadi tora nya kayanya bakalan gw kasih apa yang di minta andri, hehehe
thanks udah mention @akina_kenji
keep writing