It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
pembaca paling baik seboyzstories (halah)
suka gak ya cekikikik....
Aku sampai pada jalan setapak ini lagi, karena hari masih terang aku memutuskan untuk melewati jalan ini lagi.
Sambil berdoa, mudah-mudahan aku gak ketemu makhluk apapun sore ini. Sedikit merinding aku melirikan mataku pada pohon bambu yang tertiup angin. Langit masih terang aja, suasana dijalan ini bikin merinding.
Aku tersentak saat melihat sesosok bayangan yang sangat familiar dengan mataku melintas cepat, masuk kebagian dalam pohon-pohon bambu.
Kalau mataku gak salah, bayangan tadi itu seperti sosok murung yang tadi pagi ku lihat.
Aku sebenarnya gak mau peduli dengan sosok itu, tapi rasa penasaran membuatku memutuskan untuk mengikuti sosok itu.
Aku mendapati sosok tadi tengah berdiri menggantung disamping pohon bambu, aku merutuki rasa penasaran ku. Tanpa pikir panjang, aku segera berbalik arah.
"Tunggu!!" DEG!! Lari Burhan, lari jerit hatiku. Sementara nafasku sudah hampir putus karena berlari semau kaki ku.
"Tunggu... Jangan pergi..." Aku sukses terjerembab ke tanah saat mendapati sosok yang ku lihat tadi sudah ada didepan ku.
"Ku mohon, tolong aku. Bantu aku mendapatkan kembali tubuhku" ucap sosok itu setengah merintih. Wajah pucatnya terlihat sangat sedih. Aku tersentak saat tangannya terulur berusaha meraih tanganku.
Lari Burhan, lari. Gak usah ikut campur urusan hantu, hatiku terus berteriak. Sementara tubuhku gak bisa digerakin sama sekali.
"Kumohon tolong aku..."
"Gak, jangan ganggu aku pergi sana" ucapku susah payah. Sosok itu menatapku sedih. Abaikan tatapannya Burhan, abaikan dan segera pergi dari tempat ini, batinku histeris.
"Kumohon..... Bantulah aku....." sosok itu kemudian berdiri seperti mengumpulkan tenaga. Aku gak bisa berdiri untuk segera lari, tapi aku masih bisa merangkak untuk segera menjauh dari sana.
"Gyaaaaaa jangan ganggu aku, pergi sana pergiii....!!" jeritku saat kurasakan sesuatu mencengkram pinggangku.
"Mas, sadar hei" Aku mengerjab menatap sosok yang sedang memeggangi pinggangku.
Sosok yang sama dengan yang tadi baru aja kuliat dipohon bambu. Tapi sosok kali ini lebih nyata. Kusentuhkan tanganku kewajah orang yang masih memegangi pinggangku.
"Asli" ucapku
"Mas kenapa sih? Sore-sore gini ngesot ditempat kayak gini?" Dengan sekali tarik, tubuhku terangkat. Aku yang gak siap dengan gerakannya langsung terhuyung menabrak tubuhnya.
"Mas?? Kuat gak? Apa mau aku antar?
"Ha? Gak usah aku gak apa-apa"
"Wisnu"
"Ha??" reaksi bodohku gak siap dengan apa yang mau dia ucapkan.
"Namaku Wisnu" ucapnya sambil memamerkan senyum manis yang membuat hatiku meleleh.
"Bur... Burhan" ucapku buru-buru meraih tangannya yang terulur. Ahh tangannya pas sekali dengan genggamanku.
Aku melotot saat mataku kembali melihat sosok pucat itu muncul dibelakang Wisnu.
Tanpa permisi aku segera menarik Wisnu menjauh dari tempat itu. Meski hatiku terus bertanya, kenapa wajahnya sama dengan Wisnu
demit wadon sing ndi?
@Kim_Hae_Woo679
siap @misterjang
"Mas stop mas, stooop....." aku berhenti mendadak saat lenganku ditarik dengan kuat.
"Kenapa kita lari-lari mas? Ada apa?" tanya Wisnu sambil mengatur nafasnya.
"Tadi disana ada setan" jelasku ngos-ngosan
"Hah? Hahahahaha mas becanda?" ucap Wisnun gak percaya dengan apa yang ku ucapakan.
"Tapi....."
"Ahh sudah sudah, mas bikin aku haus aja" potong Wisnu lalu mendudukan dirinya ditanah.
"Tapi aku gak bohong" jelasku meyakinkan
"Mas mana ada setan sore gini, langit masih terang" ucap Wisnu masih gak percaya. Siapa sih yang mau percaya soal hantu dan sebangsanya. Apalagi sore begini. Kalau aku trus ngotot, aku justru makin terlihat bodoh. Yasudahlah, apapun yang kutemui tadi semoga gak muncul lagi. Meski aku penasaran juga.
"Mas kayaknya kita mesti balik lagi ketempat tadi" Ucap Wisnu kemudian
"Kenapa? Aku gak mau kesana lagi" tolak ku cepat
"Mas, motorku masih disana. Sepeda mas juga kan?" Hakh!! Ya ampuun, kok aku bisa lupa sama sepeda sih. Sudah sejauh ini, masa harus balik lagi.
"Udah gak usah takut, biar aku yang jagain mas Burhan" aku salah tingkah mendadak, mendengar ucapan Wisnu. Dia bilang apa tadi, mau jagain aku?? Kamu manis banget sih Wis, batinku malu-malu.
Aku kembali tersentak saat tangan Wisnu meraih lenganku. Seolah terhipnotis, aku menurut saja ketika Wisnu mulai menarik ku.
"Mas..."
"Ya?"
"Mas tipe pemikir ya?" tanya Wisnu sambil menatap langsung ke mataku.
"Pemikir? Maksudnya?"
"Mas selalu terlihat rumit kalau ku ajak bicara? Kening mas sampai berkerut-kerut. Kadang wajah mas jadi merah kadang terlihat tersipu. Mas mikirin apa?" ucapan Wisnu membuatku sontak menundukan kepalaku, aku gak tau kalau dia memperhatikan setiap gerak-gerik ku sampai sedetil itu.
"Tuh kan mikir lagi" ucap Wisnu sambil menangkupkan telapak tangannya ke pipiku. Aku hanya bisa menatapnya shock.
"Mas, mas Burhan mikirin apa sih?"
"Ak... Aku gak mikir" jawabku sambil menyingkirkan tangan Wisnu dari wajahku, lalu melangkah mendahului Wisnu.
"Mas...." Abaikan dia Bur, lekas ambil sepeda lalu pergi batinku.
Aku terlonjak saat tiba-tiba, dua lengan meraih pinggangku.
"Tunggu mas" ucap Wisnu tepat ditelingaku membuatku merinding.
"Ja... Jangan berbisik terlalu dekat" ucapku berusaha melepaskan diri. Ahh sebenarnya aku senang diposisi ini, tapi Wisnu terlalu berani menyentuh orang yang baru aja dikenalnya. Aku jadi gak siap harus bersikap seperti apa.
_____________________________________
Tiba dibarisan pohon bambu, aku buru-buru mengambil sepedaku. Sementara Wisnu masuk lebih kedalam untuk mengambil motornya.
Setelah celingukan dan memastikan kondisi sekitar pohon bambu ini aman. Aku memutuskan mendekat kearah Wisnu.
Langkahku terhenti saat melihat Wisnu tengah berdiri berhadapan dengan sosok yang sama dengannya itu. Sosok yang tadi meminta pertolongan padaku. Wajah Wisnu tampak sangat marah.
Aku ingin mendekat agar bisa mendengar apa yang mereka ucapkan tapi kaki ku memilih untuk pergi.
"Enyah dari hadapanku. Tubuh ini milikku" Wisnu menjerit keras, aku mempercepat langkahku menjauh dari sana. Apa? Apa yang sebenarnya terjadi, pertanyaan itu terus berputar dalam pikiranku.
Oke cukstaw
Zbl
dedek @boyszki kan mentionny langsung dr hati aseeeeek