It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Cerita ini masuk nominasi SUPER LOVE AWARDS 2017 sebagai Story of the Year!
Kunjungi profil kami atau boyzroom untuk memenangkan cerita ini
Cerita Anda bagus banget bro @RakaRaditya90 dan sorry kalo telat kommen. Makasih udah sharing butuh keberanian besar buat cerita ups and downs hidup seseorang. Aku juga wong Jogja daerah selatan dulu kuliah di Jogja juga tapi sekarang sudah tinggal di kota lain. Jangan2 sekarang Anda sudah menikah tapi tidak apa2 ini nasehat dari yang sudah uzur eh lebih tua wkwkwkwk. Ibu adalah orang yang sudah mengorbankan banyak hal bagi kita anak2nya apalagi waktu melahirkan. Udah sampai urusan hidup dan mati malah. Sampai sekarang pun saya sadar belum bisa membahagiakan ibu saya karena selalu mengelak/melarikan diri jika disuruh menikah padahal itu satu2nya hal yang bisa membahagiakan hidup ibu. Selagi ibu Anda masih hidup @RakaRaditya90, tidak ada salahnya Anda berkorban demi kebahagiaan ibu. Semoga Tuhan yang sudah melihat pengorbanan Anda bagi seorang ibu akhirnya memberikan berkah dan anugerah melimpah. Siapa tahu kelak keluarga Anda malah yang menyelamatkan Anda dari keterpurukan. Apa harus menunggu ibu Anda tidak ada baru Anda menyesal seumur hidup? Mau Anda bawa 100 calon istri atau menikah 100X juga percuma. Untuk Fariz cukup anggap dia sebagai pengganti saudara kandung yang tidak Anda punyai. Syukur2 dia juga punya calon istri juga nantinya.
Anda termasuk beruntung bisa merasakan cinta dari Pras dkk. dan akhirnya Fariz karena sepanjang jalan hidup saya malah saya selalu merasakan cinta (ditaksir cowok) tapi belum pernah memiliki cinta. Pernah beberapa kali nembak yang bersangkutan malah mereka menjauhkan diri. Kadang susah bedain apa mereka 'kagum' atau 'naksir' atau 'suka'. Tahulah dunia pelangi sesuai namanya gak jelas warnanya yang mana. Atau justru malah saya yang lebih beruntung karena tidak terseret jauh ke dunia pelangi? Seandainya sudah membina hubungan dengan orang pasti susah meninggalkannya. Tapi pernah patah hati setelah 8 bulan selalu bersama seseorang tiba2 dia pergi menjauh 3 bulan kemudian jadi nggak doyan makan dan minum kepikiran orangnya terus. Kena penyakit ginjal parah (perut deket lambung terasa nyeri seharian) untung Tuhan masih baik disaranin tetangga minum 2 botol air mineral 1,5 lt tenggak langsung hasilnya sembuh dan tidak perlu ke RS. Pas kencing2 terus ada butiran kapur halus. Kalau ingat itu trauma effek orang patah hati jadi malas terjun lebih jauh ke dunia pelangi. Cukup jadi penonton dan pembaca cerita orang aja. Bersyukurlah calon istri Anda sangat sabar dan sayang mau tunggu berapa tahun lagi jika yang ini terlepas?
Seandainya saya jadi Anda, akan saya prioritaskan membahagiakan ibu terlebih dulu. Jika sudah waktunya ibu Anda menghadap Tuhan, dia akan pergi dengan tenang sudah menimang cucu. Itu yang saya doakan setiap hari supaya kelak saya tidak terlambat dan bisa menikah dengan jodoh yang sesuai sebelum Tuhan memanggil ibu saya. Anda selalu menyebut karma di kisah hidup jadi jika karma Anda kepada ibu baik, pasti suatu saat akan kembali pada Anda. Semoga sukses menjadi suami dan bapak yang baik. Two thumbs up!
Such a powerful story. Kalo ini fiksi mungkin gw ngga akan baca sampe akhir. Tapi prolognya aja udah bikin penasaran......
Gimana ya sekarang kabarnya om @RakaRaditya90 ?
Apakah mas pernah berpikir mas lebih beruntung punya ibu yang rela berkorban harta dan harga dirinya untuk mas, sedangkan anak seperti Ricko punya ibu yang tidak menganggap anaknya sendiri? Bagaimana kalau anak yang tidak punya orangtua sama sekali? Mas tidak punya ayah, saya juga tidak punya ayah sejak saya lulus SD. Bedanya saya sayang sama ayah saya, sebesar apapun kekurangannya. Tapi coba pikir, lebih sakit mana ditinggalkan saat sedang sayang-sayangnya dengan ditinggalkan tanpa pernah tahu rasa sayang? Pengalaman dengan Pras, Aryo, bahkan Fariz mas pasti tahu jawabannya. Bagaimana dengan anak yang cacat, apalagi tanpa orang tua, tidak pernah merasakan kasih sayang, mungkin punya trauma tersendiri, atau lahir di tempat prostitusi, pernah diperkosa, dsb dsb dsb? Kalau kita membicarakan tentang seberapa tidak beruntungnya seseorang, ngga akan pernah habis.
Mas beruntung pernah merasakan yang namanya cinta, sedang merasakan cinta, sedangkan mungkin hampir semua orang dalam komunitas LGBT+ ngga pernah merasakan hal tsb, bahkan mencari-cari. Mas beruntung dapat ujian yang begitu berat, iya, BERUNTUNG, karena tanpa ujian mas ngga pernah belajar dari kesalahan-kesalahan masa lalu. Karena dengan ujian yang begitu susah untuk dijalani mas bisa tau yang mana benar dan mana yang salah. Karena mas muslim saya bisa ngomong gini, mas beruntung masih bisa diberikan petunjuk oleh YMK kalau perbuatan mas itu dosa. Mas beruntung masih bisa merasakan perasaan bersalah. Mas beruntung di tengah cobaan mas masih bisa berbakti sama ibu mas, coba kalau pintu hatinya ditutup, melawan orang tua, apa ngga tambah dosanya mas? Mas beruntung ibu mas dikasih hidayah buat bertobat lewat mimpinya, beruntung ibu mas mau bertobat, coba kalau ibu mas ngga bertobat, memang mas masih mikir kalau apa yang mas lakukan itu dosa? Masih punya perasaan bersalah sama YMK? Beruntung masih dikasih waktu untuk bertobat. Beruntung sudah dapat pekerjaan, beruntung ngga diberikan penyakit yang menyusahkan. Beruntung bisa kenal orang-orang baik seperti Pras dan Fariz. Mungkin saudara-saudari dari komunitas LGBT+ ngga seberuntung itu, merasakan denial di awal, atau dijerumuskan sama orang jahat, menjadi lgbt+ bukan karena kemauan dia, diperkosa lah, dilecehkan.
Ah, hidup itu indah kalau kita lebih banyak bersyukur. Karena disetiap kejadian pasti ada hikmah atau hal positif yang bisa kita ambil. Seharusnya dengan mengetahui seberapa beruntungnya mas bisa lebih banyak bersyukur pada YME. Dengan lebih banyak bersyukur bisa mendekatkan diri lagi kepada YMK. Bisa mengenal-Nya lebih dekat lagi. Kalau mas benar-benar sudah dekat dengan-Nya yakin deh, jangankan berbuat dosa, mau melakukannya aja mikir seribu kali karena saking takutnya sama murka-Nya dan saking sayangnya dengan-Nya karena ngga mau mengecewakan-Nya.
Sebetulnya sejak saya baca mas mau menikah dan masih cinta sama Fariz, saya kasian sama si Fitri. Ngga kebayang gimana perasaannya kalau tau mas lebih suka sesama jenis dan masih cinta sama orang lain. Apalagi kalau punya anak. Aduh, lebih sakit daripada drama mas. Jujur, di satu sisi saya mau bilang lebih baik jangan menikah dan lepaskan Fitri karena saya kasian sama dia. Tapi saya lebih ngga bisa bayangkan sakit dan pengorbanan ibunya mas. Satu-satunya cara kalau memang benar-benar mau lepas dari kehidupan yang penuh dosa ini (where is the lie?) mas harus lepasin Fariz.
Mas dulu pernah sayaaaaaang banget kan sama Pras? Mas ngerasa kayak Pras itu si 'dia'. Satu-satunya orang yang bisa mengerti mas, yang bisa merasakan cinta yang sama dengan mas. Tapi setelah mas lepas dari Pras, apa yang terjadi? Sakit? Iya pasti. Tapi setelah itu apa? Biasa aja kan? Buktinya mas bisa ngerasain sayang sama Aryo. Rela menemui Aryo meskipun ngga dianggap. Terus habis lepas dari Aryo, gimana? Sama aja kan rasanya setelah putus dari Pras? Sakit banget, habis itu biasa aja. Malah bisa ngerasakan cinta yang lebih dalam sama Fariz. Nah apa jaminannya kalau mas putus dari Fariz ngga bisa merasakan perasaan yang sama dengan Fitri? Atau, siapa yang tau, cowok lain? Siapa yang tau masa depan seperti apa?
Siapa yang tau kalau Fitri sebenarnya jaminan kebahagiaan hidup mas sampai mas meninggal? Gimana kalau waktu mas dan Fitri menikah, mas lebih sayang, terus punya anak, mas makin cinta dengan mereka? Sedangkan Fariz akan bisa move on dengan caranya sendiri, dan mungkin jauh lebih bahagia daripada bersama mas? Gimana kalau mas lebih memilih tetap berhubungan dengan Fariz, tapi tetap menikah, hidup mas makin sengsara? Punya anak dan mas cinta sekali dengan anak itu, tapi mas masih ngga bisa lepas, dan pada akhirnya mas makin terbebani dengan keadaan yang ada? Fitri bakalan nanya-nanya, kok sering banget ke tempat Fariz? Kok lebih sering memperhatikan Fariz dibanding istri dan anak sendiri? Terus Fitri cari tau sendiri, dia tau, hatinya hancur, hati mas hancur karena merasa bersalah, anak ngga keurus, kehidupan makin susah karena pekerjaan terganggu, Fariz juga merasa bersalah karena sudah menghancurkan rumah tangga orang yang dia cintai, siapa yang tau kalau salah satu di antara mereka ngga tahan dan akhirnya memilih mengakhiri hidupnya? Mas ngga mikir anak mas nanti gimana jadinya kalau seperti itu? Mas tau yang mas lakukan salah, siapa yang menjamin kalau anak mas tidak mengikuti jejak mas, malah jadi membangkang dengan orang tua karena biarpun mas melarang anak mas akan menuduh mas sebagai hipokrit? Siapa yang tau kalau dibalik sakit-sakitnya mas sekarang kalau mas memilih untuk melepas Fariz akan ada masa depan yang lebih indah dengan keluarga mas nantinya?
Gimana ya mas, saya ngomong panjang lebar pada akhirnya masnya juga yang menentukan masnya mau pilih yang mana. Sedangkan saya (dan sebagian orang yang membaca cerita mas dan juga yang ada di sekitar mas) hanya berharap saran kami mampu membuat mas memilih pilihan yang terbaik. Bahkan mana saya tau kalau mas bakalan repot-repot baca komentar saya? Atau mana saya tau kalau saya terlambat memberikan saran? Kalau saya (dan mereka) ngga peduli, ngga bakal mau repot-repot ngetik panjang-panjang supaya mas bahagia. Kami cuma mau yang terbaik buat mas, itu aja.
Yang terakhir, ingat loh mas, surga itu di telapak kaki ibu, bukan di telapak kaki Fariz atau mantan-mantannya mas. Dan yang nentukan mas bisa masuk surga atau neraka itu Yang Maha Esa, bukan orang-orang di sekitar mas.
Kalau mas ngga punya agama saya udah ngasih saran kawin di USA aja karena udah legal. Bodo amat kan sama ibu sendiri kalau pengen bahagia? Asal duit lancar terus sa ae.*sarkas* Cuma karena punya agama, seorang muslim, kewajiban tetap jadi kewajiban. Ngga bisa dinego kalau urusan begini. Kecuali selama menikah dengan Fitri masnya tetap bisa berhubungan dengan Fariz dan kawan-kawan LGBT+ tapi bisa menjaga jarak dengan tidak berhubungan intim seperti kissing dan sex. Bukannya mas sering ngga ada rasa gairah kalau urusan sex? Saya curiga kalau sebenernya mas itu aseksual. Tapi itu bukan masalah sih.
Kalau mas dan Fariz bisa melakukan seperti yang saya bilang, saya ngebayangin mas pulang ke rumah, disambut istri dan anak, tetap beribadah seperti biasa, ngga ada masalah. Lalu kalau ada kesempatan, mas ke tempat tinggal Fariz, pelukan, cium kening, belai rambut, cuddling, berbaring di kasur yang sama memandang mata satu sama lain, pegangan tangan, saling mengucapkan rasa cinta, tapi ngga pernah melakukan sex karena itu bukan masalah kalau benar-benar cinta. Susah mas urusannya kalau cinta. Tapi kalau benar-benar cinta, apapun akan dilakukan untuk kebahagiaan bersama. Bukannya itu yang Fariz lakukan saat dia menyarankan mas untuk menikah? Saat dia rela hendak pergi dari kehidupan mas? Untuk kebahagiaan mas dan ibu mas?
Tapi kalau mas benar-benar cinta Fariz, pasti mas akan lebih merelakannya pergi. Untuk kebahagiannya yang tidak akan didapat dari mas yang akan berkeluarga.
Karena cinta tidak sesimpel itu. Cinta bukan hanya urusan selangkangan, tapi hati dan jiwa.
Good luck and always wish you for the better in life.
Kenapa saya katakan demikian?mengapa saya menyebut diri saya labil? Hehe,kalau rekan bf mengenal saya secara langsung di dunia nyata,anda kemungkinan besar akan malas memberi saya nasehat ini dan itu.Saya ini type manusia yg hari ini menangis cerita panjang lebar tentang suatu masalah,lalu minta saran,kemudian teman memberikan solusi lalu saya lakukan solusi tsb,kemudian besoknya saya pasti mengulangi perbuatan yg menciptakan masalah yg sama lagi.Begitu seterusnya hingga teman2 saya mulai hafal kemudian yg mereka lakukan setiap saya curhat,mereka hanya diam dan mendengarkan,tanpa memberi lagi solusi2 yg menenangkan saya,hehehe.
Begitu pun yg berkaitan dgn kehidupan pelangi saya.Hari senin berjanji mau tobat,selasa rabu kamis sukses dalam menjauhi hal2 terlarang,jumat dan sabtunya buat dosa lagi.Pun percintaan saya dan fariz.Selama beberapa bulan pasca saya terakhir menuliskan kisah ini diforum,saya dan dia masih mampu menjaga diri untuk tidak saling berbuat jauh.Setiap ketemu,saya main ke tempat dia ataupun sebaliknya,hal pling banter kami lakukan hanya ciuman bibir itupun begitu singkat.Selalu fariz yang tergesa mengakhiri dengan bilang "udah udah,maaf ya," .Kemudian kantor saya mulai sering mengikuti pameran di mall di berbagai kota,membuat saya sibuk dan jarang ketemu fariz,karna fariz QA jadi dia di kantor tdk ikut pameran ke luar kota seperti saya.Dia kembali bekerja di tmpat om nya ini setelah om/bos saya memaksa dia untuk join lagi.Nah setelah kurang lebih dua bulanan kami tdk bertemu,setelah saya pulang saya dan dia begitu tidak mampunya mengelola rasa rindu yg teramat memuncak.Again,kami mengobati kangen itu dgn cara yg salah,lagi dan lagi.Sex.Sekali,dua kali,berkali kali.Kami sempat berpikiran kok kami kayak orang pacaran lagi ya.Seperti dulu awal2 kami bersama.Penuh cinta.Full gairah.Padahal kami sudah putus.Kami sudah jatuh bangun berjuang untuk lepas.Saya mau menikah.Fariz juga sudah punya calon.Begitulah kami.
Dan,seperti yg sudah sudah,rekan2 pasti bosan mendengarnya,setelah kami berkali kali melakukan dosa ternikmat itu pasca perjuangan panjang nan berat untuk sembuh,kami lagi2 menyesal,menangis,memohon ampun dsb.Ya,kami rajanya drama.
Tentang pernikahan,saya akan menikah november ini.Mundur yg tadinya pertengahan tahun karna calon tugas ke dubai jadi pernikahan kami diundur hingga november nanti.Bagaimana dgn perasaan saya terhadap calon? Jgn ditanya,saya PASRAH.Makin kesini justru saya makin tidak mampu menyukai dia.Tentu saja alasan utama adalah fariz.Cinta saya kadung jatuh ke dia semua.Semakin saya berusaha menyukai calon saya,semakin saya paksa semakin saya senewen.Terlebih mulai tampak karakter2 dia yang kurang saya sukai.Oh,salah,untuk yg satu ini sepertinya hanya alibi saya saja untuk menjelek jelekan calon sndri.Karna pada dasarnya saya tdk suka lawan jenis,ujung2nya saya selalu melihat keburukan lawan jenis tsb.Di mata saya yg plu tentu saja lawan jenis itu tdk menarik.Saya selalu saja mencari cari kekurangan calon saya.Yg sifatnya beginilah begitulah.Yg bagus di otak saya hanya fariz.Tapi saya tetap menjalaninya.Menjalani dua sisi kehidupan,yg lurus dan yg bengkok.Yang terang dan yang gelap.Saya beribadah,tapi saya tetap maksiat.Saya mau menikah,tapi saya tak mau kehilangan fariz.Fariz juga sudah memiliki calon pendamping hidup dari aplikasi taaruf di sebuah situs berbayar yg lumayan populer.Saya sudah bertemu calon dia.Nah,saat ini kami sedang berusaha lagi untuk bisa saling menjaga diri,membentengi nafsu agar tak terlepas dgn liar dan tak terkendali.Kami berjuang lagi.Entah bagaimana nanti,yg pnting dlm hidup saya selalu berusaha.Mau bagaimana hasilnya,mau terulang lagi atau tidak,biarlah itu jadi pilihan hidup saya.Menjadi jatuh bgun kisah saya.Ambil pelajaran yg baik2 dari episode2 kisah saya,buang yg buruk2 semampu anda.Masing2 kita memiliki kisah hidup yg berbeda,ada yg mirip,namun berbeda jalan di pengakhirnya.Matursuwun rekan rekan sehati atas dukungan dan kasih sayangnya selama ini.Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat,hidayah dan kebahagiaan untuk saya,anda dan rekan sekalian di forum ini.Salam cinta dari saya.
@puer_incognitus @hanfrikhairandi @nellsasha @isak @aurora_69
Best wishes.
Semoga.