It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@adrian69 owh getoh y om. Okedeh, kirain...
Judulnya knp why? Maybe bisa di dptkn jawabannya ketika membaca ceritanya om. Klo udah tamat ntar pasti faham knp judulnya why?.
@digo_heartfire mksdny bang? Aku bingung...
@rama212 yups dunk, kn suka yg bahenol2. Ugh
@o_komo tetap terus baca yes, dijamin nggk bkln why lgi. Mungkin bisa what. Wkwk
@RakaRaditya90 @boyszki Maaf y abang2, Mungkin ini ad kesalah teknis. Maklumlah faktor umur. ntar d mention kok.
@QudhelMars Hooh yb, lgi dpt ide baru. Drpd dipendam, mending disalurkan. Y nggk?
@akina_kenji Karena... Tunggu d part berikutnya.
Eh btw Reza blum positif selingkuh kk.
@Secreters Rezanya nggk ap2 kok, cmn menghilang dari peredaran aj. Hooh mas, so pasti itu mah.
@Algibran26 Makasih ya bang *sambil nyubit pipi* ntar aku kasih lumbricant deh. D tunggu yes.
Aku terus menyusuri bangunan demi bangunan yang ntah bergaya apa yang merupakan bagian dari gedung tempat dari pacarku Reza menuntut ilmu. Cuaca yang sangat panas tidak mematahkan semangatku untuk menemuinya di fakultasnya sendiri. Dengan langkah kaki semangat 45, aku tetap terus menyusuri bagian-bagian dari bangunan Fakultas Teknik, walau kedua orang sahabatku telah ngos-ngosan tertinggal di belakang.
"Tunggu dulu!" teriak Rini mengatur nafasnya sambil bersandar di bawah pohon pinang. Begitupun Doni yang memilih mencangkung di dekat semak-semak tak ada bedanya dengan Rini, terengah-engah kehabisan nafas.
"Kalian masih sanggup tidak?" tanyaku kepada mereka yang tiba-tiba kompak kelelahan. Mungkin karena letak Fakultas Teknik yang berada di bagian belakang membuat mereka lelah berjalan dari gedung MKU yang berada di bagian depan kampusku.
"Kasih kita waktu beberapa menit," jawab Rini sambil mengibas-ngibaskan tangannya, "kami butuh nafas."
Gue berdecak kesal dengan kelakuan mereka yang tidak sesuai dengan apa yang aku inginkan. "Kalian tunggu di sini! Jangan kemana-mana," instruksiku sambil menunjuk ke salah satu bangku taman yang ada di dekat mereka. Aku lalu berbalik sambil memantapkan hati menuju salah satu gedung fakultas teknik yang telah ada di depanku, gedung informatika. Reza pasti ada di sana.
Aku lalu memasuki gedung tersebut, celingak-celinguk mencari keberadaan pacarku Reza. Aku menyusuri tiap lantai dan tiap kelas dari gedung berlantai 3 itu demi mencari keberadaan Reza. Aku yakin dia pasti ada di sini apabila di kampus. Dia bukan tipe mahasiswa kupu-kupu yang apabila perkuliahan usai maka dia akan pulang ke kosnya, itu bukan sifatnya.
Setelah turun naik tangga dan keluar masuk kelas, aku belum juga menemukan keberadaan Reza yang hilang bak ditelan bumi. Aku mencari-cari dan mengingat-ingat wajah teman-teman sekelas Reza yang sering aku lihat di galeri fotonya. Ah itu dia, aku mendekati seorang gadis berkacamata yang sedang duduk-duduk di depan kelasnya.
"Maaf mengganggu, liat Reza nggak?" tanyaku tanpa basa-basi kepada gadis yang aku yakini adalah teman sekelasnya Reza itu. Dia gadis berbaju biru di foto kelas Reza saat jalan-jalan ke kebun teh beberapa bulan yang lalu.
"Nggak, Reza beberapa hari ini nggak masuk," jawabnya lugas sambil memperhatikanku dari ujung kepala sampai ujung kaki. "Lo siapanya Reza?" tanyanya menyelidik.
"Cuman teman kok," jawabku tersenyum kecut. Pertanyaannya membuatku kesal. Aku tidak bisa memproklamasikan kepada khalayak ramai bahwa aku adalah pacarnya Reza, karena Reza sendiri yang melarangku untuk tidak memberitahukannya ke orang lain demi keselamatanku. Mungkin betapa bangganya diriku ketika aku datang ke FT dengan dada membusung bahwa aku adalah pacarnya Reza. Tapi aku harus tetap merahasiakan statusku lebih karena permohonan Reza.
Setelah berbasa-basi sedikit, aku lalu berlalu meninggalkan gedung itu untuk menemui dua sahabatku yang sedang duduk di salah satu bangku di taman. Mereka seperti asyik bercengkerama tanpa menyadari kalau aku sudah ada di dekat mereka. Aku lalu berdehem sehingga mereka langsung menoleh ke arahku.
"Gimana?" tanya Doni sambil menyodorkan telur gulung ke hadapanku. Akupun menggeleng sambil mencomot beberapa tangkai telur gulung yang disodorkan Doni dan memasukkannya kedalam mulut.
"Nggak ada," jawabku lemah. "Dia beberapa hari ini nggak masuk."
"Lo yakin kalau yang lo lihat tadi itu Reza?" Rini buka suara sambil memasukkan setangkai telur gulung ke dalam mulutnya, "gue nggak yakin kalau itu Reza. Secara gue juga menoleh kearah parkiran dan gue nggak lihat ada Reza di sana," ujarnya lagi.
Aku menggeleng sambil mencomot telur gulung Doni, "nggak Rin, gue yakin kalau itu Reza," jawabku nggak mau kalah. "Nggak mungkin gue bisa salah orang dan nyangka kalau orang itu Reza. Gue tau pasti Reza itu gimana."
"Atau bisa saja karna efek lo lagi malarindu sama Reza, mirip dikit udah lo sangka Reza," celetuk Doni.
Aku mendengus dengan hipotesis kedua sahabatku itu. Entahlah, mungkin ada benarnya apa yang di katakan Doni. Saking kangennya dengan Reza, orang yang nggak mirip dengan Reza sekalipun bisa saja aku anggap sebagai Reza.
"Coba lo ke kosan dia deh," ujar Rini. "Mana tahu dia ada di kosannya. Lo tau kan kosan dia?"
Aku mengangguk.
"Bagus. Biar Doni yang nganterin lo ke kosan Reza," dikte Rini tanpa menunggu persetujuan dari Doni dulu. Nampaknya Doni juga tidak keberatan mengantarkanku ke kosan Reza nanti.
Aku mengangguk sambil kembali melihat fotoku dan Reza di layar ponsel.
---
Setelah membeli beberapa bungkus makanan kesukaan Reza, aku lalu on the way membonceng motor Doni ke kosan Reza. Kosan Reza berada lumayan jauh dari kampus, sekitar lima belas menit dengan menggunakan kendaraan pribadi. Berbeda dengan naik angkutan umum yang bakalan memakan waktu yang lama dikarenakan angkutan umum menuju kompleks kosannya yang sedikit. Maklumlah, kompleks kos-kosan elit. Hal itulah yang membuatku berfikir dua kali untuk pergi ke kosan Reza.
Kita berdua berhenti di depan sebuah gerbang dengan pagar besi yang melintang menutupi gerbang. Ada sebuah pos kecil di samping gerbang, aku lalu mendekati pos tersebut menanyakan keberadaan Reza kepada satpam yang berjaga disitu.
"Cari siapa dek?" tanya satpam sambil keluar dari posnya. Badannya tegap dengan tangan yang kokoh apalagi wajahnya yang tampan membuatku sering salah fokus apabila main ke kosan Reza.
"Mencari Reza mas. Mm... Rezanya ada di dalam nggak mas?"
Si satpam memperhatikanku menyelidik mulai dari kepala hingga kaki , tak lupa juga melirik Doni sekilas sebelum dia seperti telah mengingat sesuatu.
"Oh temannya Reza yang sering nginap sini itu ya?" tanyanya yang membuatku tersipu. Doni yang berada di atas motor seperti mempelototiku dari belakang.
"Iya mas," jawabku sambil menggaruk-garuk tengkuk. "Rezanya ada mas?"
"Duh, maaf banget dek, Rezanya nggak ada. Dia lagi keluar," ujar satpam yang bernama Agus itu tidak enak.
"Oowh..., nggak apa-apa kok mas," ujarku penuh rasa kecewa. Aku melirik kearah pintu kamarnya. "Reza baik-baik aja kan mas? Dia sehat kan?"
"Dia sehat kok dek, malah sekarang sering ngegym."
"Syukurlah," ujarku. Ada kecanggungan diantara gue dan mas Agus yang berbadan kekar itu. Apalagi dulu saat aku sering main ke sini, aku hanya memperhatikannya saja, tanpa mau menyapanya.
"Ada yang mau disampaikan ke Reza dek?"
"Hmmm..., Nggak ada mas. Saya cuman mau nitip ini mas," ujarku sambil menyerahkan beberapa bungkus makanan itu ke mas Agus, "kalo Reza udah sampai tolong di kasih ya mas. Bilang jangan lupa makan."
"Oke nanti saya sampaikan," ujar mas Agus sambil mematut-matut tentengan yang dia tenteng.
"Yang bungkus merah untuk mas loh," ujarku yang dia balas senyum sumringah. "Saya pulang dulu ya mas," tandasku.
"Eh iya, makasih ya dek," sahut mas Agus. Dia pasti seneng dapat makanan yang sebenarnya aku peruntukkan untuk Reza. Daripada satpam itu mengambil semua, mending aku kasih satu dari beberapa bungkusan yang aku berikan. Hitung-hitung sedekah.
Aku lalu naik ke atas motor Doni sambil memakai helm. Tubuhku lemas seperti tak bertenaga. Fikiran gue kacau sekarang. Aku mengkode Doni agar segera pergi dari kosan Reza yang dia balas dengan anggukan.
"Oh ya mas, kalau Rezanya udah balik, tolong bilang ke dia supaya menghubungi pacarnya," kata Doni dengan volume keras, sebelum Doni menggas motornya meninggalkan mas Agus yang masih berdiri menenteng makanan memandangi kami yang berlalu pergi.
Aku berusaha mengusir fikiran buruk yang menggerogoti akal sehatku. Aku kembali memandangi motor Reza yang terparkir di garasi kosannya , lalu melirik pintu kamar Reza yang semakin menjauh.
Za kamu sebenarnya dimana?
--- tbc
R~
Lanjut udaa
ini si reza pasti lagi mid-ghei-crisis lyfe
@lulu_75 Yups bang, emang aku aja.
@digo_heartfire Apaan tuh?
Rezaaa main yuk ?
@akina_kenji Tpi Bisa aj fikiran kk benar kn?
@rama212 yg jls bkn k hatimu dek.
@QudhelMars Maaf y nak. Rezanya lagi tidur. Bsok aja mainnya ya. Pulang gih, ntar dicariin mamanya lgi.
Yaaah padahal mau mainan tau sama reza lol