It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
huuhuuu.. harus banyak-banyak sabar ini mah.. aku kudu kuat xixixixiii
ME AND THE FUTURE GOALS ( Is This The End ? )
#EPISODE12
Pagi itu mentari bersinar dengan sangat cerah. Sebagian kilaunya masih tersembunyi dibalik pegunungan yang tampak berjejer dengan sangat kokoh mengelilingi perkampunganku seolah-olah ia menjadi benteng pertahanan dari serangan musuh. Kabut-kabut putih tampaknya masih enggan berlalu dari lembah-lembah pegunungan yang ada di sekitar kampong kami. Suara kokok-an ayam pun masih terdengar disana sini, maklum saja sebagian besar penduduk di kampungku masih memelihara ayam di sekitar rumah mereka masing-masing.
Aku sedang berdiri di tepi pagar teras rumahku bersama Kak ruli sambil memegang secangkir Teh ditangan masing-masing. Sambil sesekali menyeruput teh itu kami pun banyak membicarakan perihal pemandangan alam yang begitu indah dan dapat disaksikan secara Cuma-Cuma dari kampong halamanku ini.
-“Hmmm…..” Kak ruli menarik nafas panjang merasakan segarnya udara pagi yang mungkin saja jarang ia temukan di sekitar rumahnya.
-“Bagus banget kan kak pemandangannya…” ujarku seraya tersenyum kepadanya.
-“Bukan Cuma itu.. udara disini juga sejuk sekali.. jarang-jarang kakak bisa menghirup udara sesegar dan sebersih ini.. rasanya benar-benar bikin hati dan otak kita menjadi damai..” kata Kak Ruli diplomatis.
-“Kamu beruntung bisa tinggal disini dek..” tambah Kak ruli lagi sambil menyeruput Teh yang ada di tangannya itu.
-“yaaaaa boleh dibilang gitu.. tapi susahnya disini sering mati lampu kak.. apalagi kalau hujan..” Kataku sedikit menyayangkan kebiasaan yang sering terjadi dikala musim penghujan tiba itu.
-“Yaaa maklum saja dek.. sepanjang jalan kesini kan masih banyak kebun-kebun dan pepohonan di pinggir jalan.. mungkin terkadang ada pohon tumbang atau daun-daun dari pohon itu terkena angin sehingga mengenai kabel listrik jadilah mati-nyala, mati-nyala listriknya..” Terang Kak Ruli.
-“iya juga sih kak…” balasku.
-“Nak.. Nasi gorengnya udah matang tuh.. udah ibu siapin juga di meja.. ayooo cepet sarapan.. nanti keburu telat lhooo..” Perintah ibu sambil nongol dari pintu depan.
-“Iyaaa bu…!!” timpalku.
-“Ayoo Kak kita sarapan dulu..” aku mengajak kak ruli untuk sarapan. Kami berdua pun menuju ruang tengah dan melahap nasi goreng yang sudah disiapkan oleh ibu.
Selesai sarapan aku dan kak ruli siap-siap untuk berangkat. Setelah pamitan pada ibu dan bapak akhirnya kami menuju mobil Kak ruli yang terparkir di pinggir jalan dan kemudian kami berdua berangkat meninggalkan kampong halamanku itu.
Sesampainya di rumah Kak Ruli aku langsung menuju garasi untuk mengambil motorku.
-“Ari mana…??” terdengar suara ibu-nya Kak Ruli.
-“Tuhh lagi di garasi.. lagi manasin motor..” jawab kak ruli seraya masuk ke dalam rumah.
-“Udah pada sarapan belum..” ibunya kak ruli bertanya padaku seraya menghampiri.
-“ehhh mama….Udah ma.. tadi dirumah sebelum berangkat..” balasku seraya mencium tangannya.
-“Lhooo padahal mama dah siapin nasi goreng lhoooo…”
-“Iya ma.. makasih.. tapi tadi ari sama kakak beneran udah sarapan ko…” kataku sopan.
-“Ya sudah atuh.. kalo gitu mama masuk dulu yaa.. oia adek masih mau disini nungguin si Mas atau langsung berangkat…”
-“Langsung berangkat aja deh ma.. soalnya bentar lagi kegiatan latihan dimulai… takut telat..”
-“ohhh iya… yowis hati-hati yaa jangan ngebut-ngebut bawa motornya…”
-“Iya ma… ari berangkat yaa.. assalamualaikum…”
-“Waalaikum salam…”
Ibu-nya kak ruli benar-benar baik, bahkan belum lama kenalpun rasanya beliau sudah memperlakukanku seperti anaknya sendiri. Mungkin karena itulah teman-teman kak ruli pada betah kumpul di rumahnya.
Sesaimpainya di lapangan merdeka ternyata sudah banyak anggota paskibra yang hadir termasuk, Kak Gaga, Agus dan juga Leli.
-“Tumbeenn ni anak datangnya agak siangan.. biasanya paling pagi..” cerocos Agus seraya menghampiriku.
-“Iyaa nih.. biasanya Arie paling pagi.. emang abis dari mana sih ri..?” tambah Leli.
-“tadi abis ngambil motor dulu di rumahnya kak ruli… makanya agak telat..” jelasku.
-“lhoooo kok bisa rie…? Gimana ceritanya..?” agus tampak heran.
-“kemarin pas nyari durian itu aku kehujanan.. terus akhirnya aku ke rumah kak ruli dan motorku ditinggal disana..”
-“emang kamu nginep tah di rumah kak ruli..?” Tanya Agus lagi.
-“gak.. justru kak ruli yang nginep di rumahku…”
-“Hah.. seriusan kamu teh rie…?” Agus Nampak tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
-“ya iya lah aguuusss…” lama-lama kesel juga aku sama si Agus.
-“Siapa yang nginap di rumah siapa..?” Tiba-tiba kak Gaga sudah berada diantara kami dan ikut bertanya.
-“itu kak.. Semalam Kak Ruli nginep di rumah ari…” celetuk Leli.
-“Ohhh kirain apa… makin akrab aja kamu ri sama si Ruli…” kata Kak Gaga kemudian.
-“iya kak..” aku pun hanya mengiyakan saja perkataan kak Gaga karena pada saat itu aku melihat ekspresi wajah Kak Gaga langsung berubah agak sinis. Aku pun jadi teringat kembali perihal misteri yang terjadi antara kak Gaga dan kak ruli. Aku sudah tidak sabar ingin segera mengetahuinya namun aku tetap harus menunggu sampai kak Ruli menceritakan semuanya sesuai dengan apa yang pernah ia katakana padaku beberapa waktu yang lalu.
-“Ya sudah semuanya.. ayo sekarang siap-siap menuju lapangan karena hari sudah semakin siang.. “ Perintah kak Gaga kepada kami dan kami pun segera melaksanakan apa yang ia katakan. Setelah berkumpul dan membentuk barisan kami pun pulai melaksanakan pemanasan seperti biasanya.
-“ayooo yang semangat… waktu kita sudah semakin mepet.. tinggal beberapa hari lagi kita akan pengibaran.. jangan sampai kita gagal..” Kata kak Gaga lagi ditengah-tengah waktu latihan.
-“ayoooo jangan pada cengeng… jangan jadi anak mami…” Tambah Kak Norma.
-“Leli… gerakannya tidak sama… tengok teman-teman kamu…” Kali ini leli kena tegur kak Norma.
-“Siappp salah..” hanya itu yang keluar dari mulut Leli.
-“buat yang lain perhatikan teman-temannya.. kalo ada yang tidak sama cepat-cepat samain dengan temannya.. tapi ingat yaaa kepala jangan nengok.. cukup lirikkan saja mata kalian… paham…??” Tambah Kak Norma lagi.
-“Siap Paham..” Dengan serempak kami menjawab.
Jam 16.30 WIB kami selesai melaksanakan latihan, setelah berdo’a bersama dan dipersilakkan pulang ke tempat masing-masing. Kami pun akhirnya bubar dengan mengendarai kendaraan masing-masing. Sore ini aku berniat untuk mengantarkan agus ke kosan-nya karena kak Muldan sedang latihan basket bersama kak ruli jadi dia tidak bisa menjemput Agus.
-“Ayooo Gus kita langsung pulang aja…” aku menyuruh agus untuk segera bergegas naik ke atas motorku.
-“Okeeee riiii..” setelah agus naik, dengan perlahan aku menjalankan motorku.
Baru beberapa saat memasuki jalan raya, aku melihat kak Ruli sedang mengendarai motornya bersama seorang cewek. Namun aku tidak tahu dia siapa dan aku juga tidak bisa melihat mukanya karena posisiku beberapa puluh meter di belakang dia. Setelah aku percepat laju motorku agar tidak terlalu jauh jaraknya dengan motor kak Ruli aku pun dapat melihat dengan jelas tangan si cewek itu sedang dalam posisi memeluk tubuh kak ruli yang masih mengenakan kaos basket itu. Sepertinya dia baru saja pulang bermain basket.
Melihat pemandangan itu, seketika hatiku berubah menjadi panas. Kata-kata “Yang” ketika kak ruli mengangkat telpon dari seseorang pada waktu kemarin itu kembali terngiang-ngiang ditelingaku. Aahhhhh aku cemburu lagi. Ya Tuhan bagaimana ini..? mana sekarang aku lagi bersama Agus. Aku Gak mau agus tahu perihal ini. Perasaanku kini berkecamuk lagi di dalam dadaku.
-“ehhh Ri… itu kak Ruli kan..?? tapi sama siapa dia..? kok ceweknya meluk-meluk gitu sih.. ganjen banget ihhh…” Ucap Agus setelah menyadari keberadaan Kak Ruli di depan kami.
-“Oh yaa… masa sih…?” aku pun pura-pura bego saja.
-“Iyaaa.. yang itu tuh yang depan kita.. lihat geh.. motornya juga sama kan…?? Pasti dia lagi sama pacarnya tuh ri..”
-“Ohhh emang Kak Ruli udah punya pacar gitu..?” sekalian aku memastikan kali aja agus tau dari kakaknya.
-“lhaaa kamu gimana sih ri… katanya kamu sodaraan sama dia.. masa kak ruli jadian sama si Dewi aja kamu gak tahu…”
-“apa..? Jadian…? Serius kamu gus…?” aku terbelalak kaget. Hancurlah hatiku saat itu juga. Berkeping-keping bahkan hingga ribuan keping.
-“Iyaa ariii… lagian biasa aja deh gak usah kaget gitu.. kayak apaan aja..”
-“ehhh Iya sorry… heheheee..” aku pun mencoba memperbaiki tingkahku di depan agus, semoga saja dia tidak berpikir aneh-aneh atas reaksiku tadi. Yaa biarpun kita “SAMA” tapi untuk urusan yang beginian kita masih jaim.
-“Ehhh kejar dong ri… kita cie cie in kak ruli…” seloroh agus seraya mendesakku.
-“Diihhh ngapain.. kayak kurang kerjaan aja gangguin orang pacaran…”
-“Ayoolahhh ri…. Cepetan…”
-“Ogaaahhhhh….” Kataku seraya memperlambat laju motorku.
-“Jiaahhhh kamu mah isshhh…”
-“diem aahhhhh.. kamu jadi dianterin ke kosan apa gimana…?”
-“Ehhh iyaa deng.. ampe lupa.. gara-gara ngejar kak ruli hahahaa…”
-“Huuuhhh dasar oneng…”
-“Hahahaaaa…” Agus pun tertawa terbahak-bahak.
Setelah di persimpangan aku pun belok kiri mengambil jalur yang menuju kosan agus sedangkan kak ruli bersama cewek itu mengambil jalan yang lurus sehingga akhirnya aku tidak bisa melihat dia lagi. Syukurlah setidaknya itu jauh lebih baik dibanding aku harus menyaksikan drama romantic yang berhasil mengiris-iris hatiku seperti tadi.
Setelah mengantarkan agus ke kosannya, aku pun kembali mengendarai motorku menuju jalan pulang ke rumahku. Pada saat itu perasaanku masih tidak nentu, rasa cemburu dan juga sakit masih menyelimuti hatiku. Baiklah, sekarang semua pertanyaanku terjawab sudah. Kak ruli sudah memiliki pacar dan itu artinya aku harus segera membunuh perasaan yang ada di dalam hatiku.
Di tengah perjalanan pulang secara tidak sengaja aku melihat Erlan yang sedang mendorong motornya sendirian, sepertinya motor yang ia kendarai sedang bermasalah. Tapi tumben antek-anteknya tidak ada, kemanakah mereka? Bukankah biasanya mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi seperti saat mereka masih suka membully ku dulu di kelas sebelum aku berlatih di lapangan.
Seketika aku teringat lagi bagaimana perlakuan mereka dahulu yang sering membully-ku di kelas. Tapi melihat dia sedang mendorong motor ninja nya seperti aku pun merasa kasihan juga. Aku putuskan untuk menghentikan motorku dan menghampirinya.
-“Kenapa lan..?” aku mencoba bertanya sama dia.
-“Ehh arii…” Erlan tampak kaget dengan kehadiranku, sontak saja dia menghentikan aktifitasnya itu.
-“Iyaa… motor kamu kenapa…”
-“Ehhhh… itu.. ee… gak tau kenapa nih motor sering ngadat akhir-akhir ini..” tampaknya sekarang dia terlihat canggung berbicara denganku. Entah apa yang terjadi namun yang jelas sangat berbeda sekali dengan dulu sewaktu aku masih dikelas. Pada saat itu ia kerap kali membully orang dan menganggap dirinya seolah-olah seperti raja saja.
-“Ohhh gitu.. kamu sendirian aja tah..? teman-temanmu mana..?”
-“Aku lagi gak bareng mereka.. ini habis dari rumah ressa.. kamu baru pulang latihan..?”
-“Iyaaa lan.. biasalah anak paskibra.. “
-“Mantaappp dehh…” timpal Erlan.
-“Oiaa gimana kabar di sekolah…?”
-“Yaaaahh gitu-gitu aja lah ri… gak seru…”
-“Gak seru kenapa..? apa karena gak ada yang dibully..?” aku pun mencoba memberanikan diri di depan Erlan. Aku harus menunjukkan pada dia bahwa aku bukanlah ari yang dulu lagi. Ari yang lemah, Ari yang Culun dan Ari yang tampak bodoh di mata mereka.
-“Ehhhh.. itu…. Kamu kok gitu ngomongnya…?”
-“Hahahahaa becanda Lan… serius amat muka kamu…” aku pun ingin tertawa melihat ekspresi muka erlan yang sangat kikuk dan ada perasaan bersalah disana namun aku tahan.
-“hehehee.. iyaaa.. aku minta maaf yaa ri kalau dulu sering bully kamu… sebenernya itu gak ada maksud apa-apa ko,.. Cuma buat seru-seruan aja.. gak ada niat untuk menyakiti sama sekali.. sumpah..” kata Erlan dengan serius.
-“Ya udah sih Lan.. gak usah dipikirin lagi soal itu mah.. santai aja sama aku mah..”
-“Iyaa rii.. tapi jujur yaa.. aku merasa gak enak banget sama kamu.. merasa bersalah gitu.. dan sebetulnya aku bersama teman-teman yang lain berniat minta maaf sama kamu tapi kami masih menunggu waktu yang pas.. apalagi waktu itu aku denger kamu dipukulin orang.. jadi tambah bersalah lah aku ma kamu ri…”
-“Ohhh jadi kamu denger juga insiden waktu itu…?”
-“Iyaaa ri.. awalnya tau dari Bayu… tapi kamu gak apa-apa kan..? masalahnya udah selesai kan..?”
-“Alhamdulillah aku gak apa-apa Lan.. dan masalahnya juga udah beres..”
-“Syukurlah ri kalo gitu mah..”
-“Ohh iyaa.. ini motor kamu gimana..? apa yang bisa aku bantu..?” akhirnya aku mencoba mengingatkan Erlan pada masalah yang sedang ia alami saat ini. Motornya.
-“Iyaa.. sampe lupa.. heheheee…” balas Erlan.
-“Gak perlu ri.. lagian depan juga udah ada bengkel… mending kamu pulang aja takut kemaleman..” Perintah Erlan padaku.
-“Beneran nih gak apa-apa aku tinggal..?” Tanyaku memastikan.
-“Iyaa serius…” balasnya.
-“ya udah kalo gitu aku balik yaaa…” sahutku sambil menjalankan motorku.
-“Okee.. hati-hati…” seru Erlan.
Biarpun hatiku sedang berkecamuk namun aku menemukan sedikit kelegaan didalamnya. Hal ini dikarenakan sikap Erlan yang sudah berubah terhadapku, bahkan dia sudah minta maaf. Biarpun dulu aku sering dibully habis-habisan tapi aku pun senang menerima permintaan maaf darinya. Semoga ini akan menjadi langgeng dan selamanya sehingga akhirnya aku bisa jadi sahabat yang baik buat dia dan juga sebaliknya.
( MALAM HARINYA KETIKA AKU SUDAH DI RUMAH )
Sekarang aku sudah berada di dalam kamarku dan berniat untuk tidur namun HP ku berbunyi. Ternyata itu telpon dari Kak Ruli.
-“Hallo kak..”
-“belum tidur dek..?”
-“Belum kak.. kenapa..?” kali ini aku tidak seantusias kemarin-kemarin ketika berkomunikasi dengannya.
-“Maaf yaaa ganggu..”
-“Iyaa kak gak apa-apa.. oia ada apa kak..?”
-“Gak.. kakak Cuma mau bilang tadi mama nanyain kamu.. katanya gak nginep aja disini…”
-“Terus…”
-“Terus kakak Bilang kamu nya udah pulang duluan sebelum kakak sempat nemuin kamu di lapangan merdeka..”
-“Ohh iya kak.. hari ini aku pulang lebih awal..”
-“Pantesan aja kalo gitu.. tadi kakak kesana kamu gak ada..”
#Hah.. Kak Ruli kelapangan? Masa sih..? bukannya dia tadi pergi sama pacarnya itu yaa..? apakah dia berbohong..?# aku pun berubah menjadi kesal seketika.
-“Ohhh tadi kakak kesana.. ya aku udah pulang kak.. bahkan tadi aku lihat kakak di jalan lagi boncengan..” akhirnya aku memberanikan diri untk bilang kek kak ruli bahwa aku melihatnya sedang naik motor berboncengan dengan seorang cewek di jalan tadi sore.
-“Hah..? kapan..? dimana..?” Suara Kak Ruli terdengar sangat terkejut.
-“Tadi sore kak.. kakak bawa motor kan sambil boncengan sama cewek.. terus kakak juga masih pake kaos basket..”
-“Kok kamu tahu dek..? kamu ada dimana gitu tadi sore..?” Ia terdengar salah tingkah.
-“Aku ada di belakang kakak…” Jawabku singkat.
-“Lhaaa kenapa kamu gak bilang-bilang.. atau setidaknya ngelaksonin kakak gitu..”
-“Gak ahhh kak.. takut ganggu… hehehee..” aku bersikap sebiasa mungkin.
-“lhooo kok adek gitu..? padahal mah gak apa-apa kok dek…”
-“hehehe iya kak…”
-“Hmmmmm…”
-“Oia itu pacarnya kakak yaa…? Namanya siapa sih..? kayaknya orangnya cantik..”
-“Ohh itu…. Ummm….”
-“Kenapa kak..? kok gugup gitu..?”
-“Iyaaa dia pacarnya kakak.. namanya Dewi… dan kakak baru dua mingguan ini jadian sama dia..”
~Seketika itu juga perasaanku kembali hancur, rasa sakit dan cemburu yang tadi sempat berangsur-angsur hilang walau Cuma sebentar kini nyatanya telah hadir kembali. Namun lagi-lagi ini bukan salahnya Kak Ruli ataupun Dewi, tapi ini adalah salahku sendiri yang menaruh perasaan pada laki-laki straight. Yaaa inilah resiko yang harus aku terima, pahit sih memang.~
-“Waahhh.. selamat yaa kak.. smoga langgeng… ehh tapi kakak kok baru bilang sekarang sih..” kataku sambil menahan gejolak kecewa dihatiku.
-“hehehee iyaaa sorry ya dek.. tadinya sih kakak gak mau bilang bilang dulu… tapi karena sudah ketahuan jadi yasudahlah.. hehehe” dengan Enteng kak ruli membalas perkataanku.
-“Iya kak Gak apa-apa… oia aku duluan yaaa.. mau tidur soalnya udah ngantuk banget..” lagi-lagi aku berbohong pada kak ruli untuk menutupi keadaan hatiku saat ini.
-“Ehh iyaa dek… maaf yaaa kakak udah ganggu… salam aja buat ibu dan bapak yaa..”
-“Iyaa..”
-“Ya udah dek met istirahat.. kakak juga udah mulai ngantuk nih… assalamu alaikum..”
-“Waalaikum salam…”
~Tuuuuuttttttt~
Akhirnya komunikasi kami pun terputus. Kemudian aku kembali meneteskan air mataku, bukan Cuma karena kak ruli jadian sama dewi akan tetapi semua ini juga disebabkan oleh nasibku yang teramat malang ini. Ditengah-tengah tangisan yang sudah tidak dapat kutahan lagi ini, aku sempat berfikir sejenak hingga akhirnya aku mendapatkan sebuah ide yang muncul begitu saja dalam pikiranku. Sepertinya mulai detik ini aku harus mengambil langkah besar dalam hidupku. Semua ini demi kebaikanku dan juga kebaikan kak ruli juga. Iyaaa aku harus melupakan Kak Ruli, bahkan sebisa mungkin aku harus menghindari kontak dengannya. Tapi apakah aku bisa..?? atau ini hanya timbul akibat dari keegoisanku saja ?? Duuhhh Gusti !!
Sudah beberapa hari ini aku selalu menghindari Kak Ruli semenjak malam itu ketika dia bilang bahwa dia sudah jadian dengan dewi. Setiap telpon yang masuk ke HP ku jika penelponnya Kak Ruli selalu aku abaikan, paling-paling kalau dia SMS menanyakan kenapa tidak diangkat aku hanya membalas “Tidak kedengaran”, atau “HP aku tinggal dikamar” itu pun baru aku balas beberapa jam kemudian. Terus pernah waktu itu dia datang ke lapangan merdeka dan menungguku sampai pulang tapi aku selalu tergesa-gesa. Aku bilang aku sudah ditunggu orangtua, ataupun ditunggu bang deden. Tampak sekali raut kebingungan di wajah kak ruli, mungkin dia heran dengan perubahanku ini tapi aku selalu bilang ke dia bahwa tidak ada apa-apa. Aku hanya lagi focus ke paskibra saja yang tinggal 4 hari lagi akan dilaksanakan pengibaran sang saka merah putih tepatnya Tanggal 17 Agustus mendatang. Sepertinya Kak ruli sedikit percaya dan terima dengan alasanku yang satu itu.
Jauh di dalam lubuk hatiku merasa tersiksa dan juga tidak tega terhadap kak ruli, aku yang salah tapi dia yang harus merasakan dampaknya. Benar-benar egois dan sangat tidak adil. Mungkin itulah penilaian kalian terhadap diriku, tapi asal kalian tahu ini semua demi kebaikanku dan juga dia. Apa jadinya jika aku jujur saja mengenai perasaan ini terhadapnya, apakah Kak ruli masih akan menganggapku sebagai sodaranya atau bahkan bisa saja dia langsung mencemoohku akibat dari perasaanku yang tak wajar ini. Sehingga aku pikir, lebih baik seperti ini. Kami berdua tetap kenal dan bersilaturahmi namun aku memilih untuk tidak terlalu intens terhadapnya. Aku harap aku bisa secepatnya melupakan bahkan membunuh perasaanku terhadapnya.
Tersiksa ? yaa aku memang tersiksa. Merana ? yaa aku juga hamper setiap malam merana. Bersedih ? kalian tahu dia selalu menghampiriku kapanpun aku teringat Kak Ruli. Bahagia ? Tidak sama sekali, setidaknya untuk saat ini . akan tetapi aku mengharapkan bahagia itu akan datang kepadaku suatu saat nanti dan aku juga harus ingat bahwa hidupku bukan soal percintaan saja, masih ada hal penting yang harus diperjuangkan dan lebih diutamakan ketimbang cinta yaitu CITA-CITAku.
Karena hidup setiap manusia mempunyai judul dan ceritanya masing-masing dan aku pun memilih kisah dan judulku sendiri yang mana nantinya judul itu akan menjadi focus dan patokanku dalam mengejar impian. Maka dari itulah aku menamai kisah hidupku ini “ ME and The Future Goals”.
~ "TERIMAKASIH BAGI KALIAN YANG SUDAH SETIA MENGIKUTI CERITAKU DARI AWAL HINGGA EPISODE 12 INI, MOHON MAAF JIKA CERITANYA MENGECEWAKAN DAN TIDAK SESUAI HARAPAN PARA PEMBACA KARENA SEKALI LAGI SAYA INGATKAN INI KISAH NYATAKU TIDAK ADA YANG DIKURANGI ATAU DILEBIH-LEBIHKAN. DAN JIKA ADA KEKURANGAN DALAM PENULISAN HARAP DIMAAFKAN JUGA. HOPE U GUYS ENJOY IT, SEE U !!" ~
Ini fto dlu pas aq sma
Bayu paling depan
Ini siapa aja??
Dont be sad ni blm ending heheheee