It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Setelah melaksanakan Ujian Akhir Semester selama seminggu, kegiatan belajar mengajar di ganti sama Pekan Olah Raga Antar Kelas. Isinya yaitu perlombaan-perlombaan olah raga yang mempertandingkan semua kelas kecuali tingkat akhir,karena mereka disibukan dengan persiapan UN. Macam olah raga yang diperlombakan adalah tarik tambang, bola voly, badminton, sepak bola, dan basket. Setiap kelas wajib mengirimkan perwakilan di setiap cabang olah raga yang akan di pertandingkan. Selama seminggu full perlombaan itu berlangsung, semua pertandingan dilakukan perhari dan langsung diambil pemenangnya hari itu juga. Arsya sang atlete dari kelasku mengikuti semua pertandingan. Bisa dibilang dia yang paling semangat dalam mengikuti pertandingan. Pada dasarnya dia memang suka semua cabang olah raga maka dari itu Arsya memiliki tubuh yang atletis dan itu yang membuatku selalu anteng melihat dia, apalagi saat dia berkeringat, terlihat mempesona. Aku sendiri tak ikut andil dalam semua pertandingan, bisa dibilang aku adalah kebalikan dari Arsya. Arsya sang bintang sekolah sedangkan aku sang upik abu yang kerjaannya di bully oleh beberapa temen yang usil, contohnya Erik and the genk.
Setelah semua pertandingan selesai, hari terakhir tiba yaitu pembagian raport juga pembagian hadiah dari pertandingan selama seminggu itu. Semua siswa diberi kebebasan untuk berpakaian, akupun memakai kemeja lengan pendek warna abu dan juga celana jeans hitam. Semua siswa dikumpulkan di aula sekolah, didepan aula telah dibuat panggung kecil yang dihias sedemikian rupa hingga terlihat menarik. Aku duduk di barisan kelasku, disampingku ada Arsya yang memakai kemeja panjang kotak-kotak merah-hitam yang membuatnya semakin terlihat menawan.
Acara yang dilaksanakan diantaranya pembukaan, pembacaan ayat suci, sambutan-sambutan, pengumuman peringkat, pengumuman kejuaraan, hiburan dan penutup. Aku dapat peringkat kedua di kelasku, dan kelasku menjadi juara umum dalam pertandingan PORAK karena kelasku menjadi kelas yang paling banyak mendapat juara, yaitu juara 1 pertandingan badminton yang diwakili Arsya, juara 1 sepak bola yang dipimpin Arsya, Juara 2 Tarik tambang yang diantaranya ada Arsya, juara 1 Bola Voli yang di dalamnya ada Arsya juga, serta Juara 2 Basket ball, dan Arsya juga masuk didalamnya. Pokoknya selama pertandingan PORAK Arsya selalu ikut dalam semua pertandingan, dan bisa jadi dia adalah alasan kelas kita menjadi Juara Umum. Dia juga meraih penghargaan menjadi Student of the years.
Sempat ada ketegangan saat pertandingan badminton antara Arsya juga kelas Kak Ardit entah karena apa, tapi itu bikin jarak antara aku dan Arsya, meski aku tak sepenuhnya marah padanya, tapi semua yang dia lakukan membuat aku merasa kesal padanya.
Makasih udah baca... Like and comment
Like and comment yaaa
Gemuruh teriakan penonton semakin kencang terutama saat Arsya masuk ke lapangan. Pertandingan Badminton kali ini mewakilkan satu orang dari setiap kelas dan Arsya yang mewakili kelasku. Aku hanya duduk di tangga yang menghadap ke lapangan sendiri, melihat pertandingan antara Arsya juga lawannya dari kelas VII-D, aku gak mengenal siapa orangnya. Saat tengah asyik melihat aksi Arsya, tiba-tiba seseorang menghampiriku.
“Al, kamu kok sendirian disini?” tanya orang itu dan aku sudah mengenal siapa yang datang dari suaranya. Aku menolah kearahnya dan tersenyum. Entah mengapa setiap ada Kak Erwan, aku selalu merasa nyaman, seolah ada seseorang yang menjagaku. Meski akhir-akhir ini Kak Erwan selalu sibuk dengan kegiatan Osis nya yang katanya harus menyelesaikan laporan pertanggung jawaban, aku tak sepenuhnya faham apa yang dimaksud Kak Erwan.
“Aku memang selalu sendiri, Kak” Ucapku enteng.
“Kamu kok gak terlihat ikut pertandingan,Al?”
“Aku gak bisa apa-apa, Kak”
“Masa sih kamu gak bisa?”
“Aku memang gak bisa, Kak”
“Al, kamu sekarang sudah jarang dikerjain sama si Erik, ya?”
“Ia, Kak. Aku juga bingung kenapa akhir-akhir ini Erik and the genk jarang ngerjain aku, aku sih bersyukur aja karena setidaknya aku bisa tenang karena gak ada yang ganggu aku lagi”
“Aku juga ikut bersyukur, karena kamu sekarang lebih bisa fokus belajar. Tapi tetap aku saranin supaya kamu mencari teman baik supaya kamu gak sendirian kayak gini lagi. Kamu faham kan maksud Kak Erwan?”
“Iya, Kak. Aku faham. Tapi aku sungkan Kak untuk bergaul sama orang lain, terutama aku takut kalau mereka malah jailin aku mulu. Makanya aku milih menyendiri”
“Iya, tapi setidaknya ada seorang yang bisa jaga kamu saat kamu di kerjain orang”. Aku memikirkan ucapan Kak Erwan. Kak Erwan benar, kalau aku punya seorang teman disampingku, seenggaknya aku bisa berbagi apapun sama dia. Teman??? “Al, kamu gak apa-apa?” tanya Kak Erwan sambil memegang bahuku.
“Eh, gak apa-apa, Kak” ucapku.
“Kamu tahukan kalau aku gak selamanya ada buat nolongin kamu, karena selain beda kelas, kita juga beda tingkat”. Aku hanya menganggukan kepala dan tersenyum ke arahnya. Aku kemudian menatap kearah lapangan lagi, aku tersenyum senang karena Arsya memenangkan pertandingan badminton tadi. “Ya sudah, Kak Erwan pergi dulu ya”. Ucap Kak Erwan mengacak rambutku dan lekas pergi kearah lapangan. Tatapanku kemudian tertuju pada seseorang yang sedang berjalan kearahku, aku bisa lihat wajah senangnya. Dia semakin mendekat kearahku, dan akupun berdiri menyambutnya. Akhir-akhir ini aku lebih dekat dengan Arsya, dia selalu duduk di sampingku. Dia juga selalu memintaku menemaninya kemanapun dia pergi. Mungkin karena dia juga Erik jadi jarang menjaili aku lagi.
Kak Erwan pergi meninggalkanku sendiri, hingga ada seseorang berdiri di belakangku, aku mendongakkan kepala melihat ke orang tersebut. Aku cukup kaget, karena orang yang datang adalah Kak Ardit, yang selama semester ini terlihat misterius. Terkadang dia baik sama aku (kejadian terakhir MOS), tapi sering pula dia cuek bahkan seakan gak kenal sama aku, dia juga jarang terlihat tersenyum sama orang lain dia selalu bersikap dingin sama siapapun kecuali sama dua temannya Kak Lukman sama Kak Dedi . Tapi aku tak pernah mempedulikannya, lagipula aku gak terlalu kenal sama dia. Dia hanya kakak kelas yang hobinya buat onar di sekolah, suka bolos pas mata pelajaran, suka nentang OSIS, juga selalu mendapat hukuman dari guru karena gak ngerjain PR, aku tahu dia dari Kak Erwan, karena mereka satu kelas.
“Diem, Kak. Sambil nonton pertandingan” jawabku menatapnya sebentar dan fokus pada pertandingan. Aku melihat ke kanan/kiri. ‘Arsya gak ada di lapangan, kemana dia?’
“Lo nyari siapa?” Kak Ardit lekas duduk disampingku, tepat di tempat Kak Erwan tadi.
“Bukan siapa-siapa” tanpa menatap kearahnya. Kak Ardit kemudian memegang bahuku dan menyuruhku menatap ke arahnya. Aku menatap kedua matanya. Kak Ardit ini tergolong siswa yang tampan, kulitnya putih, hidung mancung, wangi, meski pakaian yang ia pakai tak sesuai standar sekolah, tapi dia tetap jadi siswa yang digemari oleh para siswi di sekolah, bahkan dia adalah student of the year tahun lalu. Aku gak bayangkan bagaimana bisa dia dapat predikat itu sedangkan penampilannya aja kayak preman. Aku gak tahu apa yang dinilai dari seorang Kak Ardit Dirganitra ini.
“Al, gue pengen nanti pas gue tanding badminton, Lo dukung gue. Lo semangatin gue dan Lo jangan pernah dukung lawan gue” pintanya, aku lihat kedua matanya dan tak tersirat sedikitpun kebohongan dari sana. Dia serius dengan ucapannya. Tapi mengapa dia pengen aku mendukungnya? Bahkan aku tak sekelas dengan dia. Aku juga bisa dibilang bukan temannya. Tapi dilihat dari keseriusannya, entah mengapa aku malah menganggukan kepala, dan dia tersenyum kemudian pergi meninggalkanku. Hatiku berdegup kencang saat melihat senyumnya itu, senyuman yang jarang aku lihat dari seorang Kak Ardit, senyuman tulus yang membuat aku meleleh.
Aku tersadar dari lamunanku saat seseorang dengan sengaja menepuk bahuku. Aku menolah kearahnya, dia tersenyum. Aku bisa mendengarkan hembusan nafasnya kaena kecapekan. Arsya kemudian menarikku untuk berdiri dan menariku, aku jalan mengikutinya. Tangan kami masih menyatu dan aku enggan melepaskannya. Kita sampai di kantin dan dia nyuruh aku duduk di salah satu kursi yang ada di kantin itu.
“Kenapa kamu ngajak aku kesini?”
“Karena aku haus, dan kamu gak punya minuman untuk aku minum. Jadi aku membawamu kesini”. Aku menganggukan kepala tanda mengerti ucapannya bahwa lain kali kalau Arsya selesai bertanding, aku harus menyiapkan air minum buat dia. ‘eh, kenapa harus aku?’ pikirku. “sekarang kamu pesenin minuman buat aku, ini uangnya kamu kalau mau pesen aja sekalian, sekalian makanannya ya.” Perintahnya sambil nyodorin uang dua puluh ribuan dan aku mengambilnya. Aku beranjak menuju penjual makanan dan minuman, cukup lama aku menunggu karena disana banyak siswa/i yang memesan menu yang sama. Setelah mendapatkan pesananku, aku kembali ke tempat Arsya berada, namun disana ada banyak sekali siswi yang berkerumun mengelilingi Arsya, ada yang memberinya minum, makanan, tisu bahkan ada yang ngipas-ngipas tubuh Arsya. Aku mendekati mereka dan saat aku sampai, semua mata tertuju padaku, aku sempat grogi karena di tatap seperti itu, aku lekas menaruh makanan dan minuman di meja dan langsung pergi meninggalkan Arsya dan para fans nya itu. Aku sempat mendengar Arsya memanggilku, namun aku gak menolehnya dan malah terus berjalan ke tempat awal tadi aku duduk. Aku kesal, kenapa Arsya diam saja saat para penggemarnya itu seenaknya nempel-nempel sama Arsya.
Stay tube and like yaa