It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
biasa kok, apalagi cuma cerita
.
aku saja real story 28 vs 13
.
next boleh dong di mantion.
Akhirnya bisa menepati janji untuk update hari ini. Dan berhubung ada yang DM di salah satu forum minta ilustrasi tokohnya buat cerita yang ada di wattpad. Penulis baru bisa kasih pic Pram. Semoga mewakili sosok Pram yang imut kecil menggemaskan & unyuh-unyuh hehe.
Untuk tokoh Yudhi thor masih cari yang hot.
--Yudhi POV
Seperti di pagi hari biasanya, Yudhi sedang mengurus kebun singkong dan jagung di sekitar rumahnya. Tidak begitu besar, hanya sekitar 100 meter namun lumayan banyak manfaatnya.
Setelah selesai dengan kebunnya, Yudhi mulai membuat makanan seadanya untuk sarapan dan bekal yang nanti akan dibawanya ke sawah. Nasi, tempe goreng, sambal dan kecap tidak terlalu susah dibuat oleh pemuda bujang seperti Yudhi.
Yudhi pun siap-siap berangkat ke sawah untuk melihat apakah padi yang ditanamnya terlalu dangkal. Karena bagi padi yang masih berusia antara 0 sampai 8 hari kedalaman air cukup 5cm saja agar tidak mudah reba atau hanyut oleh aliran air.
Tidak lupa Yudhi menuju rumah pamannya dulu, yang biasanya memberikan upah tambahan dari jasa ngarit rumput untuk pakan ternak sapi dan kambing miliknya. Itulah satu-satunya cara bagi pamannya untuk sedikit memberikan bantuan finansial kepada Yudhi, karena Yudhi selalu menolak mendapatkan uang lebih tanpa bekerja terlebih dahulu.
Selama perjalanan ke rumah pamannya, Yudhi kerap bertemu kawan yang menyapanya ataupun para lawan jenis yang sekedar ingin menarik perhatian Yudhi. Apalagi hari ini Yudhi lain dari hari biasanya. Ia menenteng mainan pesawat di tangan kirinya yang bebas dari plastik hitam isi bekal untuk hari ini. Terlihat terlalu mencolok perhatian, seorang berpenampilan dewasa seperti Yudhi masih membawa mainan seperti itu di usianya yang sudah 19 tahun.
"Hoy Yudh, mau kamu mainkan dimana pesawat yang kau pegang itu?" tanya kawan Yudhi yang kebetulan bertemu di warung kopi di pinggir jembatan.
"Pasti banyak lah gadis yang penasaran kamu hobi memainkan pesawat itu Yudh?" tambah kawannya yang lain yang baru selesai menyeruput kopi panasnya.
"Tidak, ini milik anak-anak yang menjatuhkannya di sawah. Kalau ada kesempatan akan saya kembalikan. Ada-ada saja, kalian" jawab Yudhi sambil terkekeh karena sudah banyak yang salah paham mengenai hobi barunya "bermain pesawat".
---
Sesampainya di rumah paman, Yudhi langsung menanyakan apakah ada yang dapat dibantu untuk siang ini, agar sekalian dirampungkan sebelum mengecek sawahnya. Yudhi juga menanyakan apakah sudah ada surat yang dikirim kakaknya dari kota.
"Hari ini bebas Yudh, tapi mungkin kamu bisa bawa motor paman untuk dibersihkan di pencucian motor dekat pasar besar?" tanya pamannya tak kehabisan ide agar bisa memberikan Yudhi upah walaupun tidak ada pekerjaan yang harus dilakukan.
"Baik paman tapi biar Yudhi saja yang melakukan, kalau sekedar mencuci motor Yudhi bisa paman" jawab Yudhi yang memang terbiasa mencuci motor sendiri.
"Sudah tidak apa-apa nak Yudhi, dibawa ke tempat pencucian saja. Sesekali lah pamanmu ini memberikan sedikit rezeki bagi orang-orang yang masih mau berusaha" bijak pamannya yang sebenarnya memang memiliki hati yang baik dan dermawan.
"Lagipula bukannya mencuci motor, malah jadi jumpa fans itu gadis-gadis desa di depan pagar rumah paman nanti Yudh.. ha..ha..ha.." tambah pamannya dengan tawa yang menggelegar seperti "Pak Raden" tokoh dalam film Si Unyil.
Yudhi yang merasa dijahili hanya menunduk malu dan menuruti pamannya untuk membawa motor ke tempat pencucian motor di dekat Pasar Besar.
"Paman, mohon izin Yudhi mau mengecek sawah yang kemarin ditanam" sopan Yudhi memberi penjelasan untuk meninggalkan rumah pamannya.
"Terus itu pesawat buat apa Yudh? Burung-burung tidak takut kamu tancapkan pesawat macam itu di sawah Yudh" bingung pamannya melihat Yudhi membawa mainan anak-anak.
"Ini punya anak yang menjatuhkannya di sawah paman. Yudhi juga berpikir bisa bertemu untuk mengembalikannya" Yudhi menjawab kebingungan pamannya.
"Kemarin anak itu pakai seragam sekolah, berarti hari ini mungkin dia pulang sekolah lewat pematang sawah lagi paman" tambahnya lagi.
"Anak siapa yang kamu maksud Yudh? Tidak kamu antarkan saja langsung ke rumahnya" tanya pamannya lagi.
"Tidak tahu paman, sepertinya masih baru di desa ini. Kemarin anaknya juga lari ketakutan saya samperin paman" jawab Yudhi mengingat kelakuan aneh si anak ajaib.
"Hahaha.. pasti takut dimarahi sama kamu Yudh, ya sudah hati-hati di jalan" pesan pamannya mengakhiri pembicaraan.
"Ya terima kasih paman, Yudhi pergi dulu" pamit Yudhi meninggalkan rumah pamannya.
Yang namanya jodoh pasti bertemu, walaupun sudah lewat setengah jam dari jam rata-rata pulang sekolah, Yudhi melihat sosok anak yang sama sedang membelakangi jalan dengan tongkat di tangannya mengais-ngais rumput dan lumpur di sekitar sawah.
"Pasti anak itu sedang mencari pesawat mainannya" batin Yudhi sambil tersenyum.
Yudhi pun menghampiri anak tersebut yang terlihat gelisah mencari pesawat mainannya. Awalnya ia hendak memanggilnya, namun diurungkan mengingat anak itu kemarin lari pontang-panting ketakutan melihatnya.
Setelah dirasa cukup dekat, Yudhi menepuk pundak kurus anak itu dengan tangannya yang besar. Niat awal untuk tidak menakuti anak itu dengan memanggilnya malah menjadi keputusan yang salah.
Yudhi menjadi serba salah, tindakannya yang tiba-tiba berada di belakang dan menepuk pundaknya malah membuat si anak ajaib kaget. Tidak sampai disitu saja, karena kaget akan kehadiran Yudhi, anak itupun terjatuh ke dalam sawah yang berlumpur.
---tbc
Hi reader, next chap 4 bakal plus-plus..
Tapi jangan mesum dulu, plus and bonus buat kalian karena author nulisnya puanjang untuk setting pertemuan kembali Yudhi & Pram. Walaupun sebenernya di cerita ga sampe sehari sih.
Vote & comment ya untuk memberikan semangat menulis bagi penulis baru seperti author. Ga mikirin quantitas kok, di chap 1 & 2 saya menghargai saran & kritik dari reader. Bahkan sekalipun hanya 1 orang, setengah orang juga boleh hehe
.
Aku mah cerita nya mau bagus apa tidak itu no 2. Cerita yg aku palinh suka adalah yg bertema anak sekolah.
.
Entah kenapa aku suka sekali kalau teenlit (sekolah). Mungkin juga krn memoryku disekolah yg tak pernah hilang, bahkan aku sampai sekarang masih merasa dimasa2 itu. Sekarangpun aku kebanyakan bergaul dengan anak smp dan sma, walaupun ketika aku SMA dulu mereka masih pakai popok.
.
Saran ni mngkin tepatnya komplain.
Pict nya kalau utk ilustrasi tokoh Pram kurang cocok deh kayaknya, ketuaan gitu utk anak umur 13 yg imut2. Itu spt udah umur 18 tahun.
.
bagaimana kalai pict yg aku kasih ini saja, lbih cocok sptnya.
.
hehe
cuma sran ya!
sory gak bisa vote, browser gak mendukung soalnya
Mau dong mungkin kalo ada lagi yang indo-indo hehehe..
Sekali lagi makasi ya sudah baca bahkan ngasi masukannya.
tapi kalau indo pict takut ada masalah, kalau bule kan aman.
aku malah belum lihat yg di whattpad
ok
sdikit rekomendasi yg agak indo hasil googling
Kalo yang lain mau kasi gambar lagi boleh.. tapi kayanya aku bakal ga tahan scroll ke atas, scroll ke bawah terus ke atas lagi di cerita sendiri.
Big Thank U ya buat @putra_pelangi
Maaf ya buat yang bingung dengan pemakaian kata ganti nama Yudhi & Pram.
Yudhi : mas-mas serem
Pram : si anak ajaib/anak itu
Soalnya di chap sebelumnya mereka masih belum saling mengenal. Ga lama kok karena di chap 4 ini mereka sudah thor pertemukan kembali.
Oh iya POV nya putus nyambung / selang seling antara Yudhi & Pram.
4. Pertemuan Kembali
--Pram POV
"Eumh.. jangan.. ah.. jangan mas.. argh....." pagi itu Pram terbangun dari mimpi buruknya.
Dalam mimpinya, mas-mas serem kemarin siang itu sedang menggigit tubuhnya untuk dimakan. Mimpi buruk itu akibat dari Pram yang terus menerus kepikiran kejadian siang kemarin. Rasa bersalah dan takut menjadi alasan hal tersebut terus terbayang di benaknya.
Tidak cuma kepikiran bakal dimarahin, Pram juga memikirkan puluhan cara untuk bisa lewat dengan selamat untuk pulang pergi ke sekolah. Ditambah puluhan cara lain untuk bisa mendapatkan mainan pesawatnya kembali.
Walaupun sudah selamat sampai di sekolah, yang lebih menakutkan adalah jalan pulang ke rumah. Karena berbeda dengan pagi hari yang selalu ramai warga untuk mengawali hari. Pematang sawah di kala siang sangat sepi karena anak sekolah jarang menggunakan jalanan itu. Teriknya sinar matahari di langit terbuka menambah daftar alasan untuk tidak menggunakan jalur tersebut.
Jam pulang sekolah yang hampir bersamaan dengan kejadian kemarin siang membuat Pram was-was, bisa saja mas-mas serem itu mencegatnya di tengah jalan. Berjalan perlahan, kepala putar kanan putar kiri 180 derajat, namun tidak ada tanda-tanda kehadiran orang yang dimaksud. Melihat kondisi yang terbilang aman, dengan segera Pram ke lokasi kejadian untuk mencari mainan pesawatnya yang hilang.
Selang 5 menit mengais-ngais rumput dan lumpur dengan tongkat yang dia temukan di jalan untuk mencari, hasilnya nihil. Pram sebal dibuatnya, terlihat dari bibirnya yang mengerucut dan menggembungkan pipi kurus itu.
Terlalu fokus mencari mainan pesawatnya yang tidak ketemu-ketemu, Pram dikagetkan dengan tepukan di bahunya. Double shock dirasakan oleh Pram ketika menoleh mendapati mas-mas serem berada tepat dibelakangnya.
Apalagi dengan jarak sedekat ini Pram yang hanya sebatas perut atasnya, terlihat seperti peyek yang rapuh dan bisa remuk berkeping-keping sekali gigit, sehingga membuat dia tergingat kembali mimpi buruknya yang membuat bulu kuduk berdiri.
Ketakutan luar biasa membuat Pram reflek mundur ke belakang berupaya meralikan diri tanpa melihat situasi terlebih dahulu. Ketidakhati-hatiannya menghantarkan tubuh kurusnya terpelanting jatuh ke dalam kubangan lumpur yang ada di sawah.
Kaki kiri yang lebih dulu mendarat ke dalam lumpur dan tertekuk karena berat tubuh bagian atasnya jatuh ke belakang membuat kakinya keseleo. Tidak cuma bajunya yang sudah pasti kotor, diperparah dengan kakinya yang kesakitan membuat Pram menahan tangis dengan menutup rapat bibir merahnya. Namun tidak berlangsung lama karena beberapa detik kemudian hidungnya memerah dan air mata mengalir di pipinya.
"Huee... huu.. hu..." Pram menyuarakan rasa sakit dibagian kakinya.
Awalnya Pram pikir, mas-mas serem akan menertawakannya atau bahkan mengambil kesempatan untuk menangkapnya hidup-hidup sebagai balasan karena telah melukai dahinya kemarin. Tapi nyatanya ia dengan sigap terjun ke bawah untuk menolong Pram, setelah menaruh terlebih dahulu bekal dan mainan pesawat yang ada di tangannya.
Tidak tega melihat anak itu terjatuh, Yudhi langsung mengangkat tubuh kurus itu dengan hati-hati agar lumpur tidak terlalu mengotori bajunya juga.
Ditaruh kedua tangannya di sela ketiak anak tersebut, lalu dipapahnya menuju pengairan yang terletak di samping sawah. Yudhi yang tidak tahu kaki anak itu terkilir langsung menaruhnya ke dalam air untuk membersihkan badannya yang kotor dan penuh dengan lumpur. Alhasil, anak itu tidak bisa menopang tubuhnya dan terpeleset. Untung Yudhi berhasil lebih dulu menangkapnya sehingga anak itu tidak kembali terjatuh untuk yang kedua kalinya.
"Kakinya sakit ya dek?" Yudhi bertanya penuh perhatian dan hanya di jawab dengan anggukan.
"Kamu tunggu disini dulu ya, abang ke saung sebentar" beritahu Yudhi sambil mendudukkan anak itu di rerumputan.
Yudhi pun menuju saung untuk mengambil gayung yang biasanya ditaruh dan digunakan oleh para petani untuk membersihkan lumpur usai melakukan pekerjaannya di sawah. Melihat bekal dan mainan pesawatnya di jalan, tidak lupa Yudhi mengambil dan sekalian mengamankannya di saung.
Dengan cepat Yudhi kembali membawa gayung yang biasa digunakan para petani untuk memudahkan mereka membersihkan diri dan kembali memapah anak itu. Yang pertama membersihkan lumpur-lumpur yang terlihat di baju, kaki dan tangannya. Lalu Yudhi menyuruh anak itu memakai gayung untuk mengguyur dalamannya sendiri agar tidak gatal-gatal. Yudhi yang berada di belakang menopang tubuh anak itu sekaligus membersihkan kakinya sendiri. Setelah terlihat bersih Yudhi menggendong anak itu menuju saung.
"Mau langsung pulang ke rumah?" tanya Yudhi, lupa kalau anak itu kakinya sakit.
Anak itu hanya menjawab dengan gelengan kepala menandakan tidak.
"Bajunya basah mau dikeringkan dulu?" Yudhi kembali bertanya, karena melihat anak itu menggigil kedinginan.
Anak itu kembali menjawab hanya dengan anggukan dan langsung melucuti baju seragam sekolahnya sendiri. Yudhi lucu melihat anak itu tanpa malu hanya mengenakan celana dalam pikachu di tempat terbuka. Mungkin karena masih anak-anak, batin Yudhi.
Yudhi pun melepaskan kaosnya untuk dipakai sementara oleh anak itu. Cuaca memang panas pada saat itu, tetapi menurut Yudhi anak itu habis basah-basahan sehingga butuh kain untuk melindungi tubuhnya dari masuk angin.
Yudhi segera mengambil baju anak tersebut untuk dijemur di rerumputan dekat saung. Setelahnya Yudhi merebahkan tubuhnya dan meletaklan kedua tangannya di atas kepala sebagai bantal, sembari menunggu baju seragam yang dijemur kering agar anak tersebut mau pulang.
--Pram POV
Melihat mas-mas serem rebahan dan memejamkan mata disampingnya membuat Pram terdiam. Pasalnya, orang yang selama ini ditakutinya ternyata menolongnya yang terjatuh di sawah. Daritadi Pram hanya menjawab pertanyaan mas-mas serem itu hanya dengan anggukan dan gelengan karena merasa malu dan masih takut dimarahin.
Sibuk dengan pikirannya sendiri, tiba-tiba perut Pram bunyi keroncongan pertanda lapar. Jam-jam siang seperti ini memang waktu-waktunya Pram untuk makan.
Bunyi perut Pram yang tidak elegan ternyata mengusik mas-mas serem dari rebahannya. Mas-mas serem itu terlihat mengambil plastik hitam di belakang Pram. Pram yang merasa sangat malu hanya bisa membatu menatap ke depan sehingga tidak melihat mainan pesawat yang dicarinya daritadi.