It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Yudhi yang mendengar suara perut anak itu tahu kalau dia sedang lapar. Yudhi pun segera membuka bungkusan plastik hitam berisi bekal yang dibawanya dari rumah dan menawarkannya kepada si anak ajaib.
"Kamu lapar kan. Mau makan dek?" tanya Yudhi memperlihatkan nasi tempe buatannya.
"Mau.. kak.." jawab anak itu pelan dan terputus-putus karena malu.
Akhirnya anak ini bersuara juga kalau diberi makan persis kucing peliharaan kakak nya di kota, batin Yudhi.
"Panggil abang saja" beritahu Yudhi karena tidak terbiasa dipanggil kakak.
"Bang Yudhi. Kamu namanya siapa dek? Baru ya tinggal disini?" tambah Yudhi menyebutkan namanya dan kembali bertanya karena merasa tidak familiar dengan anak itu.
"Iya Bang Yu.. dhi.. nama aku Pram. Baru tinggal di desa Panglipuran" jawab anak bernama Pram itu terpotong melafalkan nama Yudhi dan memperkenalkan dirinya.
"Oh yasudah dimakan dulu, gapapa kan cuma nasi sama tempe doang?" tanya Yudhi merendah hanya membawa bekal seadanya.
"Gapapa kok Bang.. Yudh" jawab Pram lupa-lupa ingat nama Yudhi.
Tidak banyak basa basi, Pram langsung mencaplok bungkusan yang ada di tangan Yudhi. Digigitnya tempe goreng buatan Yudhi sambil menyuapkan nasi ke dalam mulutnya sampai mencetak bulat di pipi nya. Melihat ada sambal di plastik kecil putih, Pram dengan entengnya memerintah :
"Bang Yudh, bukain sambelnya dong" yang langsung disanggupi Yudhi dengan membukakan sambal dari plastiknya.
Yudhi heran, Pram ini benar-benar anak ajaib. Diluar kenakalan dan kecorobohannya, anak ini ternyata makannya banyak. Memang Yudhi membawa bekal nasi satu porsi, tapi tempe gorengnya dia membawa 14 potong persegi yang biasanya dia bagikan bersama teman-temannya sesama petani.
Di luar dugaan, selesai makan bekal "punya orang", Pram menitikkan air mata karena terharu alias kepedesan.
"Bang Yudh.. minumnya mana? Pedes banget nih" Pram request minum seakan Yudhi abang penjual bakso.
"Abang lupa bawa Pram, biasanya sesama petani yang bawakan kopi" jujur Yudhi sama sekali tak mengurangi rasa pedas di lidah Pram.
Memang setelah masa nandur atau menanam, para petani ke sawah hanya melihat-lihat sampai di hari ke 7 atau ke 8 yang dilanjutkan dengan memupuk.
"Mmhh.. hfftt" Pram menggumam tidak jelas dan menutup mata rapat-rapat, mempraktekkan mitos untuk menghilanglan rasa pedas. Belum tingkahnya yang pecicilan ditambah baju milik Yudhi yang kebesaran, pasti efektif menggantikan orang-orangan sawah menakuti burung-burung pemakan padi.
"Druk" bunyi jari kelingking Pram yang terantuk sesuatu karena mengibas-ngibaskan kakinya yang tidak sakit, serta merta membuatnya meringis dan membuka mata.
"Pi-fiftiwan" sahut Pram melihat mainan pesawat kesayangannya yang diberi nama sesuai dengan kode jenis pesawat yang sama dengan aslinya.
Seolah mantra, terlihat Pram sudah tidak memperdulikan rasa pedas yang semula terasa menusuk-nusuk lidahnya. Bagai bertemu dengan induknya Pram memeluk "P-51" erat-erat.
"Bang Yudh.. makasih" seru Pram dengan tulus.
"Iya sama-sama dek Pram" balas Yudhi merasa senang bisa menolong Pram mengamankan mainan pesawatnya.
Apalagi melihat ekspresi muka Pram yang terlihat lega karena mainan pesawatnya kembali begitu manis dan menggemaskan, membuat Yudhi lupa kalau si anak ajaib sudah menghabiskan makanannya tanpa tersisa.
Tapi ternyata giliran perut Yudhi berdemo minta di isi. Tentu hal itu membuat Pram sadar, sekali lagi dirinya berulah kepada Yudhi yang ternyata tidak sejahat yang dia kira.
"Maaf ya Bang Yudh.. makanannya Pram habisin semua" sesal Pram lupa diri tidak menawarkan Yudhi untuk makan bersama.
"Gapapa dek Pram, abang bisa makan nanti di rumah" balas Yudhi menenangkan Pram yang sudah merubah wajahnya yang tadi berseri-seri menjadi gelisah.
"Sepertinya baju dek Pram sudah ga terlalu basah, biar abang periksa dulu" tambah Yudhi berusaha merubah topik pembicaraan yang membuat Pram tidak enak hati.
"Dek Pram sudah mau pulang? bajunya sudah ga terlalu basah kok nanti di rumah cepat-cepat diganti" tanya Yudhi lagi untuk yang ke 2 kalinya.
"Kaki Pram masih sakit Bang Yudh.." beritahu Pram tidak seperti sebelumnya yang hanya menggelengkan kepala.
"Ya ampun abang lupa dek, biar abang pijat dulu biar ga bengkak" akhirnya Yudhi ingat dan menawarkan diri untuk memijat kaki Pram.
"Ga ah.. ga mau.. hus.. hus.. nanti sakit bang Yudh" Pram mengibaskan tangannya ketakutan mengusir Yudhi jauh-jauh dari kakinya layaknya mengusir kucing. Di benak Pram tekanan sedikit saja bisa membuat kakinya nyeri.
"Ga usah takut, abang ga mijit di bagian yang sakit kok dek, cuma di sekitarannya saja biar ototnya ga tegang dan tambah bengkak" balas Yudhi menenangkan Pram.
Ketakutan Pram terpatahkan karena saat tangan Yudhi menekan lembut sekitaran kakinya yang terkilir, Pram merasa nyaman. Bahkan Pram terdiam fokus menikmati tekanan lembut yang membuat otot kakinya rileks.
Entah karena memang nyaman atau ke-enakan, Pram memberikan kakinya yang satu lagi untuk dipijat juga. Yudhi yang mengira kaki sebelahnya Pram sakit juga, tanpa bertanya memperlakukan sama terhadap kaki yang satunya.
Selesai sesi pijat, Yudhi menawarkan diri untuk menggendong Pram sampai ke rumah. Yang langsung disetujui oleh Pram yang tanpa berpikir kalau hal tersebut merepotkan Yudhi.
Setelah kembali bertukar bajunya masing-masing, Yudhi pun menggendong Pram di punggung dan mengantarkannya pulang ke rumah.
--tbc
Hi, readers mau nanya nih. Yudhi kan mau ke rumah Pram. Aku sebenernya ada niat memasukkan tokoh mas Joko, jadi salah satu teman Yudhi.
Menurut kalian gimana? Siapa tau sih ya, nanti di "otak author yang ga pinter-pinter amat ini", tokoh mas Joko bisa disandingkan dengan teman Pram yang ngasih video dewasa.
Itu loh "tokoh bejad dan bajingan di prolog yang sampe di chap ini aja belum muncul juga", kasian kan makanya mau aku carikan jodoh hehehe..
Hayo.. jangan pada mikir macem-macem ya Yudhi sama Pram gendong-gendongan. Yudhi kan cuma mau nolong dan Pram juga masih belum dirasuki dengan pikiran kotor.
Pram : Aku mah "kebetulan" di chap ini masih suci dan polos thor.. kan belum sampe chap yang onoh.. yang ditunggu-tunggu para reader dari #timsabun.
Jangan didengerin ya omongan Pram, selamat membaca guys, abis itu vote, terus komen deh (masih belum perlu tisu dan sabun kok di chap ini).
--Pram POV
Di perjalanan mengantar Pram pulang ke rumah, Pram tidak henti-hentinya berbicara. Mulai dari koleksi mainannya, kesukaannya terhadap pesawat, sampai kelanjutan film "Captain Tsubasa" yang rutin Pram tonton setiap malam. Tidak lupa menyanyikan beberapa theme song film-film kartun kesukaannya dengan ceria.
Tidak biasanya Pram bisa dengan mudah akrab dengan orang yang lebih dewasa. Bahkan dengan pembantu di rumah saja, dia masih malu-malu pada awalnya. Mungkin pribadi Yudhi yang ramah dan friendly membuat Pram merasa nyaman berada di dekatnya atau lebih tepatnya di gendongan punggung Yudhi.
"Bang Yudhi juga nonton Captain Tsubasa kan?" tanya Pram.
"Iya nonton dek" balas Yudhi mengiyakan saja bermaksud menyenangkan hati Pram.
"Kemarin Tsubasa kakinya cedera sih pas lawan Soda, tapi masih bisa menang loh" beritahu Pram seolah komentator profesional.
"Iya dek hebat ya" puji Yudhi seolah terlihat meyakinkan kalau dirinya juga menonton film anak-anak.
Begitulah percakapan Yudhi dan Pram selama perjalanan, yang selalu di mulai oleh Pram sementara Yudhi hanya merespon sebisanya.
--Yudhi POV
Setibanya di rumah yang dituju, Pram lantas meminta satpam rumah untuk membukakan pagar.
"Mas joko.. Pram pulang.." seru Pram memanggil seseorang untuk membukakan pagar.
"Iya den, kemana aja toh den? ditungguin kok pulangnya telat banget" balas suara yang terdengar familiar oleh Yudhi sedang membukakan pintu pagar.
Plastik fiber buram yang melapisi pagar-pagar tinggi membuat Yudhi tidak bisa melihat dengan jelas orang yang sedang membukakannya.
Setelah pagar di buka, nampak teman Yudhi dari kecil berseragam satpam keluar.
"Loh Joko?" panggil Yudhi kepada Joko teman baiknya.
"Yudhi? loh kenapa den Pram toh Yudh?" balas Joko kaget melihat Yudhi dan Pram yang ada di gendongannya.
"Ini tadi jatuh di sawahku Jo, makanya aku suruh tunggu di saung dulu karena bajunya basah" beritahu Yudhi menenangkan kekhawatiran Joko sebagai penjaga rumah.
"Oalah den Pram nya ga kenapa-kenapa kan den?" tanya Joko lagi mengungkapkan kekhawatirannya.
"Gapapa kok mas Joko. Udah engga sakit lagi malah. Bang Yudh.. turunin.." kali ini Pram yang menjawab mas Joko dan minta diturunkan oleh Yudhi dari gendongannya.
Ternyata sedaritadi kaki Pram sudah tidak kenapa-kenapa. Keseleo kakinya mungkin tidak terlalu parah hanya sebatas salah urat ringan. Tapi karena memang Yudhi yang menawarkan diri untuk menggendongnya membuat Pram jadi manja dadakan.
"Hup.. nah mas Yudhi tunggu di sini dulu ya jangan kemana-mana" seru Pram loncat dari gendongan Yudhi dan menyuruhnya untuk menunggu.
"Jangan pulang dulu ya" teriak Pram kembali memastikan Yudhi tidak pergi sambil berlari ke dalam rumah.
Belum sempat membalas, Pram sudah masuk ke dalam rumah.
"Kamu toh kerja di sini Jo?" tanya Yudhi menggunakan nama gaul Joko teman nya dari kecil
"Ia Yudh di rumahnya den Pram" balas Joko membenarkan.
"Bukannya dulu kamu bilang jaga dagangan pak bos Jo?" tanya Yudhi lagi mengingat dulu Joko pernah memberitahukannya pekerjaan yang berbeda.
"Ia itu dulu Yudh waktu di pasar besar, tapi kan sudah ada pekerja yang sekaligus jualan. Nah pak bos itu bapak nya den Pram, Yudh. Nyuruh saya jaga rumah gantiin pakde ku" balas Joko panjang menjawab kebingungan Yudhi.
"Oh.. Pram itu anak nya pak bos toh. Pantas tidak pernah lihat, mereka kan baru pindah setelah "Uwo" Ningsih berpulang" gumam Yudhi kembali mengingat kematian salah satu orang terhormat yang dituakan di desa Panglipuran.
"Padahal sering ke rumah paman ku Jo aku malah ga tau anak nya itu Pram" Yudhi mengatakan ketidaktahuannya.
"Ia Yudh, den Pram kan masih kecil. Kalo diajak ke rumah paman kamu ngomongin bisnis ya ogah" jawab Joko memberikan pendapatnya.
"Hmm.. bener juga ya" gumam Yudhi.
Tidak berlama-lama Pram datang sudah mengganti bajunya menjadi pakaian santai dan membawa sesuatu di tangannya.
"Bang Yudh, ini tamiya Pram yang paling baru, bang Yudhi boleh pinjem" pamer Pram kepada Yudhi dan membolehkannya meminjam karena sudah ditolong hari ini.
"PSstt.. Ambil Yudh.. ambil.. nanti den Pram ngambek" bisik Joko menyuruh Yudhi menerima niat baik majikannya.
"Makasih banyak ya Pram, tamiyanya bagus banget" Yudhi berterima kasih dan memuji mainan milik Pram untuk menyenangkan hatinya.
"Iya sama-sama bang Yudh, terus kapan balikinnya?" tanya Pram dengan polos.
(Tidak diminta dikasih pinjam, sedangkan dipinjam langsung tanya minta dibalikin. Kelakuan Pram ini memang bikin gemas, untung kamu cakep tole-tole)
"Besok aja gimana? Abang setiap hari rutin cek ke sawah kok Pram selesai bantu-bantu pekerjaan paman abang" tawar Yudhi dengan senyuman mempesona yang pada dasarnya dia memang baik hati.
"Hmm.. berarti besok aku ga main bola dulu ya?" gumam Pram sok merasa paling sibuk sedunia.
"Oke deh bang Yudh.. besok ya aku tunggu di saung yang tadi" tambah Pram lagi menyutujui tawaran Yudhi untuk mengembalikan tamiyanya.
"Oke dek Pram pinter, bang Yudhi pulang dulu ya.." pamit Yudhi sambil mengelus rambut Pram pelan.
"Bang Yudhi ga mau makan dulu?" Pram ingat kalau Yudhi siang ini belum makan karena bekal yang dibawa Yudhi dihabiskan olehnya.
"Abang nanti mau sekalian masak lagi Yudh buat makan malam, kapan-kapan lagi ya Pram.." tolak halus Yudhi, tidak enak hati diajak makan di rumah pak bos.
Pram sebenarnya sedikit kecewa, tapi alasan Yudhi yang cukup masuk akal menggugurkan niatnya untuk memaksa Yudhi ikut makan di rumahnya.
"Iya gapapa bang Yudh, hati-hati di jalan ya... Main tamiyanya jangan di dalem rumah ya... nanti nabrak-nabrak tembok jadi rusak" seru Pram dengan semangat menasihati Yudhi untuk berhati-hati sekaligus memberikan tips bermain tamiya.
"Oke bos kecil, dagh" seru Yudhi membalas Pram yang terlihat antusias mengantarkan kepergiannya.
--Pram POV
"Tok.. tok.. tok.." bunyi suara ketukan pintu ruangan istirahat di samping pos jaga.
Joko yang saat itu sedang berada di kamar mandi dalam ruangan terburu-buru menyelesaikan buang air kecilnya.
"Tok.. tok.. tok.. tok.. tok.. tok.." suara ketukan pintu kembali terdengar yang kali ini lebih brutal.
"Iya sebentar lagi bik Sum.." teriak Joko agar sabar menunggu.
Tidak biasanya bik Sum datang ke pos jaga jam 7 malam begini. Padahal Joko berniat untuk istirahat karena kedua orang tua Pram baru pulang besok malam.
Selesainya dari kamar mandi, Joko segera membukakan pintu yang disambut cengiran jahil majikan kecilnya.
"Oalah den Pram toh, kenapa malam-malam kesini den?" seru Joko menanyakan maksud kedatangan Pram di pos jaga malam-malam.
"Mau main aja kok, mas Joko udah makan?" balas Pram memberikan alasannya dan bertanya kepada Joko.
"Main disini den? Nanti saya ke dalam ngambil makannya den" tanya Joko bingung sekaligus menjawab pertanyaan Pram sebelumnya.
"Ya udah makan bareng Pram deh, sekalian main disini" titah Pram memutuskan.
"Iya den Pram boleh, mau sekalian dibawain kesini?" balas Joko mengizinkan dan menawarkan diri membantu membawakan makanan.
"Iya mas Joko, aku mau makan sambel teri kacang sama sayur asem ya" sahut Pram menyebutkan makanan yang pagi ini di requestnya untuk menu makan malam. Pram memang hobi makan masakan rumahan, tidak harus melulu menu-menu barat ataupun junk food yang terlihat enak tapi tidak menyehatkan.
"Oke den Pram tunggu disini aja dulu" Joko langsung bergegas mengambilkan makanan untuk dirinya dan Pram.
"Mau di dalem pos apa di luar den?" tanya Joko membawa nampan berisi makanan dan makanan sekembalinya dari dalam.
"Di dalem aja mas Joko, di luar dingin. Lagian nanti mainannya terbang kalo kena angin di luar" beritahu Pram memberi alasannya dengan memperlihatkan setumpuk gambar-gambaran kartun di tangannya.
"Oke siap den" patuh Joko langsung meletakkan nampan di meja besar dekat jendela transparan bertuliskan "POS JAGA".
Pram langsung memasukkan mainannya kembali ke kantongnya dan memperbaiki posisi di kursi kayu panjang bersiap-siap untuk menyantap hidangan yang di buatkan bik Sum.
Selesai membaca doa, Pram langsung menyendokkan lauk di piring yang sudah terisi nasi dan menuangkan minum ke dalam gelas.
Mereka pun mulai makan dengan nikmat nasi lauk sambel teri kacang yang diguyur sayur asem. Di sela menikmati hidangan yang tersaji, Pram mulai membuka pembicaraan dengan Joko. Khususnya menanyakan Yudhi karena Pram lihat mereka sudah saling kenal.
"Mas Joko sih sudah kenal ya sama bang Yudhi" tanya Pram memulai pembicaraan.
"Iya den Pram, temen dari kecil. Disini kan sekolah SD, SMP, SMA cuma 1 den, jadi kalau seumuran rata-rata saling kenal" jawab Joko sekaligus memberitahukan hal-hal yang lumrah terjadi di desanya.
"Oh.." gumam Pram manggut-manggut tanda dia mengerti.
"Mas Joko tahu ga bang Yudhi suka makan apa? Apa ada makanan yang ga suka?" tanya Pram kembali. Rupa-rupanya Pram ingin mengorek informasi tentang Yudhi dari Joko, karena ingin membalas budi.
"Kalau yang ga disuka saya kurang tahu den, soalnya Yudhi saya lihat ga pernah pilih-pilih makanan. Kenapa to den?" jawab Joko dan menanyakan maksud majikan kecilnya.
"Itu mas Joko, Pram pernah ngabisin bekal bang Yudhi. Makanya Pram mau bawain makanan buat bang Yudhi besok" jawab Pram memberikan alasannya dan mengingat kalau besok mereka janji bertemu untuk mengembalikan Tamiya yang dipinjamkan Pram.
"Oh.. mau nitip ke saya den, nanti saya antarkan ke rumahnya" Joko menawarkan diri untuk mengantarkan makanan yang dimaksud ke rumah Yudhi.
"Ga usah mas Joko, biar Pram sendiri aja. Kan sekalian ngambil tamiyanya Pram ke bang Yudhi" tolak Pram memberikan alasannya.
"Oh.. oke deh den Pram" Joko tidak lagi mendebat mengingat siang tadi Yudhi dipinjamkan tamiya oleh Pram.
Mereka pun melanjutkan makanan yang telah dihidangkan sampai habis tak bersisa. Pram yang memang doyan makan dan Joko yang lapar karena telah seharian bekerja bagaikan black hole yang dapat menghisap apa saja masuk ke dalam perutnya. Walaupun sebenarnya mereka sudah makan siang sebelumnya.
Selesai makan Pram menuntut Joko untuk bermain kartu gambar.
"Mas Joko yuk main kartu ini" ajak Pram untuk memainkan kartu bergambar miliknya.
"Mas Joko ga bisa mainnya den Pram" jujur Joko yang tidak tahu cara bermainnya. Joko lebih bisa bermain permainan outdoor dan bola saja. Era kartu bergambar belum ada pada saat dia masih kecil.
"Kartunya ditepok begini nih mas Joko, terus yang gambarnya di atas yang menang" seru Pram memberitahukan cara bermainnya.
"Oh.. bisa den bisa" jawab Joko mengerti karena cara bermainnya yang memang simple dan sangat mudah.
"PLOK" suara tepukan keras kedua tangan yang berbeda ukuran itu.
"Aduh.. kekencengan mas Joko" Pram meringis tangan kecilnya memerah dan terasa panas karena di adu dengan tangan Joko yang besar dan berotot.
"Ya ampun den.. sorry den sorry.." panik Joko melihat tangan kecil Pram memerah.
"Gapapa mas Joko, habis ini aku aja yang nepok. Tangan mas Joko diem aja ke atas" usul Pram memberikan solusi.
"Iya den siap.. maap ya den" jawab Joko menurut dengan instruksi dari Pram dan meminta maaf lagi karena masih merasa bersalah.
"Oke siap ya.." seru Pram mengambil ancang-ancang.
"Yah.. mas Joko yang menang" sahut Pram melihat kartu gambarnya menutup sedangkan kartu gambar milik Joko terbuka dengan posisi gambar di atas.
"Gapapa den Pram, saya aja yang kalah" Joko mengalah takut majikan kecilnya ngambek.
"Eh.. engga mas Joko.. aku yang kalah. Nih ambil kartu punyaku" Pram bermain adil.
"Oke den siap" Joko menurut dan langsung menggeser tumpukan kartu milik Pram.
"Mas Joko.. 1 aja ngambilnya, biar bisa dihitung yang paling banyak" Pram mencubit tangan Joko yang malah mengambil semua kartu bagiannya.
"Oh.. gitu ya den, saya ambil 1 ya kartunya" Joko mulai mengerti dan mengembalikan kartu Pram yang memang belum tercampur dengan kartu miliknya serta mengambil 1 kartu untuk menjadi bagiannya.
"Hmm.. kartu yang mana ya yang bisa ngalahin mas Joko? Power Ranger aja deh pasti menang" gumam Pram polos yang seolah berpikir kalau gambar yang ada di dalam kartu dapat menentukan kemenangan.
Joko tersenyum geli, melihat tingkah polos Pram dalam bermain kartu. Untuk yang satu ini, pola pikirnya yang sudah dewasa tahu kalau gambar di dalam kartu tidak akan mempengaruhi posisi gambar ketika jatuh ke tanah.
Mereka pun melanjutkan permainan sampai jam menunjukkan pukul 9 malam.
"Den Pram sudah ya mainnya, besok kan sekolah" Joko kembali mengingatkan untuk menghentikan permainan karena sudah terlalu malam bagi Pram.
"Hmmhh.. ya sudah deh" dengan berat hati Pram mengakui kekalahannya dari mas Joko.
Sebenarnya sudah beberapa kali Joko mengingatkan, tapi Pram masih belum mau kalah.
"Jangan cemberut gitu, kan besok den Pram bisa main sama Yudhi" Joko memberi semangat karena melihat Pram yang terlihat memanyunkan bibirnya ngambek karena kalah.
"Oh iya ya.. nanti aku bawa mainan apa ya kesana?" mendadak Pram kembali ceria sambil merencanakan mainan yang akan dibawanya menemui Yudhi besok.
Joko senang upayanya berhasil, melihat Pram kembali ceria karena besok bisa main lagi. Joko tidak tahu kalau sebenarnya bukan bermain yang membuat Pram kembali ceria, tapi karena akan bertemu dengan Yudhi kembali.
Begitupun Pram yang tidak menyadari kalau dirinya terlalu bersemangat mendengar nama Yudhi disebut. Pola pikirnya yang masih anak-anak hanya menganggap bermain lagi bersama Yudhi akan sangat menyenangkan.
--tbc
Hi readers, menurut kalian Pram ini enaknya diapain ya? Hehehe.. (ketawa mesum). Apa cuma thor aja yang gemes pengen jahilin Pram sampe nangis.
Di chapter selanjutnya thor bakal menyuguhkan interaksi antara Yudhi dan Pram kembali. Semoga kalian suka!! Jangan lupa vote & commentnya.