Judul Buku : Islam Dan Homoseksual
Penulis : Dr.Abu Ameenah Philips dan Dr. Zafar Khan
Penerbit : Pustaka Zahra Agustus 2003
Ini yang ditulis dalam Kata Pengantar ;
Kata Pengantar
Assalaamu 'alaikum wr.wb
Pembaca yang budiman.
Kami sambut gembira buku yang diterbitkan oleh pustaka Zahra, berjudul Islam dan Homoseksual. Homosekual adalah salah satu bentuk penyimpangan prilaku seksual
(sexual deviation) yang dapat dicegah dan diluruskan.
Dari pengamatan, ternyata semakin modern suatu masyarakat, semakin banyak kasus penyimpangan prilaku seksual, dan salah satu di antaranya adalah homoseksual. Hal ini disebebkan pada masyarakat modern nilai - nilai moral etika agama sudah diabaikan, bahkan masyarakat cenderung bersikap menerima (permisive society).
Dari berbagai penelitian antara lain oleh Remafedi G, yang berjudul Homosexual Youth : A Challenge to contemporary Society, sebagaimana dimuat dalam jurnal JAMA, 258: 222 - 225 , 1987, menyatakan bahwa pendidikan agama sejak dini dapat mencegah seseorang menjadi homoseksual.
Dalam Islam, pendidikan terhadap anak laki - laki dan anak perempuan dibedakan oleh orang tua, baik dalam sikap, berpakaian, permainan, potongan rambut, dan atribut - atribut lainnya yang membedakan seorang anak itu laki - laki atau perempuan. Hal ini bukan merupakan diskriminasi, melainkan sikap dan perlakuan yang proporsional sesuai dengan jenis kelaminnya.
Dalam Buku ini diuraikan hal ihwal homoseksualitas ditinjau dari berbagai segi, terutama pandangan dari agama Islam. Buku ini amat bermanfaat bagi kita semua khususnya umat Islam dalam upaya mencegah perilaku penyimpangan seksual tadi. Dan, bagi mereka pengidap perilaku menyimpang ini dapat diusahakan penyembuhannya dengan sistem terpadu yaitu integrasi antara terapi medis, psikologis dan agama.
Wabilllaahittaufig walhidayah
wassalaamu 'alaikum wr.wb
Hormat Saya
Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari, Psiakiter
Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
NB :
Teman - teman ini bukan ada maksud merendahkan Islam, Karena saya juga Muslim. jadi saya harap teman - teman berpikir Positip ya.
Jadi cuma heran saya penulis kata pengantar itu, seorang prof tersebut menggunakan pandangan pribadinya tetapi dia mengatasnamakan instituisi UI sebagai guru besar lagi di psikiater.
Menurut saya pendapat pribadi Prof itu sangat merendahkan dan melecehkan profesi Psikiater, kecuali dia tidak menyebutkan nama Institusi,. Itu akan menjadi lain dan itu juga hak dia. tetapi karena dia sudah mengatasnamakan UI Fak Kedokteran. menurut saya mesti dilihat lagi.
Sekarang ini saya lagi mempelajari informasi dan diskusi dengan teman - teman Dosen UI juga yang kebetulan Prof yang berpihak pada nilai - nilai edukasi.
Saya melalui Organisasi Our Voice akan coba mengajukan surat keberatan dengan pihak UI, atas pendapat Prof tersebut.
Hal yang saya sedang butuhkan adalah :
1. Informasi apakah secara ilmu psikiatri homoseksual masih dianggap penyakit/penyimpangan sehingga layak disembuhkan?
Mungkin teman - teman ada informasi soal itu? Beda kan psikiatri dengan Psikologi, soalnya kan kalau psikologi sudah mengeluarkan itu semua dari penyakit dan penyimpangan.
2. Saya lagi cari kekuatan di UI untuk bisa menggandeng dosen - dosen dan guru besar untuk membantu Our Voice melakukan keberatan ini. Mudah2an ini akan banyak membantu pihak UI, Tapi saya optimis pihak UI akan membantu saya.
Sekali lagi mohon dukungan teman - teman ya dan informasinya. Tapi kita tetap menggunakan cara - cara yang santun dan berpendidikan.
Tuntutannya mungkin :
1. Menarik buku tersebut terutama soal Kata pengantarnya, kalau masih menggunakan kalimat yang sama, harus menghapus embel2 prof dan institusi Ui nya.
2. Prof meminta maaf kepada Publik sebagai seorang akademisi atas kesalahan penulisan kata pengantar tersebut.
Wasalam
Toyo
Comments
husyyyyyyy
ga leh nonga'no wong sing ora'-orak yo
ga becik
Pertama, Psikolog ama psikiater itu jelas beda banget, kalo psikolog itu dari S1 Psikologi, ambil spesialisasi 2 th (kayak koas dKedoteran) trus nglanjutin ke s2 psikolog dan yg gw tao tuh ada 4 bidang psikolog yaitu anak, pendidikan, industri ama klinis. Sedangkan Psikiater itu dari kedokteran umum, koas baru ambil spesialis kejiwaan, residen, baru de jadi psikiater.
Nah psikolog dilarang ngasih obat, yang boleh ngasih obat cuman psikiater aja.
Dalam proses transeksualisme, keduanya berperan aktif dalam melakukan uji kejiwaan dan hormonal.
Bener gak gw? Ato gw yang salah?
Kedua, Dalam dunia medis (karna Dadang Hawari menggunakan bidang itu sebagai salah 1 metoda) memang ada sistem penyeimbangan hormonal, temen gw yg tadinya ngondek abis pernah mencoba suntik hormon dan bisa berubah, tapi hanya bisa bertahan 3 bulan aja.
Nah persoalanya adalah meluruskan parameter 'Takdir' dan 'Kodrat' itu apa dan bagaimana.
Gw inget temen gw yg dialog ama guru besar IAIN Walisongo Semarang yg ngasih tau kalau dalam Islam itu pada dasarnya tidak ada hukum yang jelas tentang 'gender ketiga' ini, dan kebetulan kemaren gw baca artikel tentang salah 1 transeksual wanita ke pria pertama di Iran yang dipublikasikan dan para ulama Syiah dan Sunny 'memaklumkan' transeksualisme dalam kasus genetik.
Tapi gw g paham banget, coz gw gak paham soal agama Islam.
Ketiga, gw tidak sepakat kalau dia tidak boleh menggunakan status dia sebagai psikiater dari UI karena gw anggap itu fakta, jd gak masalah.
Prof Dadang juga pernah bikin buku tentang HIV/AIDS yg nyudutin kita2 juga.
Nah persoalanya, kita harus melawan secara elegan, gw justru seneng ada buku2 tentang homoseksual Indonesia yang makin banyak, lepas dari buku pro ato kontra.
Soale tar akan terjadi dialog antar 2 presepsi yang makin bagus buat mendewasakan cara berfikir orang Indonesia, secara gw juga sering diskusi ama temen2 kelas n gank (hetero) tentang homoseksual dan itu salah 1 bentuk dialog yang elegan.
Ya gitulah_
Maap yah, gw cuman pengen ngungkapin apa yang ada diotak gw aja kok, ga da maksud apa2 n gak mau ngebela sapa2, gw cuman mau ngebela diri gw aja.
Kalo menurut gua, bisa dengan kirim surat yang ditulis untuk:
1. Prof. Dadang Hawari
2. Universitas Indonesia
Yang buat Dadang Hawari karena pandangannya yang merendahkan kaum homoseksual dan yang buat UI karena UI membiarkan namanya digunakan untuk merendahkan homoseksual.
Surat-surat itu terus ditembuskan ke redaksi berbagai media, beberapa koran, tabloid dan majalah. Nah, untuk follow up-nya, Mas Toyo mesti siap kalau-kalau ada media yang mau follow up dan wawancara. Makanya, nama dan alamat Our Voice harus jelas. Mudah-mudahan, gak hanya Mas Toyo yang berjuang untuk ini.
Ini pendapat saya aja. Mungkin ada cara yang lain? Bisa jadi. Sorry, baru hanya bisa bantu ini.
Semoga berhasil!
TS aja yg terlalu idealis..atau sensitif.. :roll:
Salam
Toyo