It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
iya ni mba vire tukeran FS atoFB donk!
gue dari subuh baca thread ini, akhirnya kelar jg..
thx bung remy
(gue suka yg pada bagian Hasan dan juga bagian nge genk, asik sekali sepertinya nge genk di kereta, jd ga bosen di jalan..sepertinya Yeyen dkk orang2 nya fun..hehe..)
(mungkin ente ngrasa bahasa ane niru2 ente, tapi jujur, ane emang bgini, kalo ente merasa tersinggung, ane minta maaf).
zzzz...
Jumat pagi aku berangkat dari rumah orangtuaku sebab setelah aku kemalaman dari tempat Paul, rasanya tidak mungkin aku mengejar kereta untuk kembali ke rumah. Jadinya aku tidak tahu apakah pagi ini Iqbal menungguku di stasiun atau tidak.
Aku menghentikan rutinitas pekerjaanku sesaat dan memandangi cangkang kerang pemberian paul yang ku pajang di atas CPU komputer. Aku belum bisa berhenti memikirkan bagaimana perasaanku sesungguhnya. Ya, aku memang senang Paul ada di Jakarta. Itulah sebabnya kini aku tidak bisa lagi menganggapnya hanya sebagai pengisi kekosongan saat aku jauh dari Iqbal. Selfish bast4rd! aku mengutuk diri sendiri sambil mengusap-ngusap cangkang kerang itu.
Ketukan di pintu membuyarkan lamunanku. Wajah Paul menyembul dari balik pintu.
"Hei, Rem! belum siap-siap?" tanyanya. Aku yang baru sadar dari lamunan tidak mengerti ucapan Paul.
"Siap-siap?" tanyaku.
"Iya.. Jumatan! sekarang kan udah jam dua belas kurang seperempat!" Jawab Paul.
Aku buru-buru menoleh arlojiku. Oh iya! aku tidak sadar sebentar lagi waktunya shalat Jumat.
"Oh.. oh iya! thanks ya udah ngingetin... ng... ente sendiri dah mau berangkat PD?" (PD: Persekutuan Do'a). Tanyaku pada Paul sambil melepas sepatuku dan menggantinya dengan sandal jepit.
"Iya.. kata Lina Pendeta nya sudah datang..." kata Paul.
"Ng.. Paul?" Aku memanggilnya sambil mengambil kopiah dari dalam laci meja.
"Ya?"
"Barusan ade gue telepon, dia ada dua tiket lebih acara nonton di blitz.. mau nonton bareng gue?"
Paul tersenyum dan menjawab, "Oke Rem..! jam berapa?"
"Jam sepuluh. Tapi kita datangnya sebelum jam sepuluh aja. Soalnya tiketnya masih dipegang ade gue.." Aku menjelaskan.
"Sip! ntar gue tunggu di sana ya?"
Suara announcer wanita terdengar memberitahukan bahwa busway akan tiba di halte Bundaran HI. Aku bangkit dari duduk bersiap untuk turun. Saat aku berjalan menuju Mall Grand Indonesia tempat bioskop Blitz Megaplex berada, ponselku bergetar. Paul yang menelepon.
"Rem? kamu dah sampe mana?" tanya Paul.
"On The Way.. ente dah dimana?"
"Udah sampe di Blitz. Cepetan ya?" jawab Paul.
Jam setengah sepuluh lewat sepuluh, aku melihat arlojiku. Cepat sekali Paul datang. Aku heran dari mana dia bisa masuk karena hampir semua pintu pengunjung masih terkunci. Akhirnya setelah berjalan menelusuri bangunan, aku mengikuti beberapa orang masuk melalui pintu khusus karyawan. Aku buru-buru menuju lift yang akan membawaku ke lantai delapan. Sampai di Blitz aku mencari-cari sosok Paul. Rupanya dia duduk menunggu di sofa merah yang melingkar di tengah lobby. Dia memakai t-shirt putih bergambar tanda tanya dengan washed-out jeans.
"Masuk lewat mana?" tanyaku.
"Lewat pintu karyawan, gue kepagian." Jelasnya "So, mana ade kamu?" tanyanya lagi.
"Nah itu dia! gue pikir dia bakalan dah sampe duluan. Katanya sih ke kantor dulu buat ambil kamera." Kataku sambil celingukan.
Kemudian ponselku bergetar kembali, kali ini adikku yang menelepon.
"Halo A? go-ut gak jadi ke sana ya? ada liputan di tempat lain. Yang ke blitz si Julian temen kantor. Nanti A'a minta tiketnya ama dia ya? dia udah berangkat tuh... cari aja yang bawa kamera item, yang biasa go-ut pake, tau kan?"
"Kok enggak jadi?" protesku.
"Heheheh.... ada film lain yang lebih menarik. Oya! ntar jangan lama-lama ngobrol sama si Julian ya?"
"Kenapa emang?"
"Dia kan Gay! go-ut gak mau dia naksir A'a. Hehehe... udah cukup deh satpam-satpam di redaksi digebet sama dia! jangan ampe kakak gue sendiri di "bengkokkin". hahahaha... udah ya! CU!"
Aku tersenyum simpul mendengar gurauan adikku. Andai saja dia tahu... pikirku. Sekarang tugaskulah mencari si Julian ini semetara aku belum pernah melihatnya. Jangan sampai acara nonton dengan Paul berakhir gagal. Saat aku mencari-cari aku melihat seorang cowok agak kurus berambut lurus dengan kamera hitam menggantung dilehernya. Hm.. kalau benar peringatan adikku kalau dia seorang gay, tentu aku akan menjauhkan Paul dari pandangannya, maka itu aku berinisiatif mendatanginya sendirian.
"Paul, ente tunggu sini ya? kayaknya temen ade gue udah dateng."
Paul mengangguk dan dia kemudian melihat-lihat poster-poster up-coming movie.
"Hai.. Julian ya?" sapaku pada cowok itu. Dia yang sedang sibuk mengutak-atik kamera menoleh ke arahku. Wah, rupanya manis juga si Julian ini.
"Iya?" jawabnya heran.
"Gue Remy, kakaknya Windy. Ng.. Windy nitip tiket gak?" tanyaku.
"Oh.. iya! ini..." Katanya sambil menyerahkan dua lembar voucher berwarna hijau yang dikeluarkan dari tas pinggangnya.
"Thanks ya! ng.. emang Windy liputan ke mana?" tanyaku berbasa-basi.
Julian tidak langsung menjawab, dia malahan memerhatikan wajahku dengan seksama.
"Oh.. Windy ya Mas? dia nonton di Plaza Senayan.. Press Release The Dark Knight..."
Sial4n! pantas saja dia enggak mau bilang nonton film apa! rupanya dia mau diam-diam nonton film Batman terbaru.
"Gitu ya? ya udah.. makasih ya?" kataku sambil berlalu.
Julian tidak menjawab, malahan dia terus memerhatikan aku. Bicara soal Gaydar, aku benar-benar khawatir Julian memilikinya. Bagaimana kalau dia bisa merasakan ke-gay-an aku dan mengadukan pada adikku? Huih! moga-moga hal itu tidak terjadi! harapku.
----
"Langsung balik ke kantor?" tanyaku. Paul menoleh mencari tahu siapa yang aku ajak ngobrol.
"Iya Mas.." sahut Julian pendek.
Pintu lift membuka di lantai 3A, aku dan Paul bergegas ke luar. "Duluan ya!" kataku berbasa-basi. Julian mengangguk.
"Siapa tadi?" tanya Paul.
"Temen ade gue di redaksi. Tau gak? kata ade gue, dia gay loh.."
Paul tertawa, "Pantas Rem, di lift tadi he was totally checking you out!"
"Masa sih? ke ente dia ngeliatin juga?" tanyaku.
"Enggak sesering ke kamu."
Aku dan Paul tertawa.
"Eh.. tapi gue khawatir deh, kalo gay-dar nya tajem, ntar dia ngadu-ngadu lagi sama ade gue.."
"Nah lo... gimana tuh kalo kejadian?" Jawaban Paul sungguh tidak menenangkan.
"Paling juga ngomong gini; Jeung! tadi Ik ketemu kakak Jij.. kayaknya dia 'Yuuk' juga..." candaku.
Kami berdua kembali tertawa.
Akhirnya kami tiba di ruangan luas tempat air mancur itu berada. Sebuah kolam tempat jatuhnya air mancur itu berhiaskan patung berwarna emas pria setengah telanjang. Sebuah Jam penunjuk waktu menunjukkan bahwa lima menit lagi sang air mancur akan mulai 'bertingkah'.
Aku dan Paul berdiri tepat di tengah-tengah kerumunan pengunjung mall yang juga bersiap-siap menyaksikan pertunjukan sang maestro air mancur tersebut. Beberapa orang bahkan sudah siaga membidikkan kamera ponselnya ke arah kolam.
Tepat jam dua belas siang, lampu seluruh ruangan tiba-tiba padam dan dengan diiringi orkestra lagu New York-New York sang air mancur mulai beraksi menyemprotkan airnya ke sana kemari. Aku mengetuk-ngetukkan kaki mengikuti irama lagu. Beberapa menit kemudian ditengah kebisingan musik, Paul membisikkan sesuatu di telingaku.
"Rem... gue mau kamu jadi pacar gue... I really love you Rem!"
Seketika aku menghentikan gerakan kakiku. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Malahan aku memikirkan Iqbal saat itu. Sampai alunan musik itu berakhir, aku diam saja. Aku coba melirik ke arah Paul, sepertinya wajahnya diliputi kekecewaan.
ngefans banget ma cerita kk..benar2 melibatkan emosi...hahaha
keep posting ya kak...
ane makin cinte ma ente,,,btw, kapan nih chat lg?he
ymnya ud ane add, mohon di approve yow..hehe
jangan salah lho, guru2 SMA gue udah pada punya facebook pula, lol aneh banget pas gue liat nama depannya kan ngga biasa panggil nama depan haha
omg, gw bela2in baca dari jam 12 malem ampe jam 4 pagi, gw hajar smua critanyaaaa..bikin penasaran. bagus. menarik. dibikin sdikit2 gitu jadi org ga pegel bacanyaaaa...
omg gw cinta banget ama lu rem, ama iqbal apalagi.
dan gw rasa lo harus nrima pas paul nembak, omg. abisan kn iqbal uda mutusin. omg enak banget jadi lo, banyak yg sukaaa!!haha dgr crita lo gw jadi aga terusik kalo masi ada cinta didunia..haha duh gw penasaran banget ama lo bduaa pic donk pic :shock: :shock: :shock:
btw gw paling suka bagian ini...
ohhhhh so shitttt eh sweetttttt [/b]
hey..jeaung..internet baru jalan lagi ...hehehe penyakit tiap akhir bulan gitu ne'..kaga jalan.
contact me soon ok.