It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ho-oh .. tapi motonk nye make mulut-e die ... heheheheh .... rasanya dia udah panasaran tuh ( duh jgn ngadalin gue nape )
iya gua nunggu jadiannya nih :? :? :?
ni sex part is fine apa sex part = jadiannya :? :?
bener, waktu masuk ke dalam rumah kalian ngapain dulu??langsung ngesex??masa abis ngesex udah berarti kalian pacaran??belom kan, masih ada proses lagi, trus siapa yang meminta siapa jadi pacarnya???
iye ..... 20 taon ke depan nya kale .................. duh .....
kl kt gue ... segitu repotnya hanya gara gara satu slangkangan .. kl di sumur tuh bisa pulu-an slangkangan yg tersedia
lah itu kan sumur disana, kalo sumur dimari mah, semakin banyak orangnya semakin mahal
di jkt baru kemaren ini gue denger ada sumur yg seperti di eropa sana ..... kesana barengan yuk ....
anjritt...! eke ngekor doung :oops:
cakep2 kayak sumur di eropa ndak
gue blom sempet longokin tuh .. ntar juni kan gue bakal ke indo lagi ..... mo ngikut luh ... ???
Ntar mengecewakan lagi, sama yang kaya waktu itu
Ada yang bilang Second Time is a charm, yeah that was what happen to me that day. The
first time was not really good!
Setelah Iqbal membuang rokoknya, kami berdua masuk. Sepersekian detik setelah pintu
menutup Iqbal langsung memeluk dan mencium aku. Lanjut? enggak juga. Mulutnya masih
bau rokok.
"Ente ngabisin rokok berapa batang hari ini?" tanyaku sambil melepaskan bibirku.
"Ga ngitung.. soalnya sambil mikirin elo." jawabnya sambil kembali berusaha menciumku.
"Duh... sikat gigi dulu gih..." aku menghindar sambil kini berusaha melepaskan
pelukannya.
"Elo ini... " ujar Iqbal kesal.
"Kamar mandinya di mana?" akhirnya dia menurut.
"Sebelah situ, kalo mau pake sikat punya ane silakan, kalo mau yang baru ada di laci."
Iqbal dengan wajah kurang senang pergi ke arah yang aku tunjuk.
"Kalo mau... sekalian aja buka bajunya didalem..." ujarku lagi sambil tersenyum
Iqbal pun menoleh balas tersenyum.
Entah memang karena mulutnya berbau rokok, atau itu cuma alasan yang aku buat-buat,
karena bohong banget kalo aku bilang enggak grogi saat itu. Tapi akhirnya aku ke kamar
saat masih terdengar Iqbal menggosok gigi.
Aku ingat saat itu jantungku berdebar ga karuan, telingaku berdenging saking
nervous-nya. Aku duduk di pinggir ranjang. Ketika tidak terdengar lagi suara dari
kamar mandi, aku menunduk. Mataku melihat kaki Iqbal menghampiriku. Dia telah melepas
jaket dan celana jeans nya hingga tinggal boxer short coklat kotak-kotak dan kaus
dalam putih model t-shirt. Iqbal pun duduk di sebelahku. Aku belum berani memandang
matanya.
"Jadi..." Iqbal berkata.
"Jadi.... apa?" tanyaku.
"Jadi... gue cowok tipe lu sekarang?" godanya.
Aku tidak menjawab, sambil tersenyum aku kemudian mencium bibirnya.... Uh.. seingatku
rasanya seger.. wangi mint pasta gigi. Mungkin biasa jadi top ama istrinya, Iqbal
merebahkan aku di ranjang sambil terus menciumku. Lalu tangannya menarik kausku hingga
lepas, aku pun menarik kaus dalamnya dan melemparnya. Hmm.. just like I imagine it
would be.. body nya seperti Iqbal Pakula beberapa tahun lalu saat membintangi print-ad
L-men. Iqbal terus mencumbu aku, cuma kayaknya dia terbiasa mencumbu cewek, dia ga
sadar kalo buat ke cowok litte rough would be fine!
Aku merasa ada yang semakin membesar pada selangkangannya yang menekan pahaku. Aku
lalu mendorong Iqbal untuk terlentang hingga kepalanya bersandar di bantal. Kini aku
yang berada di atasnya, balas mencumbu dia.. ini yang kunanti-nantikan dari dulu.
Kulihat Iqbal menutup matanya. Gak sopan! pikirku. Tapi mungkin saat itu dia agak
canggung or sedikit risih dicumbu sama cowok. Gapapa deh.
Cumbuanku bergeser terus ke bawah. Feeling ku mengatakan Iqbal sedang menahan diri
mengeluarkan "suara kenikmatan" mungkin karena malu. Sampai di bawah, kuturunkan
boxer-short nya. Aku lihat Iqbal menatapku sambil menggigit bibirnya sendiri. Namun
dia membiarkanku melanjutkan.
And then... Aku akhirnya melihat batang nya Iqbal. Tidak mengecewakan sih, dari awal
aku juga enggak mengharapkan dapat "the whole package" dari Iqbal.
4 dari 10 Teknik oral yang pernah kubaca di majalah Cosmopolitan, rupanya cukup
membuat Iqbal sedikit hilang kendali. Badannya naik turun, nafasnya makin berat, namun
dia tetap memejamkan matanya (eye contact please..!)
Sampe akhirnya dia keluar... kudengar waktu itu dia melenguh panjang. Berantakan
banget di sprei.. (I spitz, not Zwallow) terpaksa aku sudahi memberi dia servis
blowjob, padahal aku ga mau secepat itu. Aku juga sebenernya pengen malem itu having
anal intercourse dengannya, tapi aku khawatir, habis keluar, yang kedua kurang
maksimal. Aku kemudian rebahan disampingnya. Kulihat Iqbal pun sedikit kecewa.
"Sori.. biasanya ga secepat itu," katanya.
"Berarti ane hebat dong.." hiburku.
Iqbal menoleh ke arahku, lalu mencium bibirku lagi dan mencumbuku.
"Gantian ya..?" tanyanya.
Tanpa menunggu jawaban dia kini berada di atasku memberikan cumbuan dari leher terus
bergeser ke bawah. Saat dia menurunkan celana pendekku, kulihat dia ragu-ragu untuk
memulai. Aku tahu kalau saat itu kalau aku bilang tidak usah juga tidak apa-apa, maka
moodnya Iqbal makin hilang. Jadi kubiarkan saja sampai dia siap.
Saat itu dia mulai mencoba mengikuti apa yang barusan aku praktekkan. Kurang enak!
iramanya tidak beraturan dan giginya terlalu banyak ikut bermain. Tapi pikiranku
kupusatkan pada kenyataan bahwa akhirnya aku bisa ML dengan Iqbal, well.. itu membuat
the sex is ten thousand better.
Iqbal tersenyum puas saat dia merasa telah membuat aku keluar. Dia kemudian rebahan disampingku.
"Kita jadian?" tanyanya sambil menatap langit-langit.
"kayak ABG aja." sungutku
"Jadian ga?" Iqbal berkata terdengar kurang sabar.
"Iya..." jawabku lagi sambil tersenyum. Duh enggak romantis banget sih ngucapinnya!
Malam itu kubiarkan Iqbal pulang, dia tidak punya alasan bagus untuk meyakinkan orang
di rumahnya kalau dia sampai tidak pulang.
Aku enggak perduli kalo Iqbal menjalani dua kehidupan sekarang. Ini yang aku mau, ini
juga yang dia mau.
(second time blom beres nih.. banyak kerjaan...)