BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Belum ada judul.....

2

Comments

  • Eh...sabtu lulebay libur yah?beuh...nunggu sampe Senen deh :roll:
  • Wah, koh Aby pemilik warnet lullaby bikin cerbung
    asyik nih banyak cerita
    gak cuma Laptop kak Amir
    oke
    ayo berkreasi
  • Hehehe, perkenalan tokoh dulu yah

    Bima adalah seorang polisi dari keluarga yang cukup berada. Bima memang dari dulu bercita-cita menjadi seorang polisi, padahal ayahnya menyuruh dia untuk mengambil profesi lain karena menjadi polisi itu sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Bima mempunyai tubuh yang atletis, ini berkat pembinaan sewaktu menjadi calon polisi dan pada masa kuliah dulu pun Bima aktif berolahraga. Tubuh Bima yang atletis itu juga ditunjang dengan wajah yang rupawan, maka tidak heran bila sewaktu kuliah dulu, dia sering ditawari untuk menjadi model, tapi Bima selalu menolaknya karena merasa itu bukan dunianya, menolong orang adalah dunianya dan dia akan mendedikasikan dirinya untuk itu.

    Sakti merupakan anak dari keluarga yang sederhana, Ibu Sakti telah tiada semenjak dia masih kecil, maka jadilah Sakti seorang anak yang kekurangan kasih sayang seorang Ibu dan besar dengan didikan keras dari ayahnya, berbeda dengan Bima yang diberi kebebasan memilih, Sakti tidak mendapat keistimewaan itu dari ayahnya, Sakti diharuskan ayahnya untuk menjadi seorang polisi tanpa dia tahu alasan kenapa dia harus menjadi polisi, setiap dia menanyakan hal tersebut kepada ayahnya, ayahnya hanya berkata “sekarang belum saatnya bagimu untuk tahu, Nak”. Sakti juga memiliki bentuk fisik yang tidak kalah dari Bima, dengan badan atletis dan tinggi badan yang berbeda hanya tiga sentimeter dari Bima yang 178cm, walaupun untuk urusan wajah Sakti kalah bila dibandingkan dengan Bima, tetapi Sakti memiliki lesung pipit di kedua pipinya, yang membuat wajahnya kelihatan manis, kacamata selalu membingkai wajahnya yang manis tersebut.
  • “Dok, pasien berikutnya sudah menunggu” kata asisten dokter tersebut. “Oh, persilahkan dia masuk” kata dokter Tirta. Asisten tersebut membukakan pintu dan mempersilahkan pasien tersebut masuk. “Selamat siang, ada keluhan apa?” Tanya dokter Tirta. “Hmm, begini dok, umm, sebenarnya saya malu mengatakannya, saya rasa ada masalah dengan organ genital saya” kata pasien tersebut. “Masalah apa?” tanya dokter Tirta lebih lanjut. “Entah kenapa, (maaf) kemaluan saya tidak bisa berfungsi sebagaimana biasanya dok”. “Maksud Bapak, tidak bisa ereksi?” kata dokter Tirta mempertegas pertanyaannya. “Iya dok” jawab pasien tersebut. “Coba bapak tolong tanggalkan celananya, dan rebahan diatas bed” perintah dokter Tirta. Pasien itupun mengikuti perintah dokter Tirta dan segera menanggalkan celananya dan tiduran diatas bed. Dokter Tirta kemudian melakukan beberapa pemeriksaan terhadap pasien tersebut dan kemudian menyuruh pasien tersebut untuk turun dari bed dan memakai celananya kembali, kemudian dokter Tirta berkata “setelah pemeriksaan yang saya lakukan terhadap bapak tadi, saya menyimpulkan tidak ada masalah dengan organ bapak, hanya saja saya menganjurkan bapak untuk melakukan diet karena obesitas dan kolesterol juga berpengaruh kepada ereksi seseorang, dan perlu bapak ketahui, disfungsi ereksi bisa disebabkan oleh beberapa hal, baik itu dari kolesterol, penyakit yang diderita dan juga dari kondisi psikis bapak, baik itu stress atau beban pikiran lainnya, untuk itu saya menyarankan bapak untuk menemui psikolog, karena menurut saya, disfungsi ereksi yang bapak alami ini kemungkinan besar disebabkan oleh beban pikiran bapak”. “Oh begitu yah dok?” Tanya pasien tersebut, “apa dokter bisa mereferensikan kemana saya harus menemui psikolog?” Tanya pasien tersebut lebih lanjut. “Coba bapak temui dokter Tiara, saya biasanya mereferensikan pasien saya yang punya permasalahan seperti bapak kepada dokter Tiara. Dia membuka praktek di tempat ini” kata dokter Tirta sembari memberikan kartu nama kepada pasien tersebut. “Oh oke, terima kasih dok” kata pasien tersebut.
  • byy .. nulisnya jangan rapet2 gitu doonkkk ..

    ngebaca nya susaahh ..
  • Suara sirene mobil polisi memecah keheningan malam, satu korban lagi ditemukan dengan keadaan yang sama dengan korban-korban sebelumnya, wajah yang hancur, (maaf) kemaluan yang rusak karena yang tersisa hanyalah buah zakarnya saja, sementara batang kemaluannya telah habis terpotong, ini adalah kasus ke delapan selama empat bulan terakhir ini. Polisi pun kesulitan mengidentifikasi mayat korban karena korban selalu ditinggalkan dengan keadaan yang sama dan juga tidak ada laporan dari keluarga yang kehilangan anggota
    keluarganya. Mereka tidak bisa menduga motif apa yang ada dibalik semua pembunuhan ini, dan pelaku pun tidak meninggalkan jejak sama sekali, bagaikan hantu.

    "Ini korban ke delapan selama 4 bulan ini" kata Bima kepada rekannya Sakti.
    "Iya, dan korban kali ini pun keadaannya sama seperti korban-korban sebelumnya, entah motif apa yang tersembunyi dibalik semua kejadian ini" kata Sakti sambil mengambil gambr korban.
    "Hei, coba lihat kemari" kata Bima memanggil Sakti untuk melihat bekas luka yang ditemukan di paha bagian dalam mayat tersebut.
    "Angka delapan" kata Sakti sambil memperhatikan bekas luka yang sepertinya dibuat dengan menggunakan benda tajam semacam silet atau cutter.
    "Menurutmu apakah bekas luka ini ada kaitannya dengan jumlah korban?"tanya Bima.
    "Hmm, menurutku begitu" jawab Sakti, "dan mungkin akan ada korban selanjutnya" lanjut Sakti.
    "Baiklah, ayo kita cari barang-barang yang bisa kita jadikan petunjuk, selepas itu kita kembali ke kantor untuk membuat laporan" ajak Bima.
    "Baiklah" kata Sakti.

    Di bagian ini penggambaran suasana seriusnya bisa aku tangkap. Tapi sayang ada hal yang janggal.

    Ketika aku baca pikiranku langsung terbawa ke sebuah tempat kejadian perkara. Biasanya, korban saat masih berada TKP tidak boleh dirubah posisi atau keadaannya. Tapi kenapa Bima dapat melihat ada angka delapan di bagian paha dalam (sekali lagi 'bagian DALAM') ? Asumsiku ada dua: korban memang dalam keadaan telanjang (tp ini tidak dijelaskan detail di sini, hanya dijelaskan bahwa kemaluan korban telah terpotong), atau polisi2 itu membuka celana korban di tempat kejadian perkara. Hanya saja, setahuku untuk membuka-buka bagian tubuh korban hanya akan dilakukan di ruang otopsi, bukan di TKP. Penjelasan tentang kejanggalan ini terlalu absurd.

    Bima adalah seorang polisi dari keluarga yang cukup berada. Bima memang dari dulu bercita-cita menjadi seorang polisi, padahal ayahnya menyuruh dia untuk mengambil profesi lain karena menjadi polisi itu sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Bima mempunyai tubuh yang atletis, ini berkat pembinaan sewaktu menjadi calon polisi dan pada masa kuliah dulu pun Bima aktif berolahraga. Tubuh Bima yang atletis itu juga ditunjang dengan wajah yang rupawan, maka tidak heran bila sewaktu kuliah dulu, dia sering ditawari untuk menjadi model, tapi Bima selalu menolaknya karena merasa itu bukan dunianya, menolong orang adalah dunianya dan dia akan mendedikasikan dirinya untuk itu.

    Sakti merupakan anak dari keluarga yang sederhana, Ibu Sakti telah tiada semenjak dia masih kecil, maka jadilah Sakti seorang anak yang kekurangan kasih sayang seorang Ibu dan besar dengan didikan keras dari ayahnya, berbeda dengan Bima yang diberi kebebasan memilih, Sakti tidak mendapat keistimewaan itu dari ayahnya, Sakti diharuskan ayahnya untuk menjadi seorang polisi tanpa dia tahu alasan kenapa dia harus menjadi polisi, setiap dia menanyakan hal tersebut kepada ayahnya, ayahnya hanya berkata “sekarang belum saatnya bagimu untuk tahu, Nak”. Sakti juga memiliki bentuk fisik yang tidak kalah dari Bima, dengan badan atletis dan tinggi badan yang berbeda hanya tiga sentimeter dari Bima yang 178cm, walaupun untuk urusan wajah Sakti kalah bila dibandingkan dengan Bima, tetapi Sakti memiliki lesung pipit di kedua pipinya, yang membuat wajahnya kelihatan manis, kacamata selalu membingkai wajahnya yang manis tersebut.


    Sebenarnya akan lebih elegan kalo karakterisasi tokoh dijelaskan langsung dalam narasi ceritanya, jadi berada dalam bagian cerpen, bukan diluar cerpen. Itu akan menjadi seni tersendiri dalam sebuah tulisan cerita.

    Misalnya,

    Bima merasa miris menghadapi mayat korban yang ada di hadapannya. Dia mendekapkan kedua tangan di dadanya yang bidang sambil mengusap dagunya.

    Sakti tahu gerak-gerik temannya itu kalau sedang berpikir keras. Sakti tersenyum dengan lesung pipit manis meraut di wajahnya. Ia melepas kacamatanya dan mengusap matanya yang terlihat lelah. Sakti lalu menepuk pundak Bima sambil berkata, "Kita sudah mempelajari lokasi TKP ini, sebaiknya kita kembali ke kantor dan kita bisa menunggu hasil otopsinya..."

    Bima mengangguk-angguk. "Ya... mungkin kita juga butuh kopi malam ini..." balas Bima sambil menepuk punggung Sakti yang tegap, lalu melangkah pergi dari tempat itu.



    Itu pendapatku. but you are talented. go on...!
    Aku ingin melihat akhir dari misterinya... That's your own...

    :wink:
  • Asik2 udh mulai lg...

    solitude comentnya profesional bgt
  • @solitude
    koment juga buat Laptop kak Amir donk
  • lanjut...
  • Solitude wrote:

    Di bagian ini penggambaran suasana seriusnya bisa aku tangkap. Tapi sayang ada hal yang janggal.

    Ketika aku baca pikiranku langsung terbawa ke sebuah tempat kejadian perkara. Biasanya, korban saat masih berada TKP tidak boleh dirubah posisi atau keadaannya. Tapi kenapa Bima dapat melihat ada angka delapan di bagian paha dalam (sekali lagi 'bagian DALAM') ? Asumsiku ada dua: korban memang dalam keadaan telanjang (tp ini tidak dijelaskan detail di sini, hanya dijelaskan bahwa kemaluan korban telah terpotong), atau polisi2 itu membuka celana korban di tempat kejadian perkara. Hanya saja, setahuku untuk membuka-buka bagian tubuh korban hanya akan dilakukan di ruang otopsi, bukan di TKP. Penjelasan tentang kejanggalan ini terlalu absurd.

    Bima adalah seorang polisi dari keluarga yang cukup berada. Bima memang dari dulu bercita-cita menjadi seorang polisi, padahal ayahnya menyuruh dia untuk mengambil profesi lain karena menjadi polisi itu sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Bima mempunyai tubuh yang atletis, ini berkat pembinaan sewaktu menjadi calon polisi dan pada masa kuliah dulu pun Bima aktif berolahraga. Tubuh Bima yang atletis itu juga ditunjang dengan wajah yang rupawan, maka tidak heran bila sewaktu kuliah dulu, dia sering ditawari untuk menjadi model, tapi Bima selalu menolaknya karena merasa itu bukan dunianya, menolong orang adalah dunianya dan dia akan mendedikasikan dirinya untuk itu.

    Sakti merupakan anak dari keluarga yang sederhana, Ibu Sakti telah tiada semenjak dia masih kecil, maka jadilah Sakti seorang anak yang kekurangan kasih sayang seorang Ibu dan besar dengan didikan keras dari ayahnya, berbeda dengan Bima yang diberi kebebasan memilih, Sakti tidak mendapat keistimewaan itu dari ayahnya, Sakti diharuskan ayahnya untuk menjadi seorang polisi tanpa dia tahu alasan kenapa dia harus menjadi polisi, setiap dia menanyakan hal tersebut kepada ayahnya, ayahnya hanya berkata “sekarang belum saatnya bagimu untuk tahu, Nak”. Sakti juga memiliki bentuk fisik yang tidak kalah dari Bima, dengan badan atletis dan tinggi badan yang berbeda hanya tiga sentimeter dari Bima yang 178cm, walaupun untuk urusan wajah Sakti kalah bila dibandingkan dengan Bima, tetapi Sakti memiliki lesung pipit di kedua pipinya, yang membuat wajahnya kelihatan manis, kacamata selalu membingkai wajahnya yang manis tersebut.


    Sebenarnya akan lebih elegan kalo karakterisasi tokoh dijelaskan langsung dalam narasi ceritanya, jadi berada dalam bagian cerpen, bukan diluar cerpen. Itu akan menjadi seni tersendiri dalam sebuah tulisan cerita.

    Misalnya,

    Bima merasa miris menghadapi mayat korban yang ada di hadapannya. Dia mendekapkan kedua tangan di dadanya yang bidang sambil mengusap dagunya.

    Sakti tahu gerak-gerik temannya itu kalau sedang berpikir keras. Sakti tersenyum dengan lesung pipit manis meraut di wajahnya. Ia melepas kacamatanya dan mengusap matanya yang terlihat lelah. Sakti lalu menepuk pundak Bima sambil berkata, "Kita sudah mempelajari lokasi TKP ini, sebaiknya kita kembali ke kantor dan kita bisa menunggu hasil otopsinya..."

    Bima mengangguk-angguk. "Ya... mungkin kita juga butuh kopi malam ini..." balas Bima sambil menepuk punggung Sakti yang tegap, lalu melangkah pergi dari tempat itu.



    Itu pendapatku. but you are talented. go on...!
    Aku ingin melihat akhir dari misterinya... That's your own...

    :wink:


    hehe, thank you yah solitude atas commentnya, pengamatannya detil sekali. Anyway, untuk korban dari yang pertama dan terakhir ditemukan memang selalu ditemukan dalam keadaan telanjang bulat, maaf karena saya teledor untuk menjelaskan kondisi tersebut, hohoho, dan untuk penggambaran karakter, memang pada saat itu moody saya lg dateng, jd agak malas untuk mendeskripsikan karakter ke dalam cerita, karena memang dasarnya orangnya moody, jadi saya biasanya ngga pernah menyelesaikan cerita2 yg saya buat, tapi untuk cerita yang satu ini, Insyaallah akan saya buat sampai tamat, hehehe

    sekali lagi terima kasih untuk komennya

    salam

    penulis (cieee)
  • ~m0x~ wrote:
    byy .. nulisnya jangan rapet2 gitu doonkkk ..

    ngebaca nya susaahh ..

    oh iya, maap2, cerita berikutnya nanti saya buat lebih enak dibaca yah
  • Lanjutan

    Sementara itu di laboratorium pemeriksaan, Bima dan Sakti masih memeriksa mayat lelaki tersebut, mereka juga memeriksa mayat-mayat yang lain dan ternyata mereka juga menemukan guratan benda tajam yang membentuk angka dimulai dari mayat pertama dengan angka satu, mayat kedua dengan angka dua dan seterusnya hingga mayat yang terakhir dengan angka delapan. “sungguh diluar dugaan, aku tidak habis pikir dengan semua kejadian ini, delapan orang mati dengan cara yang sangat mengenaskan, wajah rusak dan penis yang terpotong” kata Sakti sambil meneliti mayat-mayat tersebut, “siapa yang tega berbuat seperti ini” lanjutnya. “percayalah teman, menurutku ini bukanlah mayat terakhir yang akan kau temui dengan kondisi seperti ini” kata Bima kepada Sakti rekannya yang sudah lima tahun menjadi partnernya dalam menyelidiki kasus pembunuhan. “Karena angka-angka tersebut kurasa mengacu kepada urutan atau jumlah tertentu” tambahnya.
  • Lanjutan

    Sementara itu di laboratorium pemeriksaan, Bima dan Sakti masih memeriksa mayat lelaki tersebut, mereka juga memeriksa mayat-mayat yang lain dan ternyata mereka juga menemukan guratan benda tajam yang membentuk angka dimulai dari mayat pertama dengan angka satu, mayat kedua dengan angka dua dan seterusnya hingga mayat yang terakhir dengan angka delapan. “sungguh diluar dugaan, aku tidak habis pikir dengan semua kejadian ini, delapan orang mati dengan cara yang sangat mengenaskan, wajah rusak dan penis yang terpotong” kata Sakti sambil meneliti mayat-mayat tersebut, “siapa yang tega berbuat seperti ini” lanjutnya. “percayalah teman, menurutku ini bukanlah mayat terakhir yang akan kau temui dengan kondisi seperti ini” kata Bima kepada Sakti rekannya yang sudah lima tahun menjadi partnernya dalam menyelidiki kasus pembunuhan. “Karena angka-angka tersebut kurasa mengacu kepada urutan atau jumlah tertentu” tambahnya.

    AddEmoticons12669.gif
  • Lanjutan

    Sementara itu di laboratorium pemeriksaan, Bima dan Sakti masih memeriksa mayat lelaki tersebut, mereka juga memeriksa mayat-mayat yang lain dan ternyata mereka juga menemukan guratan benda tajam yang membentuk angka dimulai dari mayat pertama dengan angka satu, mayat kedua dengan angka dua dan seterusnya hingga mayat yang terakhir dengan angka delapan. “sungguh diluar dugaan, aku tidak habis pikir dengan semua kejadian ini, delapan orang mati dengan cara yang sangat mengenaskan, wajah rusak dan penis yang terpotong” kata Sakti sambil meneliti mayat-mayat tersebut, “siapa yang tega berbuat seperti ini” lanjutnya. “percayalah teman, menurutku ini bukanlah mayat terakhir yang akan kau temui dengan kondisi seperti ini” kata Bima kepada Sakti rekannya yang sudah lima tahun menjadi partnernya dalam menyelidiki kasus pembunuhan. “Karena angka-angka tersebut kurasa mengacu kepada urutan atau jumlah tertentu” tambahnya.

    AddEmoticons12669.gif
  • Setelah skian lama
    Akhirnya dilanjutin juga...!!!
Sign In or Register to comment.