It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
asyik nih banyak cerita
gak cuma Laptop kak Amir
oke
ayo berkreasi
Bima adalah seorang polisi dari keluarga yang cukup berada. Bima memang dari dulu bercita-cita menjadi seorang polisi, padahal ayahnya menyuruh dia untuk mengambil profesi lain karena menjadi polisi itu sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Bima mempunyai tubuh yang atletis, ini berkat pembinaan sewaktu menjadi calon polisi dan pada masa kuliah dulu pun Bima aktif berolahraga. Tubuh Bima yang atletis itu juga ditunjang dengan wajah yang rupawan, maka tidak heran bila sewaktu kuliah dulu, dia sering ditawari untuk menjadi model, tapi Bima selalu menolaknya karena merasa itu bukan dunianya, menolong orang adalah dunianya dan dia akan mendedikasikan dirinya untuk itu.
Sakti merupakan anak dari keluarga yang sederhana, Ibu Sakti telah tiada semenjak dia masih kecil, maka jadilah Sakti seorang anak yang kekurangan kasih sayang seorang Ibu dan besar dengan didikan keras dari ayahnya, berbeda dengan Bima yang diberi kebebasan memilih, Sakti tidak mendapat keistimewaan itu dari ayahnya, Sakti diharuskan ayahnya untuk menjadi seorang polisi tanpa dia tahu alasan kenapa dia harus menjadi polisi, setiap dia menanyakan hal tersebut kepada ayahnya, ayahnya hanya berkata “sekarang belum saatnya bagimu untuk tahu, Nak”. Sakti juga memiliki bentuk fisik yang tidak kalah dari Bima, dengan badan atletis dan tinggi badan yang berbeda hanya tiga sentimeter dari Bima yang 178cm, walaupun untuk urusan wajah Sakti kalah bila dibandingkan dengan Bima, tetapi Sakti memiliki lesung pipit di kedua pipinya, yang membuat wajahnya kelihatan manis, kacamata selalu membingkai wajahnya yang manis tersebut.
ngebaca nya susaahh ..
Di bagian ini penggambaran suasana seriusnya bisa aku tangkap. Tapi sayang ada hal yang janggal.
Ketika aku baca pikiranku langsung terbawa ke sebuah tempat kejadian perkara. Biasanya, korban saat masih berada TKP tidak boleh dirubah posisi atau keadaannya. Tapi kenapa Bima dapat melihat ada angka delapan di bagian paha dalam (sekali lagi 'bagian DALAM') ? Asumsiku ada dua: korban memang dalam keadaan telanjang (tp ini tidak dijelaskan detail di sini, hanya dijelaskan bahwa kemaluan korban telah terpotong), atau polisi2 itu membuka celana korban di tempat kejadian perkara. Hanya saja, setahuku untuk membuka-buka bagian tubuh korban hanya akan dilakukan di ruang otopsi, bukan di TKP. Penjelasan tentang kejanggalan ini terlalu absurd.
Sebenarnya akan lebih elegan kalo karakterisasi tokoh dijelaskan langsung dalam narasi ceritanya, jadi berada dalam bagian cerpen, bukan diluar cerpen. Itu akan menjadi seni tersendiri dalam sebuah tulisan cerita.
Misalnya,
Bima merasa miris menghadapi mayat korban yang ada di hadapannya. Dia mendekapkan kedua tangan di dadanya yang bidang sambil mengusap dagunya.
Sakti tahu gerak-gerik temannya itu kalau sedang berpikir keras. Sakti tersenyum dengan lesung pipit manis meraut di wajahnya. Ia melepas kacamatanya dan mengusap matanya yang terlihat lelah. Sakti lalu menepuk pundak Bima sambil berkata, "Kita sudah mempelajari lokasi TKP ini, sebaiknya kita kembali ke kantor dan kita bisa menunggu hasil otopsinya..."
Bima mengangguk-angguk. "Ya... mungkin kita juga butuh kopi malam ini..." balas Bima sambil menepuk punggung Sakti yang tegap, lalu melangkah pergi dari tempat itu.
Itu pendapatku. but you are talented. go on...!
Aku ingin melihat akhir dari misterinya... That's your own...
solitude comentnya profesional bgt
koment juga buat Laptop kak Amir donk
hehe, thank you yah solitude atas commentnya, pengamatannya detil sekali. Anyway, untuk korban dari yang pertama dan terakhir ditemukan memang selalu ditemukan dalam keadaan telanjang bulat, maaf karena saya teledor untuk menjelaskan kondisi tersebut, hohoho, dan untuk penggambaran karakter, memang pada saat itu moody saya lg dateng, jd agak malas untuk mendeskripsikan karakter ke dalam cerita, karena memang dasarnya orangnya moody, jadi saya biasanya ngga pernah menyelesaikan cerita2 yg saya buat, tapi untuk cerita yang satu ini, Insyaallah akan saya buat sampai tamat, hehehe
sekali lagi terima kasih untuk komennya
salam
penulis (cieee)
oh iya, maap2, cerita berikutnya nanti saya buat lebih enak dibaca yah
Sementara itu di laboratorium pemeriksaan, Bima dan Sakti masih memeriksa mayat lelaki tersebut, mereka juga memeriksa mayat-mayat yang lain dan ternyata mereka juga menemukan guratan benda tajam yang membentuk angka dimulai dari mayat pertama dengan angka satu, mayat kedua dengan angka dua dan seterusnya hingga mayat yang terakhir dengan angka delapan. “sungguh diluar dugaan, aku tidak habis pikir dengan semua kejadian ini, delapan orang mati dengan cara yang sangat mengenaskan, wajah rusak dan penis yang terpotong” kata Sakti sambil meneliti mayat-mayat tersebut, “siapa yang tega berbuat seperti ini” lanjutnya. “percayalah teman, menurutku ini bukanlah mayat terakhir yang akan kau temui dengan kondisi seperti ini” kata Bima kepada Sakti rekannya yang sudah lima tahun menjadi partnernya dalam menyelidiki kasus pembunuhan. “Karena angka-angka tersebut kurasa mengacu kepada urutan atau jumlah tertentu” tambahnya.
Akhirnya dilanjutin juga...!!!