It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@rendifebrian ampun pak, saya cuman ngikutin kata te esnya @yats
ono noh biang keladinya si @yuzz
(liat page 2)
bapak mau ikut nyumbang cerita ?
Hadir....
siapa yang memanggil....?
btw om @bi_ngung bikin
tp ada hiro! papahhh hirooo!!
anakmu disini pahh... )
@masdabudd , @joenior68 , @rigil , @yuzz , @ariet , @IMT17 , @ularuskasurius , @Adam08 , @kiki_h_n , @xchocho_monsterx , @silverrain , @claudy , @pyolipops , @Ehaz006 , @rendifebrian , @claudy , de el el yg mo baca
*****************************************************************
Jam berdentang 12 kali. Untuk ke sekian kalinya, aku terjaga di tengah malam. Entah mengapa, belakangan ini tidurku tak nyenyak. Sayup-sayup sering terdengar suara yang mengganggu, tapi aku tak tahu apa itu. Kulihat ke luar jendela, bulan purnama bersinar pucat di kegelapan malam. Kuputuskan untuk berjalan-jalan sebentar.
Kulangkahkan kaki ke ruangan bawah. Kuedarkan pandangan ke penjuru ruang tamu. Sunyi, karena memang aku hanya tinggal sendiri di rumah ini. Semenjak papa meninggal, tak ada orang lain yang menemaniku. Terasa ada yang ganjil, tapi aku tak tahu apa itu. Samar-samar tercium wangi kembang bercampur aroma asap. Tengkukku sedikit meremang. Segera aku menuju dapur. Mungkin sedikit susu atau teh hangat bisa membantu.
Kunyalakan kompor kemudian kujerang air. Kutarik kursi kemudian duduk sambil menunggu air mendidih. Ingatanku melayang ke masa lalu.
Aku tetap bertahan di sini atas nama janji. Nigel kekasih hatiku, telah berjanji akan kembali padaku. Dan aku telah berjanji untuk menunggunya. Aku dan Nigel masih terhitung sepupu, karena itu kami punya marga yang sama. Nama lengkapnya adalah Nigella Sativa, dan aku Oryza Sativa. Kami tumbuh bersama di desa kecil ini. Aku tinggal berdua dengan ayahku di kaki bukit, sementara Nigel tinggal dengan neneknya tepi sungai di bawah kami. Orangtuanya bekerja di kota.
Meskipun masih sepupu, penampilan fisik kami berlainan. Nigel berkulit gelap dan berambut hitam. Sementara aku berkulit pucat dan berambut pirang. Kesamaan kami adalah warna mata yang sama-sama cokelat, kesukaan kami pada air dan perasaan kami yang saling mencintai satu sama lain. Satu-satunya orang yang sadar akan hubungan kami adalah papa. Tapi papa tidak marah, rasa sayangnya padaku melebihi segala batas. Baginya, cinta itu tanpa batasan. Seperti juga cintanya pada mama yang tak terbatasi oleh kematian. Sepeninggal mama, tak pernah terbersit dalam benak papa untuk beralih ke yang lain. For me, papa Hiro is a real hero.
Suatu hari, orangtua Nigel menghubunginya. Mereka memintanya pulang. Sebagai seorang anak yang baik, ia tidak bisa menolak permintaan mereka. Pada malam sebelum hari kepergiannya, kami menghabiskan waktu bersama. Saling mencumbu, melepaskan gairah yang membakar dalam diri. Aku berharap pagi tak pernah menjelang kembali.
Pagi itu, aku mengantarnya ke stasiun. Kutatap wajahnya lekat. Meskipun ia bilang hanya sementara, hatiku tetap tak tenang. Ada rasa takut di sudut hatiku, kami takkan lagi pernah bertemu kembali. Akhirnya kami mengikatkan janji, bahwa ia akan segera kembali dan aku akan setia menunggunya.
Hari berganti, entah sudah berapa lama kulalui. Papa yang terlihat tegar ternyata begitu rapuh di dalam. Sekian lama ia menyembunyikan penyakitnya. Kini ia sudah dalam batas kekuatannya. Tubuhnya menjadi kurus dengan cepat. Hari di mana papa tiada adalah hari yang begitu menyesakkan bagiku. Malam sebelumnya, kami berbincang sampai larut. Dan salah satunya menyinggung tentang Nigel. Papa tak sanggup melihatku terus hidup dalam ketidak pastian. Papa bertanya, bisakah aku menghentikan penantianku. But he's my BF, Dad. And I've made my promise. Aku percaya suatu saat Nigel akan kembali menemuiku.
Dan ketika pagi menjelang, yang kutemui hanyalah sesosok tubuh yang tak lagi bernyawa. Seketika asaku terbenam ke dasar yang paling dalam. Satu-satunya tiangku bersandar telah hilang. Semua yang terjadi sesudahnya begitu kabur dari ingatanku. Entah siapa yang mengurusi segala sesuatu mengenai upacara pemakaman. Aku hanya terdiam di dalam kamar, tak mampu berpikir. Tubuhku lelah, begitu pula jiwaku. Aku butuh istirahat. Kubuka laci, kuambil beberapa butir obat tidur. Paling tidak sampai malam nanti, aku tak ingin diganggu.
Lamunanku terhenti seketika. Terasa ada seseorang yang mengawasiku. Kutolehkan kepala, tak ada siapapun. Aku teringat, hari ini adalah tanggal 1 Februari. Dan jatuh tepat pada pasaran jum'at kliwon. Segera kumatikan kompor dan berlari ke kamar. Kurebahkan badan dan kutarik selimut hingga menutup kepala. Aku memang lemah. Takut pada sesuatu yang tak nampak.
Kupejamkan mata rapat-rapat. Berharap segera masuk ke alam mimpi dan hari segera berganti. Terasa desahan nafas di tengkukku. Terdengar suara lirih memanggil namaku.
"Ryzaaa..."
Deg. Sepertinya aku kenal suara itu. Terasa sebuah pelukan melingkari perutku. Aku harus memastikannya. Kubuka cepat selimutku. Lagi-lagi tak ada orang. Mungkinkah aku mulai gila. Aku bangkit dan berjalan ke jendela. Menatap jauh ke kegelapan malam. Terdengar suara tangisan. Aku berbalik, dan disanalah ia berada. Aku tidak gila, ia nyata. Seorang pria yang duduk menangis di atas pembaringan.
Perlahan kudekati ia. Menatap lekat wajahnya. Wajah yang selalu kurindukan. Kuusap pelan wajahnya. Dia selalu terlihat tampan. Setitik air mata meluncur pelan dari kedua matanya. Kedua lengannya erat memelukku.
"Nigel, jangan menangis. Aku selalu yakin kau akan kembali", bisikku.
"Ryza, maafkan aku. Saat aku mendengar papamu meninggal, aku sudah mencoba secepatnya datang ke sini. Tapi semuanya terlambat", sahutnya sambil terisak.
"Jadi kau sudah di sini sejak pemakaman papa ? Tapi kenapa aku tak pernah melihatmu ?", tanyaku.
Ia terdiam sesaat. Kemudian ditunjukkannya sebuah botol kepadaku.
"Kau ingat ini?", tanyanya.
"Itu .. obat tidur bukan?", aku balik bertanya.
Aku mencoba mengingatnya. Setelah meminum obat tidur itu, semua begitu gelap dan tenang. Aku tidak ingat berapa lama aku tidur, tapi ketika aku bangun sudah tak ada siapapun di rumah ini.
"Hari itu aku harus menghadapi kenyataan, kalau aku harus menghadiri pemakaman 2 orang yang berarti dalam hidupku. Pamanku, dan sepupu sekaligus cinta sejatiku.", katanya.
"Apa maksudmu. Bukannya aku masih hidup? Lihat, aku masih berdiri di depanmu", jawabku.
"Mereka terlalu sibuk mengurus pemakaman ayahmu. Mereka pikir kau hanya ingin beristirahat sebentar. Ketika mereka ingin membangunkanmu, kau tak pernah membuka matamu kembali", ia berhenti sejenak.
"Tapi aku merasa kau masih menungguku di sini. Aku sudah berjanji akan kembali. Meskipun harus menunggu lama, akhirnya aku bisa menemuimu kembali", lanjutnya.
Ia tersenyum, kemudian memandang kepada botol yang dipegangnya.
"Semua berkat ini."
Kemudian Nigel menggenggam tanganku dan membawaku ke depan jendela. Ia membuka jendela dan mengajakku duduk di bingkainya. Tangannya merangkul pundakku dan ia menciumku dengan dalam. Kemudian kami duduk disana, memandang rembulan yang masih setia bersinar. Aku merebahkan kepala di pundaknya. Melirik sebentar ke arah tempat tidur, pada sesosok tubuh yang tergolek diam di kegelapan.
>>MAAF KALO KURANG SERU<< :-SS :-SS :-SS
asemmm tenann om @bi_ngung !!
malem malemm!
tapi kerenn! (
until death do us apart :-<
berasa nonton pelm luar )
Btw berkat om @bi_ngung ane jd punya ide juga, jadi.. giliranku.. )
Aku menoleh ke arah lelaki ku yang terlihat segar sehabis mandi, sedangkan aku menata kasur tempat kami beradu cinta selama kurang lebih 3 jam tadi.
"Umm.. makan apa ya.. ke Amplaz aja gmana? mendadak pengen pizza nih"
"Izh ! kamu ngidam ya? hahaha" kataku sambil membetulkan letak bantal.
"Iya nih, kayaknya anak di perutmu bakalan jadi"
"Yahhh.. tapi tadi kan aku sudah boker.. sperma kamu udah jatoh ke kloset sayang.."
Aku menghampiri sofa dengan muka sedih dan duduk dipangkuannya.
"Masa sih? trus ini aku ngidam anak siapa dong?" dia menatapku dengan mata jenaka nya.
"Kamu.. main sama cowo lain ya??" ucapku pura-pura galak.
"Hahahaha, mana ada aku main dengan cowo lain.. aku cuma cinta sama kamu yank" ia meraih belakang kepalaku dan melumat bibirku lembut.
Aku mendorong dadanya, melepaskan ciuman, dan tersenyum.
"Lagian yang hamil sapa yang ngidam juga sapa..
yuk ah cabut, laper jg nih.." aku bangkit dari pangkuan dan meraih tangannya.
****
Amplaz, 07.18 pm
"Yank, duduk sebelah sana aja ya deket jendela kaca"
"Yuk"
Kami duduk di kursi dekat jendela besar yang mengarah ke jalan raya.
"Kamu mau pesen yang mana yank?" aku membolak-balik buku menu, sesaat mataku tertuju pada serombongan bapak-bapak yang memasuki resto pizza ini. Owh Gosh! My Dad! Sial! Tadi kan aku ijin pulang malam karna mau praktik di lab!
Bisa bahaya kalo aku ketauan malah santai-santai disini!
Aku menutup muka ku dengan buku menu, Ya Tuhan semoga mereka duduknya jauh..
Dari balik buku menu aku mengintip rombongan ayahku.
"Beb, hei, beb kamu ngapain sih?"
"Oh, umm..ini bingung milih, hehe"
"Yaudah cepet milih.. biar cepet pesen"
"Iya iya.." pikiranku masih belum konsen, sesekali aku melirik ayahku yang sedang berbincang dengan bapak-bapak di sebelahnya.
"Beb? liat apa sih?" Putra, lelaki ku, mengikuti arah pandanganku dan memicingkan matanya memperhatikan arah ayahku. Aku buru-buru mengalihkan perhatian.
"Aku pesen sup salad aja yank" aku mengangkat tanganku dan waitress dengan sigap menghampiri kami, mencatat pesanan, mengulang, dan memberikan mangkuk salad.
"Yank, aku ambil salad dulu ya" aku berdiri sembari membawa mangkuk saladku menuju counter salad dan sup.
"Okay" putra menjawab singkat sembari memainkan ponselnya.
Aku berjalan menuju counter salad di depan dengan khawatir, takut ketahuan ayahku. Aku memalingkan pandanganku saat berada agak dekat dengan rombongan mereka dan menutup wajahku dengan mangkuk yang kubawa.
Aku memilih melon, semangka, jelly, tomat, jagung, kacang merah dan menambahkan mayonaise di atas saladku. Aku agak tergesa-gesa karena parno takut ketahuan, alhasil tanganku terkena ceceran mayo yang kutuang.
Huftt.. mau pacaran kok jadinya malah gak santai gini sih!
Aku kembali ke mejaku, eh kemana Putra? cuma ada jaket dan tas kami di kursi. Ah mungkin ke toilet. Yaudah lah aku juga mau cuci tangan dulu. Aku meletakkan saladku di meja dan berjalan ketempat cuci tangan.
Aku mencuci tanganku ,mematikan keran dan berkaca merapikan rambutku.
"Zal, kamu bilang sedang ada praktikum, kenapa ternyata malah ada disini?"
"eumm.. maaf.. aku.. emm"
Hah? suara Putra? aku mendekatkan telingaku dengan pintu toilet pria.
"Saya tidak mau kamu keluyuran dan hanya main-main, apalagi berani berbohong pada saya"
"maaf.."
Suara putra terdengar lirih. Kelihatannya penting banget pembicaraannya.
Tiba-tiba pintu terbuka dan menabrakku hingga tubuhku hampir jatuh ke depan.
"eh eh!" aku terkejut saat mendapati Ayahku dan Putra lah yang sedang berbicara di dalam toilet sedari tadi.
"Andi! kenapa ada disini?? bukannya tadi kamu ijin praktikum di lab??"
"emm.. iyaa.. itu Dad.. ah tadi praktikumnya diundur Dad"
"wait..? Dad?" Putra berseru.
Aku yang sedari tadi menunduk mulai mengangkat wajahku.
Aku menangkap gelagat tidak enak melihat ekspresi Dad dan Putra.
"Emh ya.. itu.. sebenarnya.. ah.. mungkin memang sudah waktunya.." Ayahku memijit pelipisnya dan mengusap mukanya perlahan.
"Kenapa Dad..? Apa yang sudah waktunya" aku menatap heran dan bingung dengan jawaban ayahku. Kulihat Putra menunjukkan sorot mata bingung dan gelisah namun tetap berusaha tenang.
"Ndi, kenapa kamu memanggilnya Dad? apa dia..."
"Oke oke saya yang jelaskan semuanya.. jadi Ndi.. sebenarnya.. Dad punya istri lain namun kami lama bercerai, dan saat bercerai kami memiliki seorang putra.. Jadi, dia.. Rizal Syah Putra.. adalah kakakmu.."
Bagaikan disambar petir! aku mematung, tidak tau harus bereaksi apa.
"Maaf Ndi, bukan maksud Dad menyembunyikan hal ini. Meskipun telah cerai, tapi Dad tidak bisa lepas dari tanggung jawab. Jadi selama ini Dad masih tetap kontak dengan putra Dad satunya. Tapi Dad sayang kalian semua, Dad tidak pernah pilih kasih kan kepada kalian? Dad sayang kalian guys.."
Ayahku merangkul kami berdua dengan erat dan terharu.
Aku menoleh pada Putra yang juga mematung.
"Sekarang Dad sudah lega, ternyata anak-anak Dad akrab dengan sendirinya, mungkin darah ini lah ya mempertemukan kalian, Lihat Zal, ini adikmu! Andi, ini Rizal kakakmu!"
Ayahku tersenyum senang dan matanya berkaca-kaca. Aku tau ayahku senang, dan seharusnya aku senang juga.. but..
but... he is my BF Dad..
ni gw baru baca kumpulan cerita misterinya @lolik
ati2 di belakang lo ada yg ngikut baca hihihih ...
@yuzz good job. patut diacungi jempol gajah
btw, makasi ya om @bi_ngung, masi mau meramaikan trit ini. trit yg bikin betah pas awal2 gabung bf #terharu
udahh apdett tuhhh )
big thanks to om @bi_ngung yg bikin ide guweh nongol dan akhirnya nulis lagi setelah sekian lama..
tarik tarik..
@line @andhi90 @iuss @sinjai @elsa @littlepigeon @arif_jogja @moonlight_shadow @indra_hunks @whysoasian @danielsastrawidjaya @nutrijell @ridz apasik mensyenin iky @gulali @silverrain @totalfreak @masdabudd @idhe_sama dsb dsb
baca page 11 dari punya om @bi_ngung yaw