It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
wah, noted. makasih nih udah berbagi.
Yes, yes, yes. Kamu harus baca Prague Cemetery. Novel ttg konspirasi zionisme yg membongkar secara vulgar, kenapa kebanyakan teori konspirasi itu sebenernya 'kotoran-kerbau'.
Saya masih heran (no offense) ada anak sastra Jerman yang belum membaca Alfred Döblin. Haha. Maksudnya, melewatkan Döblin seperti belajar sastra Amerika dg melewatkan Hemingway/Melville. Sesuatu yang, semacam, 'masa sih'. Haha.
@lightsaber Ada beberapa nama penulis yg menggunakan gaya seperti Kafka, seperti
- Jose Saramago (start dg Blindness, rasakan sensasi kegilaan tokoh-tokohnya),
- Italo Calvino (Invisible Cities selalu jadi buku yang menyenangkan untuk dibaca berulang kali dg penemuan baru di setiap pembacaannya),
- Haruki Murakami (bahasanya sederhana, down-to-earth, jadi milih bukunya yg mana aja gak masalah),
- Herman Hesse (baru dua bukunya yg dibaca sih, tp baca buku2 Hesse spt baca dongeng),
- Jorge Luis Borges (terkenal dg cerpen-cerpen jeniusnya, yg mirip-mirip dg gaya narasi The Trial-nya Kafka),
- Milan Kundera (tipe penulis yang novel-novelnya 'suka banget atau nggak banget')
- Dan tentu saja, seseorang yang bisa lebih hebat dan melampaui Kafka dan tak ada yang bisa menandinginya hingga detik ini: Gabriel García Márquez.
Ngomong-ngomong, karena kamu pernah mengulas Metamorphosis Kafka di kelas sastra, saya jadi penasaran dg pertanyaan klise, si Gregor Samsa itu sebenernya berubah jadi apa sih? Karena di tiap terjemahan suka berbeda-beda, ada yang menuliskannya sbg kutu, kumbang, kecoa, bahkan lalat.
Saya sendiri, gara-gara nonton film The Fly (1986)-nya David Cronenberg, jadi membayangkan Samsa berubah menjadi sosok semacam lalat--betewe, film ini meski sekelas horor grindhouse klasik, tapi efek nyeni-nya masih ada. Dan saya curiga film ini terinspirasi sama Metamorphosis mengingat ending dan temanya mirip-mirip.
Jadi, sebenarnya kafka tidak pernah menuliskan perubahan yang dialami Gregor Samsa menjadi seperti serangga tipe atau jenis apa. Ia hanya menulis itu saja. Sedangkan penggambaran menjadi seekor kecoa, kutu, lalat, atau lainnya itu hanya interpretasi masing-masing.