It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
NIKMATILAH KOPINYA, BUKAN CANGKIRNYA
oleh Muhammad Ali pada 1 Desember 2011 jam 9:58
Suatu hari sekelompok alumni sebuah universitas yang telah mapan dalam karir masing-masing berkumpul dan mendatangi profesor kampus mereka yang telah tua.
Percakapan segera terjadi dan mengarah pada komplain tentang stres di pekerjaan dan kehidupan mereka.
Setelah menawari tamu-tamunya kopi, profesor pergi ke dapur lalu kembali dengan poci besar berisi kopi dan cangkir berbagai jenis,ada dari porselin, plastik, gelas, kristal, dan gelas biasa. Beberapa di antaranya adalah gelas mahal yang sangat indah.
Lalu professor mengatakan kepada para mantan mahasiswanya untuk menuang sendiri kopinya.
Setelah semua mahasiswanya mendapat secangkir kopi di tangan, professor itu mengatakan, "Jika kalian perhatikan, semua cangkir yang indah dan mahal telah diambil, yang tertinggal hanyalah gelas biasa dan yang murah saja.
Meskipun normal untuk menginginkan hanya yang terbaik bagi diri kalian, tapi sebenarnya itulah yang menjadi sumber masalah dan stress yang kalian alami.
Pastikan bahwa cangkir itu sendiri tidak mempengaruhi kualitas kopi.
Dalam banyak kasus, itu hanya kelihatan lebih mahal. Tapi di kasus lain, bahkan menyembunyikan apa yang kita minum.
Apa yang kalian inginkan sebenarnya adalah kopi, bukanlah cangkirnya,
namun kalian secara sadar mengambil cangkir terbaik dan kemudian mulai memperhatikan cangkir orang lain.
Sekarang perhatikan hal ini :
Kehidupan bagai kopi, sedangkan pekerjaan, uang, dan posisi dalam masyarakat adalah cangkirnya.
Cangkir bagaikan alat untuk memegang dan mengisi kehidupan.
Jenis cangkir yang kita miliki tidak mendefinisikan atau juga mengganti kualitas kehidupan yang kita jalani.
Seringkali, karena berkonsentrasi hanya pada cangkir, kita gagal untuk menikmati kopi yang Tuhan sediakan bagi kita.
Tuhan memasak dan membuat kopi, bukan cangkirnya.
Jadi, nikmatilah kopinya, jangan cangkirnya."
Sadarilah, jika kehidupan itu lebih penting dibanding pekerjaan,
jika pekerjaan itu membatasi diri dan mengendalikan hidup, maka sebenarnya akan menjadikan diri kita sebagai orang yang mudah diserang dan rapuh akibat perubahan keadaan.
Pekerjaan akan datang dan pergi, namun itu seharusnya tidak merubah diri kita sebagai manusia.
Pastikan kita membuat tabungan kesuksesan dalam kehidupan selain dari pekerjaan yang kita jalani.
Dan pastikan kita menjadi keajaiban bagi diri sendiri dan orang lain.
Sumber E-Book : Be a miracle person
Posted by iman under: BERBANGSA; POLITIK .
pansus“ dan sejarah akan menulis disana, diantara benua Asia dan benua Australia, antara lautan Teduh dan lautan Indonesia, adalah hidup suatu bangsa yang mula mula mencoba untuk hidup kembali sebagai bangsa. Akhirnya kembali menjadi satu kuli diantara bangsa bangsa – kembali menjadi een natie van koelies, en een kolie onder de naties. “
( Soekarno – Tahun Vivere Pericoloso – 1964 )
Apa yang kita lihat baru baru ini, drama panggung wakil rakyat di DPR menunjukan memang benar sebagai bangsa kuli. Seperti di pasar, para kuli kuli panggul saling berebutan. Juga di parlemen. Saling ejek, dorong dorongan, mencaci, berteriak. Semua tanpa martabat.
Kalau sudah begini apa yang diharapkan dari mereka sebagai representasi rakyatnya.
Ditengah persidangan ada mencoba membacakan puisi segala. Oh My God, apakah orang itu mencoba seperti Nyoto yang ditengah perdebatannya dengan Natsir – dalam sidang konstituante tahun 50 an – sempat menyelipkan puisi. Namun masih indah dan kontekstual. Karena Nyoto seorang penyair. Hiruk pikuk sidang masa itu tetap elegan dan bermartabat.
Hari ini saya makan siang dengan aktor Alex Komang, dan kami berbicara tentang betapa memalukan seniman atau artis yang duduk di dewan. Mereka berceloteh sama dengan politikus lainnya. Tidak bermutu. Sambil setengah mengejek Alex mengatakan, tentu lain kalau yang duduk seniman kaliber Rendra yang kita tahu integritasnya dan bahkan bisa menyelipkan puisinya dalam persidangan secara elok.
Pun. Kita tidak bisa protes tentang kualitas anggota dewan, karena kita yang memilihnya. Para golongan putih yang angkanya hampir mencapai 40 % dari calon pemilih juga hanya bisa menggerutu. Memilih salah tidak memilih juga salah, karena akhirnya – hanya kiasan – hanya koeli yang memilih koeli.
Tanpa merendahkan mereka yang sudah ikut memilih wakilnya, kenyataannya para wakil rakyat ini memang benar benar memalukan.
Ini adalah konsekuensi dalam sistem politik demokratis, dimana kekuatan partai didasarkan pada kepopuleran partai dimata orang banyak, khususnya pemimpin partai itu. Lihat saja, struktur masyarakat Indonesia yang sebagian besar tingkat pendidikannya rendah dan berbasis agraris, masih melihat kepada karisma pemimpin partai. Bukan kepada program kerja. Selain itu vote getter partai seperti artis atau orang orang popular bisa membuat bias pada akhirnya. Mereka tidak bodoh, tetapi cukup pintar untuk bisa memahami dinamika rakyat.
Ada beberapa kenalan artis yang saya sering bekerja sama, sehingga saya hanya terkekeh kekeh dalam hati ketika melihat mereka duduk di dewan. Lha selama proses syuting saja mentalnya minta dilayani di nomor satukan, bagaimana bisa kini harus merubah mental menjadi pelayan rakyat.
Sekali lagi Alex tidak salah, ketika mencibirnya.
Setelah sekian lama anggota legislatif menjadi bayang bayang eksekutif selama masa orde baru, kini mereka sadar telah menjadi kekuatan yang harus diperhitungkan. Bisa seenaknya memanggil menteri, menjadi raja ketika berkunjung ke daerah. Juga berpikir bisa menentukan hitam putihnya negeri ini.
Baru baru ini saya bertemu seorang teman yang menjadi anggota fraksi di sebuah hotel. Teman waktu jaman jahiliyah dan masa kelam. Pendidikannya hanya SMA, dan membeli ijasah sarjana dari perguruan tinggi tidak jelas. Dia bisa masuk partai, setelah mengkoordinir cap jempol darah wilayah Jakarta untuk seorang pemimpin partai.
Kini dengan gayanya yang parlente, memakai jas dan pin emas didadanya. Ia tampak sedang berbicang bincang dengan koleganya. Agak canggung dia, mungkin dia ingat masih punya hutang kepada saya sejumlah uang yang tidak pernah dibayarnya. Padahal saya sendiri sudah melupakannya.
“ biasalah kami lagi rapat untuk memikirkan negeri ini “. Ia menyapa sambil buru buru pergi.
Manusia memang berubah, juga ketika mereka menjadi anggota dewan. Tak heran Sok Hok Gie pernah mengirimkan bedak kepada teman temannya yang duduk di parlemen agar mereka tetap cantik di muka penguasa.
Secara menyedihkan, ia mengatakan pada akhirnya orang yang tadi idealis akan tergilas dan masuk ke dalam sistem itu.
Ini bukan hanya dia, masih banyak anggota yang entah dari mana sim salabim tiba tiba duduk dengan jas parlentenya. Seolah menjadi pembawa suara rakyat.
Tiba tiba mata saya terasa berkunang kunang membayangkan masih lama 4 tahun lagi kita melihat wakil wakil kita seperti Burisrawa tertawa tawa di panggung ketoprak. Tak perduli apakah penonton suka atau tidak. Walau kita berteriak ‘ huuuuuuuuuuu ‘ mereka tetap pura pura tidak mendengar. Tidak ada sistem yang memungkinkan partai partai merombak total komposisi anggotanya di dewan. Jadi kita sebagai rakyat dipersilahkan menelan saja apa yang dihidangkan.
Kualitas negeri ini ditentukan dengan kualitas wakil rakyatnya. Saya kok pesimis reformasi yang telah digulirkan sejak 1998 akan berjalan sia sia. Bagaimana tidak, jika kita hanya memiliki kualitas koeli di gedung parlemen.
foto : detik.com
Posted by iman under: TOKOH .
Ali Sadikin 1967
Dipenghujung kekuasaannya, Bung Karno kebingungan untuk memilih Gubernur Jakarta yang baru. Dari beberapa nama yang disodorkan – termasuk beberapa jendral angkatan darat – tak seorangpun yang cocok. Saat itu dr. J. Leimena, waperdam menyebut nama Jenderal KKO itu kepada Bung Karno.
“ Ali Sadikin, orang menyebutnya een koppig heid. Keras kepala “.
Namun justru dia yang dipilih Bung Karno. Pada 28 April 1966, Mayor Jendral KKO Ali Sadikin dilantik sebagai Gubernur Jakarta diusianya ke 37 tahun.
Dalam sambutannya Presiden pertama Republik Indonesia itu menyebutkan, bahwa Jakarta membutuhkan seorang yang keras kepala untuk menertibkan para ndoro ayu dan tuan tuan yang suka seenak perutnya saja. Lebih lanjut ia mengatakan kelak suatu hari, orang akan mengenang apa yang telah dikerjakan oleh Ali Sadikin. ‘ Dit heft Ali Sadikin gedaan ‘. Inilah yang telah dilakukan oleh Ali Sadikin. Pidato Bung Karno telah memacu Gubernur baru ini untuk membawa perubahan pada Jakarta.
Dalam perjalanannya, Ali Sadikin kebingungan dengan kecilnya uang anggaran yang dimiliki ibu kota negara ini. Hanya 66 juta rupiah anggaran pertahunnya. Sepertiga dari pemasukan daerah, dan duapertiga dari subsidi pemerintah pusat.
“ Kita tak mungkin bisa memberi pelayanan terhadap penduduk “ keluhnya.
Disatu sisi ia melihat judi judi gelap disetiap pojok kota Jakarta. Liar dan bertebaran. Ali Sadikin melihat peluang lalu berkonsultasi dengan Bapak Jumadjitin , seorang tua yang sangat dihormati karena telah berpuluh tahun berkarir di Gubernuran.
Ternyata menurut Jumadjitin ada Undang Undang No 11 tahun 1957 dimana Gubernur dan Kepala daerah berhak memungut pajak atas judi. Selama ini tak ada yang berani melakukannya. Hanya Ali Sadikin yang berani melakukannya. Jadilah ia meresmikan judi di Jakarta. Sebuah kebijakan yang tak popular. Ironisnya dari pajak judi ini, Jakarta bisa membangun sekolah sekolah, pasar, proyek kampung Mohamad Husni Thamrin ( MHT ), gelanggang olah raga, pusat kesenian, kebun binatang, puskesmas sampai jalan raya.
Dengan tegas berani mengatakan ia rela menanggung resiko – termasuk resiko di akhirat – dengan menyekolahkan anak anak terlantar dari uang pajak judi.
Ia juga mengembangkan sisi lain dari ibu kota dengan membuat tempat hiburan Taman Impian Jaya Ancol yang dulunya bernama pantai Bina Ria. Juga kebun binatang ragunan dan Taman Mini Indonesia Indah , walau sebagian menuding Ibu Tien Soeharto ada di balik proyek TMII.
Ketika ia diserang, dengan entengnya ia berkata di depan anggota dewan. Tak perduli.
“ Bapak bapak silahkan naik helikopter saja karena seluruh jalan jalan di Jakarta dibangun dari uang judi “.
Ia beralasan bahwa bagi sebagian orang, terutama keturunan Tionghoa, judi merupakan budaya yang biasa dilakukan, dan ia memang tidak memperkenankan orang Islam memasuki arena judi. Seperti yang dilakukan oleh sebuah pusat judi di Genting, Malaysia.
“ Kalau ada orang Islam main judi bukan berarti gubernurnya yang brengsek “. Katanya lagi. Namun ia juga tak menutup mata, sulitnya mencegah orang Islam sendiri yang datang ke meja judi.
Ali Sadikin juga melokalisasi pelacur pelacur dalam sebuah tempat di Kramat Tunggak, Jakarta Utara. Sebelumnya para pelacur pelacur terbiasa tersebar menjajakan dirinya dengan bebas di setiap jalan jalan Jakarta. Bahkan dengan berkeliling kota naik becak.
Dengan demikian pemerintah kota bisa mengontrol prostitusi sekaligus memberikan penyuluhan dan bimbingan kesehatan.
djkt-pancoran
Cerita lain tentang Ali Sadikin, yakni sosok temperamennya. Walau ia menggangap itu sebagai bentuk cara untuk berdisiplin. Suatu waktu dia melihat seorang truk yang jalannya ugal ugalan di jalanan. Serta merta ia memerintahkan supirnya menyusul truk itu dan memberhentikan.
“ Plakkk “. Ia menempeleng supir truk itu seketika, lalu menasehati.
Begitu juga ketika ada seorang kontraktor pemerintah kota yang ingkar janji dalam menyerahkan pasokan semen untuk proyek proyek ibu kota. Ketika dipanggil pertama kali, ia tidak datang. Kedua kali juga tidak datang. Baru panggilan ketiga kontraktor itu bisa datang. Sang gubernur langsung menyemprotnya dan memberi hadiah tempelengan. Selanjutnya kontraktor tersebut selalu menepati janjinya. Sebuah treatment yang manjur.
Tentu saja kita tidak bisa membayangkan jaman sekarang ada pejabat yang menempeleng para pengusaha pengusaha kroninya.
Bagaimanapun Jakarta semestinya berhutang budi dengan Ali Sadikin. Ia menciptakan konsep pembangunan yang terencana. Kita harus mengakui Ali Sadikin adalah orang besar apapun kontroversial kebijakannya. Ia bisa mengubah kota Jakarta menjadi kota Internasional dengan cepat berdiri sejajar dengan kota kota lain di dunia.
Planologinya tentang kota besar justru dirusak oleh penerusnya. Sudah sejak lama ia memperkirakan kemacetan, dan puluhan tahun yang lalu ia sudah memikirkan konsep transportation massal dan subway.
Orang besar itu telah meninggal. Meninggalkan jejak jejak pembangunannya yang masih bisa dirasakan sampai sekarang puluhan tahun sejak ia turun dari kursi Gubernur.
Benar kata Bung Karno. Semua orang akan selalu mengingatnya. Inilah yang telah dilakukan Ali Sadikin. ‘ Dit heft Ali Sadikin gedaan “.
Selamat jalan Bang Ali.
Posted by iman under: BERBANGSA; SEJARAH; SOEKARNO .
soekarno-hatta
Kita selalu memikirkan proklamasi dengan renungan beratnya jaman penjajahan. Orang orang Belanda dan Jepang adalah musuh yang yang harus dibasmi habis. Bahkan ketika malam menjelang pagi tanggal 17 Agustus 1945. Para golongan muda masih mencari musuh bersama, yakni golongan tua yang dianggap sebagai kaki tangan Jepang. Padahal tujuannya sama sama mulia. Ingin secepatnya memerdekan Indonesia.
Sejak awal para golongan muda sudah merasa Soekarno , Hatta dan golongan tua lainnya sebagai pengecut, tidak percaya diri karena masih tergantung dengan panitia persiapan kemerdekaan bentukan Jepang.
Lihat saja teks proklamasi versi Sukarni yang mewakili golongan muda “ Bahwa dengan ini rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Segala badan badan Pemerintah yang ada harus direbut oleh rakyat, dari orang orang asing yang masih mempertahankannya “.
[img][/img]
Isi teks ini tentu saja tidak memuaskan Soekarno – Hatta yang khawatir jika Jepang akan menghantam rakyat habis habisan.
Adu urat leher menjelang sahur, akhirnya mencapai kesepakatan. Sayuti Malik mengetik naskah proklamasi tersebut.
“ Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal hal yang mengenai perpindahan kekuasaan dan lain lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat singkatnya “.
Tepat pukul 4 dini hari, Soekarno membacakan naskah ini di hadapan peserta sidang dengan tempo yang perlahan, agar semua bisa menangkap kata demi kata sampai habis. Lagi lagi Sukarni mendebatnya. Ia mengatakan teks ini lemah, tidak revolusiner dan tidak memiliki kepercayaan diri sendiri, untuk lepas dari kekuasaan Jepang.
Namun golongan tua yang lebih rasional dan mengutamakan keamanan diatas segalanya mempertahankan teks proklamasi yang sudah jadi.
Sekarang dengan segala pencapaian bangsa ini. Kita sesungguhnya tidak pernah percaya diri. Musuh penjajah telah tiada. Tetapi manusia selalu memerlukan musuh. Tanpa musuh hidup terasa hambar dan tak ada gairah.
Jadilah di time line kita menemukan musuh musuh.
Tiba tiba saya sadar betapa nyinyir-nya saya. Dengan mudah kita memilih siapa yang akan kita caci maki. Fauzi Bowo, adalah musuh bagi mereka yang mendambakan bisa memacu mobilnya 50 km perjam di jalanan Jakarta.
Kita menciptakan musuh lainnya. Arab arab yang telah memperkosa dan memukuli wanita wanita desa yang rela menjadi babu disana. Kita bukan menyalahkan kenapa negeri ini tidak bisa memberi hidup yang layak. Sehingga para wanita itu rela meninggalkan suami dan anaknya demi segepok real dan dollar.
Ada juga yang memiliki musuh abadi. Amerika dengan segala macam produk baratnya yang mengancam identitas budaya dan moral bangsa. Lucunya mereka juga berburu kuis kuis berhadiah Ipad.
Jadi kalau sekarang kita masih takut pengaruh, takut dengan dampak barat artinya kita masih belum menjadi diri kita sendiri. Masih trauma dengan mimpi buruk penjajahan. Padahal kita telah merdeka.
Kita juga memiliki musuh musuh baru. Gambar gambar brengsek tentang institusi lembaga negara. DPR yang korup, juga polisi yang pilih kasih. Walau tidak semua anggota DPR seperti Nazarudin. Juga tidak semua korps Bhayangkara seperti perwira perwira Polisi yang menerima sogokan motor Harley Davidson.
Ini mungkin gejala kita tidak pernah percaya diri. Mungkin tidak bisa disalahkan, keran akumulasi kekecewaan yang mendalam. Namun kita lupa musuh sesungguhnya adalah kebodohan dan kemiskinan. Kita membiarkan bangsa kita bodoh sehingga tak bisa membedakan mana emas atau loyang ketika masa pemilihan umum. Kita juga diam diam masih berusaha menyogok 50 ribu kepada Polisi, daripada repot repot menghadiri sidang di pengadilan.
Kita juga lebih senang dengan proses instant. Misalnya mengumpulkan sekian milyar untuk sumbangan TKI yang diancam hukuman mati, daripada menggunakan proses advokasi atau hubungan antar Pemerintahan. Bayangkan kita masih memiliki ratusan TKI yang masih antri di penjara Arab menunggu putusan.
Sudah saatnya kita kembali ke nurani. Hati nurani kita memang tidak mengajarkan untuk tidak semata mengejar kenikmatan duniawi, tetapi juga bukan mencari musuh yang tidak perlu. Kesederhanaan adalah ciri orang orang merdeka. Yang tak perlu menjadi center of universe atas nama kemanusiaan.
Menjadi dirinya sendiri, tanpa pamrih harus gembar gembor atas nama kemandirian. Mandiri yang mana ?
dibawah bendera revolusi
Kita tak pernah bisa memperbaiki sistem yang bobrok tanpa aksi. Kebanyakan nyinyir tidak akan menyelesaikan masalah.
Dalam spanduk spanduk yang dibentangkan oleh Kabinet Hatta “ Untuk mencapai Demokrasi yang sempurna, berantaslah buta huruf “. Maka Bung Karno turun tangan sendiri, mengajar membaca a-u-i-e-o-b-c-d di alun alun Jogyakarta.
Para Tuan dan Nyonya yang ingin jalanan lancar, tak mau berkorban untuk sekali waktu memarkir mobilnya di garasi saja, dan mencoba metromini yang sumpek atau bus way.
Subuh 66 tahun yang lalu, sebelum pulang ke rumah masing masing, Soekarno dan Hatta menyelesaikan pekerjaan besarnya dengan menikmati sahur berdua di dapur rumah Laksamana Maeda. Suhu badan Soekarno masih tinggi karena demam yang belum sembuh.
Mereka duduk sendiri tanpa bercakap cakap. Terlalu lelah hari itu. Namun jalan pikiran mereka tetap menerawang. Bertanya tanya, siapa musuh musuh kemerdekaan kelak.
Sampai hari ini kita masih terbata bata menjawab pertanyaan mereka.
Dirgahayu negeriku.
Posted by iman under: GAYA HIDUP; INDONESIANA .
babi terbang
Dalam bukunya ‘Manusia Indonesia ‘ Mochtar Lubis menulis ciri ciri manusia Indonesia. Salah satunya adalah superstitious , percaya dengan takhayul atau hal hal yang tidak masuk akal. Ini tidak melulu berhubungan dengan setan, jin dan sebagainya. Bisa juga pola pikir yang tidak rasional atas sikap ekspektasi terhadap suatu hal, yang ujung ujungnya adakah jalan pintas. Budaya tradisi bangsa kita menulis cerita cerita seperti ini. candi yang dibangun semalam sampai pemahaman Ratu adil.
Jadi jangan salahkan kalau Joko Suprapto bisa mengklaim menemukan teknologi membuat bensin dari air. Salahkan mereka para penguasa yang bermimpi menemukan jalan pintas untuk memakmurkan bangsanya.
Galileo Galilei divonis mati karena mendukung teori Copernicus bahwa matahari adalah pusat tata surya. Teori ini bertentangan dengan gereja – waktu itu – yang menggangap bumi adalah pusat tata surya. Ia mengatakan, ‘ Kebenaran adalah aboslut dan saya akan membawanya ke nereka ‘.
Joko tentu berkilah dengan dukungan tersirat Wapres Yusuf Kala, bahwa jaman dahulu semua penemu dianggap gila. Seperti Thomas Alfa Edison dan Alexander Graham Bell. Pada akhirnya jaman membuktikan mereka tidak gila dan umat manusia harus berterima kasih kepada mereka.
Tentu Joko Suprapto bukan Galileo yang tegar sampai akhirnya hayatnya hidup di pengasingan di Arcetri, Italia. Joko harus membuktikan bahwa ia tidak gila dan memenuhi aspirasi sebagian orang di negeri ini . Sesuatu yang dinamakan harapan.
Jalan pintas membuat akal pikiran kita terbelenggu oleh janji janji. Apakah itu palsu atau tidak. Bahkan seorang Sawito jaman dulu pernah membius pikiran proklamator Bung Hatta, tokoh Islam Buya Hamka sampai Kardinal Darmoyuwono untuk menyetujui menandatangani surat pelimpahan kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada dirinya. Ia digambarkan sosok ratu adil yang akan membawa kepada kejayaan bangsanya. Pada akhirnya Sawito diseret dengan pasal subversi karena tidak ada pasal orang gila.
Juga ketika Menteri Agama kabinet Megawati yang bermimpi mendapatkan harta karun hanya dengan menggali situs sejarah.
Tentu masih ingat dengan berita harta karun deposito orde lama yang disimpan di Bank Bank Swis sehingga membuat Presiden Soeharto membentuk team khusus untuk memburu harta peninggalan itu yang jumlahnya ribuan trilyun dan bisa mensejahterakan bangsa ini.
Sebuah pemerintahan yang dijalankan dengan perpaduan kultur klenik tentu melecehkan para orang yang berpikir waras, seperti misalnya pegawai BPPT atau Kementrian Ristek yang sama sekali tidak dilibatkan dalam proyek Blue Energy.
Kita sekali lagi selalu berkiblat dengan jalan pintas, dalam segala ruang kehidupan. Dimana yang dinamakan bersyukur dengan apa yang kita miliki dan mencoba hidup didalamnya. Apapun bentuknya dan jalannya.
Ada teman wanita saya selalu mengeluh karena dadanya kecil, dan ia selalu mengimpikan memiliki buah dada besar. Padahal di belahan dunia sana, mungkin dada rata lebih sensual.
Gwyneth Paltrow tetap masuk dalam salah satu wanita tersexy di dunia walau dadanya rata. Entah kebetulan atau tidak, begitu ia mengetahui saya akan membuat film iklan cream pembesar payudara. Ia langsung menelpon
“ Bisa minta sample produknya ? “.
Ini serba sulit. Pertama saya harus terpaksa mau tidak mau mencasting wanita wanita berdada semog sekaligus memenuhi ekspektasi teman saya yang mau mencoba obat cream itu. Kedua, saya memang harus pragmatis. Ya sudahlah, mungkin ini juga jalan pintas saya mendapatkan uang bagi liburan anak saya.
Jalan pintas membutakan akal sehat.
Pemimpin negeri ini, Elite poltik. Saya takut teman saya kelak akan mengatakan.
“ Kebesaran adalah absolut dan saya akan membawanya ke tempat tidur ! “
Posted by iman under: BUKU; ORDE BARU; SEJARAH .
buku
Membaca buku “Neraka Rezim Soeharto “ seperti membawa kita menuju sebuah alam dunia lain, yang hampir tak pernah kita bayangkan. Ini cerita tentang tempat penahanan dan kisah penyiksaan terhadap yang menentang rezim orde baru. Sebuah misteri tempat penyiksaan yang tak pernah dipublikasikan. Buku ini dikisahkan oleh mereka yang selamat dan bisa keluar hidup hidup dari ‘ neraka ‘ itu. Sungguh menyesakan bahwa sebuah sistem kekuasaan bisa membuat seseorang kehilangan mata hati serta nurani kemanusiaannya.
Ada beberapa tempat yang sering dipakai sebagai ladang pembantaian terhadap tahanan seperti rumah di Jl Gunung Sahari yang disebut rumah tahanan Kalong dan bekas kantor Kodim Jakarta Timur. Kedua tempat itu umumnya untuk tahanan PKI, disamping Rumah Tahanan Militer Jl. Budi Utomo. Kemudian kantor polisi militer di Jl Guntur, rumah di Jalan Kramat yang disebut Kremlin dan bangunan di kebayoran lama yang biasa disebut Gang Buntu untuk tahanan peristiwa tanjung priok, Talang sari lampung, pemboman bank BCA, Kasus Malari atau pembajakan pesawat Garuda ‘ Woyla ‘.
Juga kisah para mahasiswa yang diculik oleh sebuah kesatuan militer yang menyekapnya di tempat kesatuannya di daerah Cijantung dan Serang, Jawa Barat.
Mereka yang ditahan mengalamai pemyiksaan secara brutal dan kejam seperti dipukuli sampai babak belur, dicambuk dengan buntut ikan pari, disetrum, kuku dicopot, direndam di bak yang penuh lintah sampai akhirnya yang bernasib sial mati ditembak atau ditenggelamkan di laut.
Tentu saja proses interogasi tidak didampingi pengacara, dan terserah kapan saja tentara yang memanggilnya. Untuk merendahkan harga diri tahanan, umumnya mereka diinterograsi sambil telanjang, tak kecuali tahanan wanita.
Sistem sel dan kamar tahanan dibuat sedemikian rupa berdekatan dengan ruang interogasi, sehingga para tahanan bisa mendengar jeritan mereka yang disiksa. Lokasi tahanan ini adalah tempat ‘ yang tak tercatat ‘ dan memang tak melewati sistem peradilan yang jujur.
Dalam ruang penyiksaan ini, mereka dipaksa untuk membongkar jaringan dan teman temannya yang belum tertangkap. Jika para penyiksa belum mendapat informasi yang mereka mau, mereka mengembalikan tahanan yang sudah babak belur ke dalam sel dan mengambil korban berikutnya. Bahkan ada seorang tahanan yang kakinya patah, setelah mendapat perawatan, kembali di siksa dengan kakinya masih dibungkus gips.
militer1
Jangan berharap Tuhan ada disini, demikian maki seorang tentara yang menggunting jilbab seorang tahanan wanita yang tersangkut kasus Tanjung Priok, saat ia berteriak “ Allahu Akbar “ ketika disiksa.
Suatu malam ada seorang tahanan yang kedinginan dalam selnya. Tiba tiba seorang tentara melempar Jaket. Ia berterima kasih, dan langsung memakainya. Karena gelap, ia tak melihat bahwa Jaket itu sudah dipenuhi oleh semut semut, sehingga sekujur badannya bengkak bengkak.
Seorang tahanan petinggi kelompok Warsidi, Lampung suatu saat kehausan. Ia langsung meminum ketika disodori air, yang ternyata air dari got selokan.
Semua petinggi militer disini memiliki ‘ lisence to kill ‘ yang tak perlu dipertanyakan. Hanya Tuhan dan mereka yang tahu kapan harus mencabut nyawa tahanan.
Para mahasiswa yang diculik menjelang jatuhnya rezim orde baru juga mengalami siksaan yang maha dasyat. Andi Arief, ketua Solidaritas Mahasiswa Indonesia Untuk Demokrasi mengalami siksaan psikologis dimana matanya ditutup selama sepuluh hari, sambil terus dipukuli. Mereka biasanya ditidurkan sambil telanjang diatas balok es, disetrum alat kemaluannya atau digantung dengan kepala dibawah. Beberapa dari mereka tak pernah kembali dan tak jelas dimana kuburannya seperti Bimo Petrus atau Deddy Hamdun.
Tentu saja kita tak bisa menampik bahwa ini adalah kebijakan yang direstui oleh pemimpin militer atau Presiden Soeharto, karena mereka bisa berbulan bulan atau lebih dari setahun berada dalam tahanan yang dirahasiakan. Justru sempat terjadi pergantian Pangab dari Faisal Tanjung ke Wiranto.
Neraka ini benar benar nyata ada di negeri kita, lebih brutal daripada kisah tahanan Stalin, Hitler atau Jepang jaman Perang Dunia ke II. Bahkan sejarah kediktatoran rezim orde lama tidak pernah mencatat bentuk kekejaman seperti ini. Umumnya pada jaman itu tahanan politik mereka yang terlibat dalam pemberontakan dan separatisme, DI /TII, PRRI / Permesta maupun Masyumi dan PSI yang duduk dalam pemerintahan PRRI / Permesta. Bukan mereka yang menentang secara langsung paham Nasakom. Sehingga Partai Katolik, Himpunan Mahasiswa Islam atau Bung Hatta yang jelas menolak komunisme tidak pernah dibubarkan atau ditahan. Sementara Soeharto yang atas nama Pancasila dengan mudahnya menjebloskan mereka mereka yang menolak ideologi ini. Padahal tidak seperti Soekarno yang mengalami ancaman pembunuhan secara langsung seperti pemboman granat dan penembakan. Soeharto juga tidak pernah mengalami rasanya hidup di penjara.
Sejarah memang akan terbuka pada akhirnya, dan dengan mempelajari sejarah, kita akan lebih mengenal diri kita sendiri. Yang jelas setelah membaca buku ini saya hanya bersyukur bahwa Momon tidak hidup dalam jaman Soeharto. Sungguh Momon sangat beruntung.
Piyus Lustril4nang, aktivis yang kembali dari penculikan orang tak dikenal memilih jalan beresiko dengan menceritakan kejadian yang dialami kepada Komnas HAM. Ia lantas memilih terbang ke Belanda. Mengapa ia memilih menjadi aktivis dengan resiko tinggi?
Nama PIyUS LUSTRIL4N4NG melambung. Wajahnya menghiasi hampir semua media cetak nasional. Apalagi setelah ia dengan berani membeberkan kisah penyiksaan yang dialaminya selama dua bulan diculik oleh kelompok orang tak dikenal, di depan anggota Komnas HAM, Mayjen (Purn.) Samsudin dan Albert Hasibuan, serta puluhan wartawan dalam dan luar negeri, Senin, 27 April 1998 lalu.
Pius, Sekretaris Jenderal Solidaritas Indonesia untuk Amien dan Megawati (Siaga) akhirnya angkat bicara. Dengan kalimat terbata-bata, dan meneteskan air mata, ia bercerita tentang apa yang dialami selama berada di sel. Dengan ekspresi wajah yang serius dan tegang, Pius berkisah bahwa dirinya disiksa, disetrum, ditelanjangi di suatu tempat yang sampai sekarang tidak diketahui pasti entah di mana.
Jalan ini yang mungkin mengubah hidup Piyus. Ia harus meninggalkan Indonesia, negeri yang ia cintai, ke negeri Belanda. Pada awalnya, mungkin banyak orang yang tidak percaya dengan apa yang dilakukan anak muda kelahiran Palembang, 30 tahun lalu ini. Nyawalah taruhannya untuk bersaksi. Apalagi, setelah diketahui ia berada di Palembang, kepada pers Pius pernah mengatakan bahwa dirinya menghilang selama dua bulan untuk menenangkan diri.
Waktu berubah, Piyus akhirnya bicara. Dan orang bertanya-tanya, siapa anak muda ini? Ia tidak berasal dari keluarga aktivis, apalagi aktivis politik. Ia terlahir dari pasangan Profesor Djamilus Zainuddin (alm) dan Fransiska Sri Haryatni. Ayahnya, Guru Besar Fakultas Teknik Kimia, Universitas Sriwijaya Palembang, adalah anak pedagang hasil bumi asal Padang. Sedangkan ibunya berasal dari keluarga guru dari Yogyakarta. "Tidak ada dalam keluarga kami yang aktif di bidang politik, hanya Pius ini," kata Ny. Djamilus, Ibunda Pius.
Sang Ibu, sering berdoa agar anak yang lahir dari kandungannya nanti bisa menjadi bintang keluarga. Dan Pius kecil pun, tumbuh menjadi anak kecil yang periang. "Ia anak pintar omong, ini mungkin menurun dari neneknya yang tangkas berbicara di depan banyak orang," kata Ny. Djamilus kepada TEMPO Interaktif.
Setamat sekolah menengah atas De Brito Yogyakarta (1987), Pius mulai tertarik pada politik. Ia sering bergaul dengan mahasiswa UGM Yogyakarta yang saat itu tengah dilanda semangat ber-Golongan Putih. Selepas SMA, Piyus lebih memilih Jurusan Hubungan Internasional Fisipol Universitas Katolik Parahyangan Bandung, ketimbang kuliah di Sastra Perancis Universitas Padjajaran tempat yang semula diminatinya juga. Ia lulus dari Bandung pada tahun 1995.
Pada tahun 1989, untuk pertama kalinya Piyus terjun langsung berdemonstrasi. Ia bergabung dalam Badan Koordinasi Mahasiswa Bandung, juga ikut membela nasib petani Badega, Jawa Barat. Pada tahun 1990, Pius bergabung dengan KPM-URI. Tahun 1991, Pius bersama beberapa temannya mendirikan Komite Pergerakan Mahasiswa Bandung atau KPMB. Organisasi ini diikuti sebelas kampus di Bandung. Kemudian pada 1993, Pius merintis Aliansi Demokrasi Rakyat (Aldera), hingga berdirinya pada tahun 1994.
Menjelang Sidang Umum MPR, Maret 1998 lalu, bersama dengan seniman Ratna Sarumpaet, dan beberapa aktivis mahasiswa lainnya di Jakarta, Pius yang mengaku kagum akan Soekarno, Hatta dan Syahrir ini, mendirikan Solidaritas Indonesia Untuk Amien Rais dan Megawati, disingkat SIAGA. Organisasi itu lahir untuk mendukung Amien dan Mega sebagai calon presiden RI perode 1998-2003. Di SIAGA, Pius menjabat sebagai Sekjen.
Selama lebih dari sembilan tahun menjadi demonstran, setidaknya sudah tiga kali Pius menjadi korban keberingasan aparat keamanan. Pertama kali ketika membela petani Badega, Jawa Barat. Kedua kalinya, dalam sebuah demonstrasi mendukung Megawati (kasus 27 Juli) di Bandung, kala itu Pius mendapat luka memar di 14 tempat di sekujur tubuhnya. Dan yang terakhir, adalah penculikan yang sekarang ini.
Sikapnya untuk peduli kepada nasib orang kecil, tertanam dari keluarganya sebagai penganut Katolik yang taat. Ibunya, Ny Djamilus, Selalu menekankan kepada Piyus untuk bersikap asih kepada sesama, tidak lekas marah apalagi dendam. "Nilai-nilai itulah yang saya yakini dan saya ajarkan juga kepada Pius," katanya kepada TEMPO Interaktif.
Kiprah politik Piyus itulah yang tidak bisa dipisahkan dengan kasus penculikannya pada tanggal 4 Februari 1998. Ketika ia akan menjenguk seorang temannya yang sakit dan dirawat di RS Cipto Mangunkusumo, Salemba Jakarta, tiba-tiba ia disergap sekelompok orang tak dikenal. Kala itu, bersamaan dengan raibnya Piyus, Desmon J. Mahesa, Direktur LBH Nusantara, Jakarta juga tidak diketahui rimbanya.
Banyak analisis muncul berkaitan dengan menghilangnya dua aktivis LSM. Dari kalangan aktivis, diculik aparat keamanan untuk memuluskan jalan Sidang Umum MPR 1998 lalu. Dan hal inilah yang juga diyakini oleh ibunda Piyus. "Walaupun tidak ada orang yang memberitahu saya, akan keberadaan Piyus, saya yakin ia diamankan pemerintah berkaitan dengan Sidang Umum MPR," kata ibu yang aktif di Sebuah Yayasan Pendidikan Katolik di Pelembang, Sumatera Selatan ini.
Dan ketika ia "dimunculkan", Piyus memilih bersaksi di Komnas HAM, sebuah pilihan yang berani. Kesaksiannya itulah yang mengantarkan Pius harus meninggalkan Indonesia. Ia memilih Belanda, bisa saja untuk menenangkan diri. Paling tidak menghindari kekhawatiran atas ancaman dari para penculiknya yang akan menghabisi nyawanya jika ia menceritakan kejadian yang dia alami.
Pius memilih jalan berat itu. "Ia ingin menegakkan kebenaran, walaupun harus mati, seperti yang dialami Tuhan Yesus yang ia yakini," ucap Ibunda Piyus menirukan kata-kata terakhir Piyuus sebelum berangkat ke Jakarta.
Dialah orang pertama yang berani mengungkapkan penculikannya kepada dunia.
EB
23 Agustus 2011 pada 2:02 am | Ditulis dalam NASIONAL | Tinggalkan Komentar
SERGAP NTT ->
Secara resmi, Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra mencopot Pius Lustrilanang dari jabatannya sebagai Wakil Ketua Badan Urusan Rumah Tangga (BURT) DPR RI. Hal ini merupakan respon Gerindra akibat sikap Pius yang sebelumnya ngotot agar pelaksanaan pembangunan gedung DPR dilanjutkan. Meski akhirnya, kini, pembangunan gedung baru DPR dihentikan.
Pernyataan ini disampaikan oleh Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon kepada tribun, Senin (22/08/2011).
“Pak Pius, sekarang anggota fraksi Gerindra biasa. Ia tetap duduk sebagai anggota Komisi VII DPR, tapi tak lagi menjabat sebagai wakil ketua BURT DPR. Pius kini tak punya jabatan apa-apa, hanya anggota fraksi biasa,” ujar Fadli Zon.
Pius, kini posisinya digantikan oleh Nuriswanto. Fadli menegaskan, rotasi yang dilakukan adalah hal biasa, dan sebagai bagian dari bentuk penyegaran di internal fraksi Gerindra di DPR.
Sementara Ketua BAKN DPR yang sebelumnya dijabat oleh Sekjen DPP Partai Gerindra, Ahmad Muzani, kini digantikan oleh Sadar Subagyo. Ahmad Muzani, tetap pada posisi semula, sebagai anggota Fraksi Gerindra yang duduk di Komisi I DPR. (by. web)
Posted by iman under: ENERGI & PERTAMBANGAN; ENVIRONMENT; ORDE BARU; SOEKARNO .
Dayak SedihPani ( 25 tahun ), seorang pemuda dayak Ngaju yang tinggal di sekitar Manggu, Kalimantan Tengah. Sehari hari ia bekerja menyadap karet di hutan yang disetor kepada pengumpulnya. Tapi untuk beberapa hari ia berhenti bekerja, karena menjalani side job, pekerjaan sampingan sebagai extra talent dalam produksi syuting saya di Kalimantan.
Perjalanan ke Kalimantan ini benar membuka mata hati tentang apa yang terjadi di negeri ini. Dengan total perjalanan sebelumnya, kurang lebih 2 minggu team kami menjejahi keluar masuk hutan mulai dari Kalimantan Tengah, Selatan sampai ke timur.
Sebagai ilustrasi untuk mencapai Manggu, kami harus menempuh perjalanan dengan mobil selama 5 jam dari Palangkaraya. Itupun harus dua kali menyeberangi sungai. Apa yang kita lihat selain secuil hutan tersisa serta tanah yang kosong menyisakan akar dan bekas pokok pohon. Truk truk logging mengangkut kayu hilir mudik dengan kecepatan tinggi menembus hutan. Meninggalkan pertanyaan besar pada orang seperti Pani. Apa yang terjadi kelak ketika hutan ini habis.
[img][/img]
Disela sela syuting, Pani mengeluh tentang tanah adatnya yang tercabut karena masuk dalam kawasan eksplorasi perusahaan kayu. Ia tambah sulit melihat burung Enggang, yang semakin terdesak karena hutannya yang menipis.
Kini kue yang dinamakan Indonesia sudah semakin habis. Selama puluhan tahun tanah Indonesia yang diaduk aduk, dibongkar dan dibagi bagi untuk elite. Menyisakan potret buram tentang salah urus di negeri ini, karena mengabaikan amanat konstitusi , bahwa Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Dalam buku “ The New Ruller of the World “, John Pilger menggambarkan konferensi di Geneva, Swiss November tahun 1967. Dikatakan, Menyusul diperolehnya hadiah terbesar ( baca : turunnya Bung Karno ). The Time Life Corporation mensponsori konferensi istimewa yang dalam waktu 3 hari merancang mengambil alih kekayaan Indonesia.
Para pesertanya terdiri kapitalis kapitalis paling berkuasa di dunia seeprti David Rocklefeller, General Motors, Imperial Chemical Industries, British American Tobacco, Bristish Leyland, American Express, Goodyear, Siemens, US Steel, International Paper Corporation, AT & T, Caltex, perusahaan minyak, perbankan dan industri pertambangan lainnya.
Diseberang meja, duduk peserta dari Indonesia, yakni para ekonom ekonom top serta perantara – Jenderal Ibnu Soetowo – yang menghubungkan para industrialis barat dengan Soeharto, pemimpin baru Indonesia. Ibnu Soetowo yang saat itu sebagai Menteri Pertambangan & Perminyakan diperkenalkan kepada korporasi asing melalui Julius Tahija.
Suasana konferensi ini kelihatan posisi Indonesia yang berat sebelah. Situasi perekonomian Indonesia yang berantakan, membuat pilihan negosiasi yang terbatas. Ditambah para juru runding pihak Indonesia, terdiri dari teknokrat dan lawyer yang belum berpengalaman berhadapan dengan lawyer korporasi yang banyak makan asam garam transaksi.
Kalaupun ada lawyer Indonesia yang ‘ mumpuni ‘ dia sudah dihire oleh para korporasi, seperti Ali Budiardjo yang disodorkan Julius Tahija untuk membantu perundingan Freeport. Kelak Ali Budiardjo menjadi presiden direktur Freeport. Sebagaimana Julius Tahija yang menjadi orang nomor satu di Caltex tahun 66 karena dukungan Ibnu Sutowo dan Soeharto, setelah Angkatan Darat memveto usulan menasionalisasi Caltex pada akhir 1965.
Para CEO CEO korporasi ini sudah mempunyai amunisi, yakni UU Penanaman Modal Asing 1967 yang sangat pro investor. UU yang ditandatangani bulan April 1967 dibuat terburu buru dan langsung disodorkan ke Jenderal Soeharto.
Saat itu Rocklefeller banyak mendiktekan klausul klausul Undang Undang ini yang sangat menguntungkan mereka. Ia sudah berperan seperti Gubernur Van Imhoff yang menyodorkan Perjanjian Ponorogo kepada Mataram tahun 1743. Jika waktu itu VOC bisa memaksa Mataram untuk tidak berlayar atau membuat kapal. UU PMA juga memaksa pembebasan pajak untuk jangka waktu 5 tahun pertama.
Walhasil dalam 3 hari itu Indonesia dibagi bagi untuk para korporasi asing. Freeport mendapat bukit tembaga di Papua ( walau penghasilan terbesarnya justru dari emas ), sebuah konsorsium Eropa mendapatkan nikel. Raksasa Alcoa mendapatkan bauksit. Sekelompok perusahaan Amerika, Eropa dan Jepang mendapatkan kayu kayu dari hutan di Sumatera dan Kalimantan. Masih banyak lagi. Pembagian ini sangat rinci dan tidak menyisakan daerah konsensi kosong.
batubara
Kalimantan bukan yang dulu lagi ketika Bung Karno pernah mencanangkan sebagai centre of Indonesia. Pemikiran visionernya sudah menyebut untuk memindahkan ibu kota Indonesia ke Palangkaraya.
Kalimantan kini tinggal sebuah mimpi buruk. Pani bisa mengatakan, orang orang Jakarta dan orang asing menguras habis tanahnya.
Di Kalimantan Selatan, Tanah bolong bolong karena penambangan batubara dan debu debu jalanan yang menyesakan udara. Di Kalimantan Timur, sebuah jalan dibuat untuk menuju kawasan pertambangan batubara yang menembus kawasan konservasi tropical rain forest sekitar Bukit Bangkiray. Di tanah penghasil minyak ini pula, pemandangan antrian BBM mengular adalah biasa.
Kita bisa mencemooh Hugo Chavez karena keberaniannya menasioalisasi perusahaan perusahaan asing. Alasannya karena bisa menghambat investasi. Padahal kita lupa, ketika hari ‘ itu “ tiba. Kita sudah tidak punya apa apa lagi untuk dikelola.
Dulu Bung Karno hanya mau membuka sekitar 25 % dari kapasitas produksi minyak kita. Alasannya. Tunggu sampai kita memiliki insinyur insinyur minyak sendiri. Artinya ia memikirkan bahwa hasil tambang ini semestinya dinikmati rakyat Indonesia sendiri. Kini beranikah kita menggugat Freeport yang sudah 43 tahun menguras kekayaan emas dan tembaga di Papua.
Pebruari 1976, ketika produksi minyak Caltex masih hampir sejuta barel sehari, kita sudah ketakutan meminta Caltex memberi potongan satu dollar dari keuntungan Caltex yang waktu itu masih AS $ 2,30 untuk setiap barrel minyak yang mereka hasilkan.
Kini kita juga tak punya gigi untuk meminta jatah yang lebih baik dari Freeport. Jangankan meminta jatah dari 90,64 persen saham mereka untuk dialihkan ke dalam negeri. Membayangkan merevisi perjanjian kontrak karya saja, kita tidak berani.
Sampai kapan semua ini ? Tidak tahu. Kalau sudah begini, siapa bilang kita sudah merdeka ?
19:44 sang milyader
Gaya bercinta atau 'ML' tergantung banyak faktor. Salah satu faktornya, adalah zodiak. Ingin tahu seperti apa gaya bercinta sesuai zodiak?
Taurus
Anda berbintang Taurus terkenal akan kebiasaan romantis. Anda suka memanjakan pasangan Anda. Caranya dengan menonton konser atau film drama percintaan, atau candle light dinner dengan taburan bunga mawar. Setelahnya, Anda akan memuaskan pasangan Anda saat bercinta.
Untuk perempuan Taurus, Anda sangat amat memperhatikan detail dalam urusan bercinta. Mulai kamar tidur, pakaian tidur sampai hal-hal terkecil agar pria pasangan Anda merasa nyaman.
Sedangkan untuk pria Taurus, sangat terbuka dan menghargai pasangan. Lelaki Taurus bahkan tanpa rasa sungkan mencoba sesuatu yang baru saat pemanasan sebelum bercinta. Lagi-lagi tujuannya demi memuaskan pasangan.
Gemini
Anda sebagai perempuan Gemini cenderung terlalu terbuka dan menyebalkan. Namun di keterbukaan yang apa adanya itu, perempuan Gemini memiliki kemampuan seksual yang luar biasa. Perempuan Gemini akan bertekuk lutut pada lelaki yang bisa mengimbanginya dan benar-benar mengerti 'siklus' milik perempuan. Kegemaran perempuan Gemini adalah percakapan usai 'ML'.
Sedangkan pria Gemini, sangat antusias mengajak pasangannya melakukan percakapan 'jorok' ketika bercinta. Pria Gemini kerap memandang mata pasangannya dalam-dalam.
Cancer
Anda berzodiak Cancer memiliki ketertarikan yang besar pada hubungan percintaan. Namun Anda mengimbangi perasaan cinta yang besar pada pasangan, dengan keluarga dan karir. Selain itu, manusia Cancer kerap tercitra jinak-jinak merpati. Maklum, pura-pura malu-malu sesungguhnya mau.
Anda perempuan Cancer menyukai pria berpenampilan rapi, jantan, dan maskulin.
Sementara Anda, pria Cancer sangat tahu saat yang tepat untuk mengajak pasangan bercinta. Anda juga selalu berusaha membahagiakan pasangan saat berada di atas ranjang. Sekadar mengingatkan, pria Cancer adalah tipe pemuja perempuan. Meskipun memiliki kecenderungan besar untuk memiliki affair dengan perempuan lain.
Leo
Anda pemilik zodiak Leo, dominan ingin berkuasa sesuai lambangnya, singa si raja hutan. Manusia Leo selalu ingin mendominasi.
Untuk perempuan Leo, senang menunjukkan bagian tubuh yang dianggap seksi, karena itu meningkatkan rasa percaya diri.
Untuk pria Leo, menyukai erangan pasangannya ketika sedang 'ML'.
Virgo
Anda, manusia Virgo cenderung mirip manusia Leo. Anda yang berzodiak Virgo terkenal dengan sebutan si pemilik senyuman maut. Orang virgo, dikenal sangat hebat di tempat tidur dan selalu ingin mengontrol permainan bercinta.
Untuk perempuan Virgo memiliki fantasi seksual yang sangat variatif, sehingga membuat selalu bersemangat saat bersama pasangan. Maklum, daya khayal tinggi membuat libido perempuan Virgo mudah terangsang. Apalagi jika pasangannya beraroma wewangian sebelum naik ke ranjang.
Untuk pria Virgo cenderung sama dengan perempuannya. Lebih dari itu, pria Virgo sangat peduli akan kesehatan seksual dirinya dan pasangannya.
Libra
Anda, sebagai manusia Libra bergambar timbangan ini mudah tertipu penampilan luar lawan jenisnya. Namun begitu tak usah risau, Anda memiliki tutur kata dan bahasa tubuh yang sensual. Itu merupakan senjata mematikan untuk menaklukkan lawan jenis.
Anda sebagai perempuan Libra sangat menutut kelembutan dalam bercinta. Pastinya, kualitas seks adalah hal utama.
Sementara pria Libra memiliki intuisi kuat dan selalu memperlakukan pasangan dengan semestinya. Sekedar mengingatkan, pria Libra sangat menyukai musik.
Scorpio
Anda, manusia Scorpio sangat menjunjung tinggi percintaan dalam sudut keindahan bercampur letupan emosional. Kelebihan Anda sebagai Scorpio adalah sangat menyukai gerakan erotis.
Generalisasinya, pria dan perempuan Scorpio, sangat mempercayai pasangannya. Namun begitu kepercayaannya terabaikan, Scorpio akan menjauh.
Sagitarius
Anda pemilik bintang Sagitarius adalah orang yang simpel, natural dan apa adanya. Namun untuk urusan ranjang tergantung pada respon pasangan.
Perempuan Sagitarius sangat lihai menemukan titik rangsang pasangan. Namun begitu, mereka membutuhkan pasangan yang dapat membantu memulai permainan dan mahir melakukan foreplay.
Sedangkan pria Sagitarius sangat menjunjung tinggi kesetiaan dan berhati-hati menyangkut percintaan. Namun begitu, bukan berarti tak mudah terangsang dan menyukai seks kilat.
Semoga artikel ini membantu anda dalam bercinta
Posted by iman under: DALAMNEGERI; EKONOMI .
esemka
April 1993. Marimutu Sinivasan diundang oleh Presiden Soeharto ke Bina Graha. Saat itu penguasa orde baru itu mengatakan bahwa Indonesia masih mengimpor semua komponen otomotif dan menjadi sekadar perakit. Inti percakapan itu, Soeharto meminta pengusaha Indonesia harus bisa membuat sendiri komponen mesin serta memproduksi sendiri mesinnya.
Sebenarnya agak aneh, karena pabrik Group Texmaco ini bukan industry otomotif seperti Astra. Bukan juga punya pengalaman karoseri seperti Armada atau beberapa perusahan asal Magelang. Mereka awalnya lebih dikenal sebagai penghasil tekstil sampai mesin industri, termasuk mesin tekstil.
[img][/img]
Lima tahun kemudian. Dua bulan sebelum turun dari kekuasaannya, Presiden Soeharto akhirnya meresmikan produksi perdana truk buatan dalam negeri sendiri. Ia memberi nama “Perkasa “ pada truk buatan pabrik milik Marimutu Sinivasan. Ini adalah kendaraan otomotif buatan dalam negeri yang pertama. Berbeda dengan merk ‘ Timor ‘ yang hanya ganti merk. Sementara body, mesin dan onderdilnya tetap dari KIA.
Namun keperkasaan Perkasa hanya sebentar. Ia keburu tenggelam seiring turunnya Soeharto. Tak ada yang salah dengan kemampuan mesin atau desain truknya. Problemnya selainnya rontoknya group Texmaco karena krisis moneter. Juga Texmaco tidak punya pengalaman urusan industry otomatif. Jual kendaraan truk, bukan urusan menjual saja. Tapi juga ada kesediaan spare parts, after sales service dan sebagainya.
Sementara pabrik truknya hanya di Karawang, Jawa Barat.
Kini demam mobil nasional kembali marak, dengan munculnya mobil ESEMKA yang dibangun anak anak SMK Solo dan pemilik bengkel Sukiyat. Walikota Solo segera menyambar propotype pertama mobil ini untuk kendaraan dinasnya. Lebih enak daripada Toyota Camry katanya. Sejarah seperti berulang, ketika tahun 1894, Pakubuwana X membeli Mercedes Benz Phateon, buatan Jerman sebagai mobil pertama di Indonesia.
Tiba tiba saja semua orang ingin membeli mobil ESEMKA. Anehnya yang paling nafsu memiliki mobil ini justru politisi, orang partai, ormas, menteri sampai anggota DPR. Tak pernah terdengar orang biasa biasa saja yang memesan mobil ini. Euphoria ini menjadi komodoti baru tentang nasionalisme dan keberpihakan pada rakyat.
Tak mau ketinggalan. Sekolah Menengah Kejuruan di kota lain, juga berlomba menghasilkan produk otomotif. Seperti di Magelang, Jogja, Malang. Bahkan di SMK Penerbangan di Jakarta, mengklaim. Pesawat terbang pertama buatannya akan siap terbang akhir Januari 2012. Pesawat ini dibanderol 1,3 milyar saja.
Jokowi tidak salah, demikian juga para politisi dan birokrat yang ramai ramai memesan. Mereka hanya menggunakan momentum. Walau mobil ini belum lulus uji kelayakan dan tetek bengek lainnya sebelum diluncurkan ke masyarakat.
Sebenarnya pekerjaan rumah tentang mobil nasional adalah bagaimana membuat penduduk negeri ini bangga menggunakan produk atau merk dalam negeri. Sudah menjadi rahasia umum kalau orang lebih suka memiih merk luar negeri. Proton yang didirikan tahun 1983 membutuhkan waktu lebih dari 10 tahun untuk bisa masuk jajaran merk merk di pasar Malaysia.
[img][/img]
Petani
Fenomena ini justru semakin menegaskan betapa tidak populernya industri pertanian dan peternakan. Murid murid Sekolah Kejuruan hanya mudah terpikat dengan komoditi sexy seperti otomotif. Lupa, bahwa bahwa ada bidang Pertanian, Kelautan dan Peternakan yang juga membutuhkan inovatif mesin mesin tepat guna. Pengguna mobil hanya sebagian kecil penduduk negeri yang hidup di perkotaan.
Sekaligus menunjukan salah urus metode pembangunan negeri ini. Menggenjot pabrik barang barang consumer, lalu melabeli dengan stempel ‘ rakyat ‘. Kalau perlu nanti membangun pabriknya di atas lahan subur pertanian, dengan menggusur sawah sawah produktif.
Emil Salim, pernah menjelaskan ini. Mestinya pabrik pabrik dan industri jangan dididirikan di tanah Jawa yang subur.
Kembali ke Esemka. Saya sebagai pencinta otomotof mungkin memiliki pandangan pragmatis sebagai konsumen. Lupakan nasionalisme. Tidak penting jargon mobil rakyat. Jika harus memilih, saya akan memilih merk asal Jepang yang harganya tidak beda jauh, namun punya track record sebagai brand, jaringan service, kesiapan spare parts dan tidak cepat rusak.
Tidak perlu kuatir tentang permodalan. Bakrie konon sudah woro woro akan membantu urusan permodalan agar mobil mobil Esemka siap diproduksi massal. Yang paling penting adalah kesiapan menjadi bagian dari industry. Juga keberpihakan Pemerintah. Katakanlah meniru cetak biru Malaysia membangun Proton atau India dengan merk Tata.
Kita bisa membuat pesawat terbang dan kapal laut, tentu tidak masalah membuat mobil.
Pertanyaannya apakah SMK itu industri ? bukankah itu hanya sekolah kejuruan setingkat SMA yang menyiapkan tenaga kerja siap pakai, dengan kata lain buruh industri.
Para siswa SMK masih menggunakan cara manual, diketok untuk membentuk rangka body. Sementara sebuah industri massal tentu sudah memakai cara lebih modern dengan cetakan. Untuk satu mobil dibutuhkan waktu 3 – 4 bulan. Tidak bisa dibayangkan jika siswa SMK harus memenuhi quota ribuan kendaraan. Berapa orang siswa yang dibutuhkan untuk mengetok, atau 23 SMK di seluruh Indonesia harus mengerjakan urusan merakit mobil.
Semangat anak anak SMK ini tetap perlu dijaga dengan proporsi yang tepat. Sesuai jalurnya. Bukan dikarbit memasuki industri. Jangan hanya menjadi komoditi bagi para petualang politik. Juga pemahaman tentang pasar bebas dan konsumen adalah raja. Bagus tidak sebuah produk ditentukan oleh konsumen, bukan promosi Walikota atau proteksi dari Menteri. Jalan masih panjang. Teramat panjang untuk mencapai sebuah brand yang mumpuni.
Phateon milik Sri Susunuhan lebih sering jadi pajangan. Bukan karena raja tidak bisa menyetir. Tapi karena tidak ada bengkel mobil di kota Solo, sehingga ketika rusak, pilihannya hanya kembali ke kereta kuda.
Sukiyat mesti berkaca dengan Marimutu Sinivasan. Pasar bebas dan konsumen akan menentukan hidup matinya sebuah produk. Bukan dukungan politis.
Megawati dan Fatmawati
Posted by iman under: BERBANGSA; SEJARAH; SOEKARNO .
keluarga-soekarno
Ada satu yang tak dapat saya mengerti tentang Megawati. Kenapa ia harus – keras kepala – maju lagi dalam pencalonan kali ini. Apakah hanya karena keputusan kongres partai yang mengharuskan itu. Sesakral itukah ?
Ia bisa sangat marah ketika beberapa pengurus partai dan orang dekatnya memberikan fakta, bahwa ia sudah tak terlalu popular di mata rakyat. Ia mempersilahkan penasehat partai Sabam Sirait untuk makan di ruang sebelah. Tidak satu ruangan dengannya.
Sabam Sirait tidak salah. Jaman sudah berubah, tidak seperti lebih sepuluh tahun lalu, ketika ia dipersepsikan sebagai simbol perlawanan terhadap orde baru.
Saya berani bertaruh, jika saat itu pemilihan presiden sudah dilakukan secara langsung, pasti dengan mudah ia akan memenangi kontes itu.
Mungkin keras kepala ini, salah satu sifat yang menurun dari ibunya. Bung Karno konon tidak sekeras Fatmawati istrinya.
Kilas balik dalam pembuangan di tanah Bengkulu , Fatwamati adalah teman anak anak angkat Bung Karno yang bersekolah di sebuah sekolah katolik di sana. Ketika Bung Karno menyatakan keinginannya untuk memperistri. Saat itu Fatmawati berusia 19 tahun dan Bung Karno 41 tahun. Ia dengan tegas menolak, kecuali Bung Karno menceraikan istrinya terlebih dahulu. Ia tak mau dimadu.
Ada cerita menarik di balik ini. Sebenarnya justru Fatmawati sedang meminta pendapat Bung Karno tentang pinangan seorang anak wedana terhadap dirinya. Alih alih mendapat jawaban, justru Bung Karno mengutarakan perasaan cintanya.
Kelak Fatmawati bersikeras keluar dari istana setelah mengetahui Bung Karno memperistri Hartini. Bung Karno juga menghormati pilihan itu. Sampai akhir hayatnya istri istrinya tidak ada yang tinggal secara resmi di Istana.
Ada satu hal yang mungkin tidak di miliki Megawati. Kepekaan.
Berbeda dengan Fatwamati yang mengikuti arus kemerdekaan bersama suaminya. Ia peka terhadap semangat revolusioner negerinya. Diam diam ia menjahitkan sebuah bendera merah putih untuk dikibarkan pada hari kemerdekaan.
Mestinya Megawati juga teringat salah satu pidato ayahnya. Jasmerah. Jangan sekali kali meninggalkan sejarah. Ia sudah kehilangan kesempatan ketika sempat memimpin negeri ini. Sejarah pasti menulisnya.
Dalam segala aspek Megawati tak akan bisa menyamai ayahnya. Ia hanya teh celup rasa Soekarno. Begitu kolumnis Buddiarto Shambazy pernah menulis.
Ketika ia mengingatkan rakyat Jawa Barat tentang imperialisme dalam kampanyenya minggu lalu, dengan mengutip ajaran ayahnya. Sesungguhnya ia tidak memberikan sebuah pemikiran.
Saya tak tahu apa yang dilakukan oleh Megawati pada tanggal 21 Juni kemarin. Peringatan tanggal wafatnya Bung Karno. Apa dia pernah menyelami pemikiran ayahnya saat memutuskan mundur dari kekuasaan. Rela, demi menghindarkan pertumpahan darah sesama bangsa, karena saat itu sebagian rakyat dan militer masih mendukung Soekarno.
Keras kepala tidak menghasilkan apa apa kecuali kepuasaan diri sendiri yang prematur. Pembuktian di bilik suara kelak akan menjadi jawaban. Tanpa mengesampingkan 14 persen suara fanatik PDI-P. Apakah ia masih dicintai rakyatnya. Megawati mestinya memilih mencintai bangsa ini dengan cara yang lain. Tanpa harus keras kepala memutuskan maju lagi.
Fatmawati tetap keras kepala sampai ajal Bung Karno. Ia tak mau menghadiri ke pemakaman suaminya. Ia tetap tak bisa memaafkan tindakan suaminya mengawini orang lain. Namun satu hal , ia tetap mencintai Bung Karno. Dengan caranya sendiri.
Ia hanya mengirim karangan bunga bertuliskan.
“ Cintamu yang selalu menjiwai rakyat. Cinta Fat “