It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Eh, si Alby turun dari mobil. "Mau ke mana?" tanyaku.
"Cuma mau beli coklat di warung itu!" katanya sambil menunjuk warung yang jaraknya gak jauh, dekat banget malah. Terus, dia berlari menuju warung itu.
Gak lama kemudian, Si Alby datang. Pintu gak bisa dibuka dari luar, makanya aku yang harus membuka pintu itu untuk membiarkan si Alby masuk ke dalam mobil.
Graowrrr! Ni anak sama sekali gak nawarin. Enak aja dia makan sendiri. Aku buang muka aja, takut ngeces (keluar air liur/ngiler). Haduh, jangankan nawarin makanan! Tadi setelah aku bantu membuka pintu, berterima kasih aja enggak. -_-"
Ah, nampaknya coklatnya udah habis. Aku gak usah nahan diri lagi.
"Eh, coba buka pintu itu sendiri! Bisa gak?"
Eh, bukannya aku perhatian! Aku takut aja kalau sampai dia nyusahin aku lagi besok-besok.
Akhirnya SD terfavorit pilihan pemirsa itu pun memasuki jam pulang sekolah. Anak asuhan Pak Tio (loh?) memasuki mobil. Mobil meluncur ke arah rumah kami, Perumahan RSSSSSSSSSSS. (S-nya ada berapa ya?)
+++++
@coolmon, lanjuuut!! ^^
@clay, awas matanya copot. hahaha ^^v piss
Turun dari mobil Pak Tio, masuk ke dalam rumah. Masuk kamar, ganti baju dengan pakaian santai.
"Alby..." kakek memanggil namaku.
"Ya, kek!" selorohku menuju ruang keluarga.
"Kita sekarang pergi ke toko buku, beli buku cetak buat keperluan sekolah Alby. Tapi sebelum itu, kita ke rumah Arkan dulu buat minta daftar buku pelajaran yang dipakai di sekolah Alby," jelas kakek, "Alby udah kenal kan sama Arkan?"
"Udah, Kek!" kataku.
"Iya, Kek!"
Haduh, baru aja ganti baju. Disuruh ganti baju lagi.
Naik mobil kakek lagi. ^^
Tujuan pertama ke rumah Arkan. Ternyata rumahnya gak jauh. Jalan kaki juga bisa karena masih dalam satu komplek perumahan. Tapi kakek bawa mobil biar sekalian langsung berangkat ke toko buku setelah dari rumah Arkan.
"Arkan! Ini ada Alby!" teriak mama Arkan memanggil Alby.
"Iya, Mah!"
"Ada apa?" tanya Arkan kepadaku.
"Eh, ini.. Aku mau minta daftar buku pelajaran yang dipakai sama Bu Tri.." kataku.
"Oh, bentar ya aku buatin daftarnya?"
Arkan kembali ke kamarnya. Aku kembali mendengarkan percakapan antara kakek dengan papa Arkan. Ternyata hubungan keluarga kakek dengan keluarga Arkan sangat erat. Kakek adalah orang terpandang di sini dan pernah menjadi lurah.
Beberapa lama menunggu, Arkan keluar dari kamarnya. Terus, dia menyerahkan selembar kertas. Aku lihat, oh, ternyata daftar buku. Aku langsung menerimanya.
"Alby, bilang apa sama Arkan?" bujuk kakek agar aku berterima kasih.
"Terima kasih, Arkan!" kataku.
Arkan mengerutkan dahinya. Aku gak tahu apa yang ada di dalam pikirannya.
Setelah itu, aku dan Arkan gak terlibat perbincangan apa-apa lagi. Kami duduk bersebelahan di sofa tamu tapi cuma untuk mendengarkan kakek sama papa Arkan asyik ngobrol-ngobrol. Meskipun sering aku gak ngerti apa yang mereka perbincangkan.
Tiba-tiba Arkan berkata pelan di dekat telingaku, "Kok bisa ya, kakek Sukamto punya cucu kayak kamu."
Jlebbb! Menusuk! Apa maksud Arkan tadi? Menyindir? Ah, aku putuskan untuk gak peduli.
"Iya, Mah!" seloroh Arkan.
Dia bangkit dan langsung melaksanakan perintah sang komandan. Arkan pergi ke kamarnya, dan tak lama kemudian membawa papan tulis. Mungkin, dia akan membawanya ke ruangan yang lega di sana, lokasinya dekat ruang tamu (kalau dari kamar Arkan, harus ngelewatin ruang tamu untuk sampai ke ruang itu).
Arkan kelihatan terkejut. Kemudian aku dan Arkan terikat dalam sebuah adu pandang. Aku lihat tatapan matanya aneh. Wah! Wah! Aku mencium aroma ketidak sukaannya padaku, nih.
Gak lama beradu pandang, Arkan kembali mengerjakan perintah mamanya untuk mempersiapkan ruang les.
"Oh, Arkan les privat?" tanya kakek pada papa Arkan.
"Iya. Yang ngajar Pak Hasto," jelas papa Arka
"Bayarnya seikhlasnya. Banyak kok, ada lima orang. Di sini ya cuma tempat belajarnya aja. Riska, anaknya Pak Purnomo, juga ikut," jelas papa Arkan.
"Riska anaknya Pak Pur? Dia masih saudara kamu, Alby," jelas kakek sambil menepuk pelan pahaku.
"Kakek, aku boleh ikut les gak?"
Cliiing!!! Arkan yang lagi menggelar tikar kelihatan kaget dengan ucapanku tadi. Dia memandangku lagi.
oh ya lupa dijelasin. rumahnya udah direnov jadi tambah luas karena ngambil dua rumah.
atau maksudnya hrs pindah ke rumah dinas gitu? ah, enggak juga. itu papa sahabatku sendiri kok.