It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Lu kalo bobok, di emperan sana
makanya vin mau cari ide dulu.. jd sabar ya?
dilanjut aja sesuai ide awal (= cerita masa kecilnya vin dulu??). kalo tiba2 dirubah, nanti terkesan ngga natural dan dipaksakan, malah kelihatan kalo terburu-buru nulisnya....
Make Up
Wow! Brightful Monday! Kayak biasanya sebelum mandi pagi, aku melakukan olahraga ringan di teras. Cuma peregangan aja, tapi bagiku itu penting.
Hari ini rasanya gak sabar pengen ketemu sama si manis Alby. Aku gak pernah sesemangat kayak gini sebelumnya.
Jam setengah tujuh, semua beres! Aku udah siap berangkat sekolah.
"Bu, Ayah, Mas! Adhan berangkat dulu! Lekum!" kataku.
"Eh, Adhan! Ini uang jajan kamu belum!" teriak Ibuku. Haha kayaknya aku terlalu semangat.
Ibu setengah berlari menyusulku yang udah ada di teras rumah, terus memberikanku uang saku.
Aku menerimanya dan langsung melangkah. Tapi...
"Eh! Salim dulu!" kata ibuku sambil menjewer kupingku.
"Sakit, Bu!" kataku sambil mengusap2 kupingku. Kemudian menyalimi tangan ibuku.
"Sama ayah dan masmu juga. Gak biasanya kamu lupa," kata ibu lagi.
"Iya iya," aku beringsut ke dalam rumah lagi. Ayah masih duduk minum kopi, kakak masih sarapan. Aku menyalimi ayah dulu, baru mamasku yang ganteng tapi ngeselin.
Selama ini, dia selalu ngusilin aku. Tapi sekarang aku pengen balik ngusilin dia. Aku kan punya kartu as. Penonton, masih inget kan? Itu lho flash disk.
#naik turunin alis
"Mas, tambahin uang jajan Adhan donk!" kataku setelah menyaliminya.
"Enyak aja!" kata mamasku sambil nempelengi kepalaku.
"Ah, mas harus kasih pokoknya kalau enggak..." aku mendekati telinga mamasku dan berbisik, "Adhan aduin kalau mamas punya video ohok ohok di flash disk."
Mamasku yang lagi mengunyah makanan langsung keselek.
"Eh! Reyhan! Makannya hati-hati!" komentar ibu, tapi masih sibuk menyapu lantai ruang makan.
Sementara si mamas menegak air putih dan menenangkan diri. Kemudian kayaknya mamas berpikir keras.
"Nih! Tapi jangan ngadu, lho! Awas!" ancam mamas sambil menyerahkan duitnya. Yes! Mission complete! Kena deh!
"Tumben baik sama adiknya. Ada apa nih?" komentar ayah waktu lewat ruang tamu.
"Eh... Eee... Se... Sekali-kali, Yah! Hehe" kata mamas gugup.
Ayah langsung menengok jendela, "Aneh padahal gak ada hujan."
Aku cengingisan aja.
"Yaudah Adhan berangkat! Lekum!" teriakku sambil berlari ke luar rumah.
Aku berjalan cepat menuju sekolah. Udah gak sabar ketemu sama Alby. Hehe
Sampai di kelas... Ah, sial! Di belakang kursi Alby udah diisi, di depan juga. Arkan milih tempat duduknya jauh banget lagi dari Alby.
Di kelasku emang tempat duduk dipilih sesukanya, tergantung mood murid. Jadi tiap hari pasti pindah-pindah tempat duduk. Yang sama cuma deskmatenya aja.
Terpaksa aku menuju bangku yang dipilih Arkan.
"Arkan, kok di sini sih pilihnya?" tanyaku
"Ya, pengen aja!" jawab Arkan seenaknya.
Aku pengen duduk di dekat Alby. Harus! Kalau Adhan Bayu Pratama ini udah berkehendak, apa sih yang gak bisa terkabul. Hahaha
Aha! Aku punya ide!
Tiba-tiba kok ada lampu menyala di atas kepalaku. Hush! Pergi sana lampu!
"Arkan, pindah yok!" kataku.
"Ke mana?"
"Di belakang Alby dan Angga."
Arkan langsung mengernyitkan dahinya. Gak tahu deh apa yang dia pikirin.
"Tapi udah diisi sama si Maryentol (Marshanda alias Yeni Tolol) dan si Tukang Tipu (Tuti)," kata Arkan.
"Tenang! Aku punya ide! Tunggu ya?"
"Oke!" kata si Arkan sambil mengedipkan sebelah matanya ala Jaja Miharja.
Aku langsung ke tempat duduk si Yeni dan Tuti.
"Marshanda, cantik deh hari ini," rayuku (dalam hati: "oekkk!")
"Halah! Ngerayu! Kenapa? Mau apa?" kata Maryentol jutek. Dia emang gitu: jutek. Mending orangnya cantik kayak Marshanda. Lah ini???
"Tukeran tempat duduk yuk! Nanti kamu sama si Tuti dapet gratis nasi rames deh hari ini," tawarku. Untung tadi aku dapet uang jajan tambahan dari mamasku. Makasih mas. Mmmmmwuachhh Mmmmmwuachhh #di pipi.
"Enggak!" tolak Yeni. Wah pasang h...arga mahal rupanya.
"Plus nyontek PR gratis selama seminggu!" kali ini aku yakin berhasil. Soalnya Yeni ini emang oon banget.
"Oke deh! Ayo pindah, Tuuut!" manggil Tutinya kayak bunyi kentut. Bisa aja si Yeni. Hahaha
Huft, untung dapet! Besok-besok, aku harus bangun lebih pagi biar gak keduluan lagi.
Aku kembali ke tempat duduk yang tadi untuk memindahkan tas.
"Wuih, jago juga kamu naklukin Maryentol," puji Arkan.
"Wkwkwk"
Kita berdua langsung ke bangku yang ada di belakang Alby dan Angga.
"Lho, kalian pindah ke sini?" tanya si Angga.
"Iya, hehe" jawabku singkat.
Lagian ke mana aja kalian? Emang pada gak dengar ya tadi negosiasi antara aku dan Maryentol? Mereka lagi keasyikan baca buku sih tadi.
Eh Si Alby menoleh ke arahku. Aku dan Alby sempat beradu pandang, aku tersenyum pada Alby. Eh Alby membuang muka dan tertunduk. Kelihatan pipinya merah. Kenapa Alby?
Aku mendekat ke wajah Alby dari belakang. Dari sini kelihatan pipinya merah. Gemesin banget sih tingkah anak ini. >,<
"Alby, kamu marah ya gara-gara soal kemarin?" tanyaku pada Alby.
Alby cuma menggelengkan kepalanya. Sigh! Kenapa dia gak mau ngomong sih?
Hmmm, bel masuk kira-kira masih 10 menit lagi. Suasananya kaku banget! Gak enak!
"Alby, klipping kita udah dijilid lho!" kataku memecah kekakuan.
"Oh, makasih ya, Han!" kata Alby tersenyum.
"Eh, dibawa gak klippingnya? Aku mau lihat!" minta Arkan.
"Yah, gak dibawa tuh, Kan!" kataku lagi. Arkan kelihatannya kecewa.
"Angga, Arkan, sini deh aku bilangin!" kata Alby.
Arkan dan Angga mendekat ke arah Alby. Aku juga ikut-ikutan.
Si Alby mulai berbisik, "Saranku, jangan angkat topik tentang pengklaiman budaya Indonesia oleh negara tetangga. Cari topik lain aja! Soalnya aku yakin, pasti hampir semua kelompok bakalan membahas topik itu."
"Eh, tapi kan di koran-koran ...adanya cuma itu," kata Angga.
"Kan kalian bisa cari di internet. Atau cari aja koran yg udah lama," kata Alby lagi masih berbisik.
"Bener juga, oke deh!" sahut Arkan.
"Makasih ya Alby!" kata Angga. Alby cuma tersenyum.
Si Alby mulai berbisik, "Saranku, jangan angkat topik tentang pengklaiman budaya Indonesia oleh negara tetangga. Cari topik lain aja! Soalnya aku yakin, pasti hampir semua kelompok bakalan membahas topik itu."
"Eh, tapi kan di koran-koran adanya cuma itu," kata Angga.
"Kan kalian bisa cari di internet. Atau cari aja koran yg udah lama," kata Alby lagi masih berbisik.
"Bener juga, oke deh!" sahut Arkan.
"Makasih ya Alby!" kata Angga. Alby cuma tersenyum.
Tiba-tiba Alby menengok ke arah wajahku. Wajahku emang lebih dekat ke Alby daripada Arkan dan Angga. Dengan cepat, si Alby langsung tertunduk malu lagi.
Aku ngerti, pasti dia masih malu gara-gara kejadian kemarin. Tapi tingkahnya itu lho bikin aku gemes. Kalau gak ada orang lain aku mau cubit pipinya yang imut-imut itu. Hahaha
Lonceng masuk pun berbunyi dan gak lama, Bu Tri masuk ke dalam kelas. Aku sebagai ketua kelas memimpin doa.
"Buka buku matematika halaman 150!" perintah Bu Tri setelah doa. Belajar! Belajar! Yang semangat! ^_^
+++
Bel masuk udah bunyi, jam istirahat udah selesai. Tapi kok Angga gak ada kelas ya? Perasaan tadi dia udah masuk kelas duluan sebelum anak-anak lain. Aku berdiri dari tempat dudukku.
"Mau ke mana?" tanya Arkan.
"Aku mau cari Angga," kataku cepat.
Aku berjalan menuju ke luar kelas. Oh ya, aku belum ngasih tahu denah sekolah ya? Sekolah ini berbentuk leter U menghadap ke arah utara. Kelas empat, tepat berada di ujung huruf U sebelah timur. Di tengahnya ada lapangan yang biasa dipakai untuk upacara atau kegiatan olahraga.
Aku mencoba melihat ke arah kantin yang bangunannya ada di seberang ruang kelasku. Tapi kayaknya Angga gak ada di situ deh. Kantinnya aja udah tutup.
Aku amati semua sudut lingkungan sekolah. Aku lihat ada pintu bergerak menutup. Itu pintu ruang UKS yg ada di bangunan selatan. Aku berjalan ke arah UKS, melewati sepanjang koridor. Suasananya udah sepi. Semua siswa udah masuk ke kelasnya masing-masing. Lewat ruang guru, kelihatan Bu Tri masih sibuk mengerjakan sesuatu di mejanya.
Ah sampai juga di depan ruang UKS, aku mengintip dari jendela. Gordennya gak menutup ruangan dengan sempurna, jadi aku bisa melihat sedikit ke dalam. Ya aku bisa lihat Angga ada di dalam sana. Ruangannya cukup terang karena cahaya lampu, jadi aku bisa lihat dengan jelas Angga membuka tas kecil seukuran kotak pensil. Angga mengeluarkan sesuatu dari tas kecil itu.
Angga membuka lipatan benda itu. Hey, benda itu kan. Itu BEDAK buat wanita!!! Iya aku yakin itu!!! Aku benar-benar shock melihatnya.
Angga berdiri di depan cermin dan mulai memoles wajahnya.
Habis itu dia menutup bedak itu dan memasukannya ke dalam tas, kemudia mengeluarkan.....
LIPSTIK!!!???
Dia mengoleskan lipstik itu ke bibirnya dengan hati-hati.
Udah cukup, aku gak mau ngelihat lagi. Aku hampir gak percaya sama semua yang aku lihat tadi.
Aku memutuskan untuk kembali ke ruang kelas. Aku berjalan pelan dengan tatapan mata yang kosong.
Waktu lewat ruang guru, aku ketemu sama Bu Tri yang baru keluar dari ruang guru.
"Alby, kenapa?" tanya Bu Tri.
"Eng... Enggak apa-apa, Bu!" jawabku.
"Ya udah ayo masuk kelas!"
Aku mengangguk dan berjalan di belakang Bu Tri.
"Alby, kenapa kamu?" tanya Adhan waktu aku sampai di tempat dudukku.
Aku menggelengkan kepala. Aku kan gak mungkin cerita sekarang karena Bu Guru udah ada di kelas. Eh, enggak! Aku gak boleh cerita tentang ini. Cukup aku yang tahu! Angga pasti malu kalau berita ini sampai tersebar luas.
"Gak mungkin gak ada apa-apa! Tatapan mata kamu kosong!" sahut si Arkan.
"Aku... Nggak apa-apa!" kataku singkat.
"Buka LKS IPA halaman 43!" kata Bu Tri.
Aku bisa bernafas lega sekarang. Seenggaknya Adhan dan Arkan gak tanya-tanya sama aku lagi.
Tok... Tok... Tok...
(Suara ketukan pintu)
Ternyata dia Angga. Dia masuk dan permisi kepada Bu Tri.
"Maaf Bu, dari belakang."
Bu Tri cuma mengangguk. Angga menuju ke tempat duduknya, di sampingku.
Bu Guru mulai menjelaskan materinya. Tapi aku gak bisa konsentrasi pada pelajaran. Aku malah memperhatikan wajah Angga.
Kalau dilihat-lihat, wajah Angga sama sekali gak kelihatan menor. Dari kejauhan gak bakal kelihatan kalau dia pakai bedak dan lipstik. Kalau dari dekat, ya samar-samar kelihatan. Kayaknya Angga pakai warna bedak yang sesuai dengan warna kulitnya. Jadi gak terlalu kontras dengan warna kulit di badannya. Lipstiknya pun begitu, gak begitu mencolok. Mungkin dia memakainya begitu tipis. Selama ini, aku juga udah menduga tentang polesan wajahnya itu. Tapi aku ragu alias 50:50.
Kalau riasan serapi itu, Angga pasti udah terbiasa pakai kosmetika-kosmetika itu. Artinya dia udah memakainya sejak lama.
Aku berhenti memandang wajah Angga. Sekarang aku memandang lurus ke depan.
Aku masih terkejut sama semua ini. Teman sebangkuku berdandan seperti perempuan. Itu gak normal. Bahkan anak perempuan kelas empat juga gak ada yang pakai kosmetik. Buat apa Angga pakai kosmetik? Dan yang paling mengganggu pikiranku, aku bingung gimana aku harus bersikap sebagai teman baik Angga? Menjauhinya? Melarangnya memakai kosmetik lagi? Atau membiarkannya?
"Alby!" bentak Bu Guru, "Kamu gak dengerin Ibu, ya? Kalau ngelamun, keluar dari kelas!"
Aku tersentak kaget dan tersadar dari lamunanku. Aduh, mati aku. Gimana nih? T_T
"Eng... Enggak, Bu. Alby gak ngelamun," bantahku.
"Kalau gak ngelamun, coba maju ke depan dan jelaskan apa yang tadi Bu Guru sampaikan!"
Aku memandang Angga, Arkan, dan Adhan. Mereka semua kelihatannya khawatir, tapi kan aku tahu mereka gak bisa bantu apa-apa lagi. Hikz T_T
Aku melangkah ke depan kelassambil melihat tulisan singkat Bu Guru di papan tulis kayak gini:
Jenis adaptasi:
-Morfo
-Fisio
-Tingk Laku
Ya aku familiar sama materi ini. Aku udah mempelajarinya semalam. Yah, aku untung-untungan aja, aku bakal menjelaskan materi itu. Semoga bener kalau tadi Bu Tri menyampaikan materi ini waktu aku lagi ngelamun.
"Jenis adaptasi ada 3, yaitu adaptasi morfologi, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku," kataku memulai penjelasan di depan kelas.
"Yang pertama adaptasi morfologi. Yaitu penyesuaian bentuk tubuh makhluk hidup terhadap lingkungan. Contohnya kaki pada hewan aves yang beda-beda. Kaki bebek punya selaput yang memudahkan berenang. Kalau kaku ayam memiliki bentuk yang sesuai untuk mengais makanan di tanah. Kaki elang mempunyai daya cengkeram yang kuat untuk mencengkeram mangsanya," jelasku.
Aku menarik nafas dalam-dalam. Mudah-mudahan penjelasanku benar tadi. T_T
"Yang kedua itu adaptasi fisiologi, yaitu penyesuaian fungsi alat tubuh pada makhluk hidup. Biasanya melibatkan enzim. Contohnya pada rayap yang menghasilkan enzim selulase buat mencerna makanannya, yaitu kayu."
"Yang terakhir adaptasi tingkah laku. Contohnya pada ikan paus yang bernapas menggunakan paru-paru. Dia membutuhkan oksigen dari udara. Untuk itu ikan paus muncul sesekali ke permukaan untuk mengambil oksigen."
Aku memandang Bu Guru dengan H2C (harap-harap cemas).
"Duduk!" perintah Bu Guru dengan lembut. Huh, akhirnya bisa bernafas lega. Hehehe
"Hebat, Alby!" puji Adhan waktu aku sampai di tempat dudukku.
"Kan gara-gara kamu. Hehe"
Iya emang sejak Adhan mempermalukanku waktu itu, aku emang jadi lebih rajin belajar. Jadi aku pantas berterima kasih sama Adhan. Tapi Adhan malah tersipu malu.
Oke Alby, sekarang kamu harus konsen sama pelajaran. Aku putuskan soal Angga, buat sementara aku anggap gak pernah lihat dia pakai kosmetik itu.
+++++
Kecil2 mbakat