It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Mungkin karena sadar aku dari tadi sudah menunggu, akhirnya salah satu dari gerombolan itu mengajak teman-temannya keluar dari toilet. Tapi kedua biliknya masih tertutup, masih sisa 2 orang di dalam kayaknya. Tunggu sebentaaarr... Aku ada ide!
Tepat saat aku sedang menyusun rencana, bilik kedua terbuka. Seorang cowok, tinggi besar, memakai celana panjang dan jaket yg besar keluar. Dengan cepat aku menghampiri dia. Karena dia berdiri di depan pintu bilik, dia segera menyingkir dari situ. Tapi bukan bilik toilet yg aku tuju, tapi dia. Tentu saja dia kini jadi memperhatikanku.
"B-boleh ngomong sebentar?" dalam hati aku merutuki mulutku yg sempat gagap.
"Silakan... ngomong aja...," wajahnya masih antara penasaran dan geli ketika menatapku.
"Tapi nggak di sini..."
"Trus?"
"Terserah. Pokoknya nggak di sini!" Bilik pertama terbuka, temennya cowok yg didepanku ini. Lihat tuh wajah gelinya ketika aku mencoba memojokkan temannya.
"Di cafe deket sini?" tanyanya.
"Ya."
"Waahh, hebat bgt lu, ditinggal berapa menit aja udah dapet brondong lagi...," temannya itu nyeletuk. Aku cuma pasang muka datar, tidak mau membalas omongannya. Padahal kepala sudah panas ingin menghajar mulut cowok itu. Cowok yg ada di depanku tertawa, menatapku dgn pandangan menggoda.
"Sebentar... Gue ngabarin temen gue dulu..."
"Berdua!" aku kembali bicara, "kita berdua aja, yg lain nggak usah!"
"Wiihhh...," temannya nyeletuk lagi. Apaan sih ni orang?
"Oke-oke... Gue aja, yg lain nggak. Gue cuman ngabarin mereka biar nggak nungguin gue..."
"Suruh bilangin dia aja!" Aku mengangkat dagu dan menunjuk temannya. Dia tertawa kecil, seolah memberikan kode ke temannya. Dan dengan wajah menahan tawa, dia bergumam 'oke' dan berlalu pergi dari sini. Meninggalkan aku yg kini bingung mau melakukan apa selanjutnya.
@lulu_75 nah hayo?
@RifRafReis @QudhelMars sudah dilanjut lagi di atas
"Arka," dan buru-buru melepas tanganku. Lihat senyumnya yg kelewat lebar itu. Kalau aku tidak sopan, sudah kulap tanganku dgn tissue, tepat di depan mukanya. Biar dia tahu aku risih dgn senyumnya, dan juga bersentuhan dgnnya. Aku hanya ingin mencari tahu ttg Rio, cuma itu. Dan setiap ditanya kenapa sih aku mau tahu bgt soal Rio, maka ujung-ujungnya aku bingung harus jawab apa.
Setelah dari pom bensin tadi, aku dan Satria akhirnya memutuskan utk mengobrol di sebuah coffe shop terdekat. Begitu sampai, kami berdua pesan secangkir esspresso yg namanya tadi... eemm... apa ya... lou-lou gitulah pokoknya. Sebenarnya yg pesan Satria, aku dih cuma ikut-ikutan saja, soalnya aku tidak tahu apa-apa soal kopi, tahunya cuma kopi hitam dan kopi hijau. Ini terlihat seperti cappucino, bagian atasnya seperti susu, atau apa nih? Mungkin karena melihat wajah bingungku, Satria menjelaskan kopi apa yg ada di depanku.
"Namanya libbylou. Itu espresso trus dicampur mokka. Trus atasnya, itu white mokka. Rasanya nggak terlalu strong, pasti cocok buat lidah pemula kayak kamu". Aku agak kikuk waktu dia menyebutku pemula. Memangnya terlihat bgt ya aku udik soal beginian? Ya wajar lah, kalau lagi jalan ama Anggri aku nggak pernah ke tempat macam ini. Paling banter juga maen ke cafe es krim.
Waktu aku mencicipi kopinya, hm rasanya lumayan lah. Lumayan enak untuk kopi mahal. Gara-gara kopi ini nih, aku bakalan nggak jajan seminggu. Aku jadi menyesal mengajak cowok ini ke sini.
"Nah... kamu mau ngomong apa?"
"Eh? Ngomong apa?" tanyaku balik.
"Lah... tadi kan kamu bilang mau ngomongin sesuatu? Sampae mojokin aku di toilet segala? Haha... you know, baru kali ini lho ada cowok yg nekat nyamperin gue duluan, di toilet pulak!"
"Maaf. Mungkin gue harus meluruskan kesalahpahaman lo ini," selaku, "gue nyamperin lo bukan karena gue naksir lo, sama sekali bukan!"
"Trus?"
"Gue cuman mau tanya soal sesuatu."
"Tentang?"
"Tentang Rio."
"Rio? Rio siapa?"
"Rio, yg ama temen-temen lo itu... udaahh...," aku ragu mau melanjutkan kata-kataku. Memikirkan apa yg sudah mereka lakukan saja aku sudah mual. Satria menatapku bingung, mengingat-ingat sesuatu. Begitu ingat dia ber-ooh ria
@Riyand Aaahh... Ternyata kamuh perhatian bgt sama akuh yg mau Arka lakukan sebenernya nggak penting. Biasa lah kepo tuh gimana... Mungkin Arka harus belajar, kalau sifat keponya itu bisa nyengsarain dia suatu saat. Duhh... Saya jadi takut kalau entar klimaksnya mengecewakan
@lulu_75 sudah dilanjut di atas